Jumat, 03 Mei 2013

Oz the Great and Powerful


Ini dia, prequel dari film legendaris The Wizard of Oz.  Nope, ini bukan film musikal dan tidak ada Judy Garland disini.  Film ini disutradari oleh Sam Raimi dan dibintangi oleh James Franco, Mila Kunis, Michelle Williams, dan Rachel Weisz. 

Oscar Diggs, atau Oz(James Franco) adalah seorang pesulap sirkus sekaligus womanizer dan penipu.  Suatu hari, saat Oz menaiki balon udaranya, terjadi angin beliung yang membawanya ke sebuah negeri ajaib.  Negeri ajaib itu bernama Oz.  Disana ia bertemu dengan Theodora (Mila Kunis), seorang penyihir baik.  Theodora percaya bahwa Oz adalah penyihir yang diramalkan akan merebut tahta si penyihir jahat.  Di tengah jalan ia bertemu dengan Finley (Zach Braff), seekor monyet yang diselamatkan oleh Oz (sebenarnya Theodora yang menyelamatkannya).  Finley sudah bersumpah ia akan melayani Oz sampai ia mati, sehingga Oz memberi tahu rahasianya. 

Theodora pun jatuh hati pada Oz, dan segera membawanya ke Emerald City.  Disana mereka bertemu Evanora (Rachel Weisz), seorang penyihir baik dan 'pemimpin' sementara Emerald City.  Saat tahu Oscar bisa menjadi raja dan mengambil banyak emas, ia langsung berencana untuk mengalahkan si penyihir jahat.  Ternyata, si penyihir jahat adalah Glinda (Michelle Williams), seorang penyihir baik yang difitnah dan diusir oleh Evanora.

Kelanjutannya bisa kalian tonton sendiri...tapi ceritanya sih sudah mudah ditebak.  Kira-kira sama kayak Twilight lah.

Hadeh, filmnya boring dan klise banget! Nyesel gue menyia-nyiakan waktu berharga gue.  Aktingnya Williams dan Kunis pathetic banget.  Williams terlalu lemah lembut untuk menjadi pahlawan wanita.  She's like oh-i'm-just-a-pretty-girl-in-a-munchkind-land.  Kunis juga terlalu datar, waktu dia jadi protagonis dia datar, waktu dia jadi penjahat ketawanya lebay.  Dan, Franco?  Oh, cuma segitu doang cara lo untuk merayu cewek?  Kalau gue jadi ceweknya, gue udah kabur duluan bareng Mad Hatter (Johnny Depp).  Gue lebih suka aktingnya Helena Bonham-Carter sama Johnny Depp di Alice in Wonderland.  Seandainya Jodie Foster belum terlalu tua, gue pengen banget lihat dia ganttin si Williams.  Foster for President! (?)

Plotnya terlalu mudah ditebak.  Sumpah, plotnya klisenya itu separah Twilight sama Transformer 3.  Lagi-lagi gue lebih suka ending dari film Alice in Wonderland.  Memangnya setiap kali ada pahlawan wanita dan pahlawan pria, mereka berdua harus jatuh cinta dan ciuman?

Sebenci-bencinya gue sama film ini, gue harus tetap mengakui sound editing dan visual effect film ini cukup keren.  Yang gue suka dari film ini adalah transisi dari hitam-putih menjadi berwarna.  Film ini juga lebih colorful dibandingkan Alice in Wonderland.  Tapi, kalau Tim Burton membiarkan Alice in Wonderland diberi lebih banyak warna, sudah pasti Alice in Wonderland akan mengalahkan film ini. 5/10


pic cr : wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar