Tampilkan postingan dengan label Superhero. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Superhero. Tampilkan semua postingan
Kamis, 23 April 2015
Thursday Movie Picks: Superhero Movies
To celebrate Avengers: Age of Ultron's premiere, Thursday Movie Picks's theme for this week is................SUPERHERO! God, I really want to watch that damn film. I can't really tell you how I envy some of my fellow bloggers for review the said film already. I have high expectation, but let's just say that some reviews tone my expectation down.
Thursday Movie Picks is a weekly recommendation of three films for a certain theme that is hosted by Wandering Through the Shelves. If you're interested to participate in this series, you can click here for more information.
Batman Returns (Tim Burton, 1992)
I'm ecstatic by the fact that I'm the first person to pick this film, haha.
Batman Returns is the first film that introduces me to Superhero world and...Batman. It didn't take much time for me to fall for Catwoman's charm and Tim Burton's quirkiness. I have to admit that back then, the only reason I love Batman more than Spidey and Superman is because I think black is a cool color, haha. You can't blame a six-year-old's train of thought. But poor Bruce Wayne, it seems that he's destined to live in the shadow. Michelle Pfeiffer and Danny DeVito steal the whole show for me. Pfeiffer was a great as a sudden villain while DeVito was awesome as a man who craved power and affection. However, I have to say that I don't completely understand Selina Kyle's transformation as Catwoman and antagonist.
Iron Man 3 (Shane Black, 2013)
Second is the charm. I really enjoy Iron Man 3 in the second time I watch it.
Thank God they casted Ben Kingsley for this film. His part is the best. I don't care if someone said that his part is stupid, it's the funniest part for me. But the best part of this film is where all kinds of Iron Man's suits appear. If I were a nerd, I would have a nerdgasm.
By the way, Pepper is soooooo awesome. She will definitely win all the arguments for a while, lol.
X-Men: Days of Future Past (Bryan Singer, 2014)
Words can not describe how I regret not watching X-Men: DOPF in the cinema. Come on, (the sexy) James McAvoy, (even sexier) Michael Fassbender (yes, it's bold), Sir Ian McKellen, and Sir Patrick Stewart in ONE screen?!! Hell, there are also Jennifer Lawrence, Nicholas Hoult, Hugh Jackman, Ellen Page, and Dirk Diggler. But most importantly, CYCLOPS APPEARS IN THIS MOVIE TOO! Damn, I miss the quarrels between him and Logan.
Anyhow, I agree that while X-Men: First Class is Magneto's film, X-Men: Days of Future Past is where James McAvoy shines. Although McAvoy shines brightly in this film, he doesn't shine alone. For me, DOPF has one of the best cast ensemble. I wish there were more moments between old Charles and old Erik. I want to see how they interact as they unite in the future.
Well, I can only say that I'm sold for X-Men: Apocalypse. Sadly, I predict that there will be less moment between Charles and Erik than the two previous films.
Honorable mentions: The Avengers (bless Hiddleston), Captain America: Winter Soldier, Sky High, Spider Man Trilogy (Garfield is a better actor, but Tobey Maguire did a better job as Peter Parker), X-Men, X2: X-Men United, X-Men: First Class (because Cherik isn't canon), The Dark Knight trilogy, and The Incredibles. And...I haven't watched Kick-Ass.
Jumat, 16 Mei 2014
The Amazing Spider-man 2: "At least there's no cicak-man"
I need you. -Harry Osborn
I'm not a big fan of Superhero movies. Gue cuma suka film Batman sama The Avengers doang, yang lainnya gue kurang suka. Gue juga bukan penggemar film Spider-man, cuma suka film Spider-man 3 aja. Beberapa hari yang lalu gue nonton Captain America: The Winter Soldier and I actually like it! Gara-gara film itu, gue memutuskan untuk 'memberikan kesempatan' pada film The Amazing Spider-Man 2.
Kali ini Peter Parker (Andrew Garfield) sedang menjalin hubungan dengan Gwen Stacy (Emma Stone). Di
tengah kesibukannya muncul seorang penjahat tangguh bernama Electro (Jamie Foxx) yang datang menebar teror di New York.
Electro ini memiliki kekuatan mutan dan dapat mengendalikan medan
listrik, sebagai pertahanan diri sekaligus senjata.
Di saat yang sulit itu Peter mengetahui sebuah rahasia mengejutkan
tentang ayahnya. Ia menemukan sebuah ruangan tersembunyi yang berisi
berbagai penemuan dan melihat video ayahnya yang mengaku menyembunyikan
penemuannya untuk melindungi dunia.
sinopsis diambil dari sini
WARNING: MENGANDUNG SPOILER!
Pertama-tama, gue minta maaf karena (kayaknya) bakalan banyak perbandingan antara Spiderman versi Raimi dan Webb.
Apakah lu percaya sosok Peter Parker yang diperankan oleh Andrew Garfield ini seorang geek dan korban bully di sekolahnya?
Gue bukan penggemar Tobey Maguire, tapi entah kenapa ada perasaan gak rela melihat peran Peter Parker a.k.a Spiderman diambil alih oleh Garfield. Spiderman yang diperankan oleh Maguire itu sifatnya mellow dan angsty, sedangkan Garfield memerankan Peter Parker sebagai sosok yang santai dan punya sense of humor yang lumayan. Is that a bad thing? I don't think so, gue menikmati kok segala lelucon yang dilontarkan oleh Spidey versi Garfield. Bahkan melihat versi lain Spidey sebenarnya merupakan hal yang cukup refreshing. Tapi ada alasan tertentu gue (sempat) bersimpati dan 'ikut merasa' kepada Peter Parker versi Maguire, karena versinya dia emang lebih hopeless & geeky, dan karakternya dia lebih meyakinkan penonton bahwa dia adalah seorang 'korban'. Gue memang menulis bahwa Spidey yang diperankan Garfield cukup refreshing dan fun, tapi gue tidak merasa bersimpati kepadanya karena ia mempunyai karakter yang likeable. I mean, he will survive in this cruel world. Di Spider-Man 2, kita bisa melihat dan merasakan perjuangan Bibi May dan Peter untuk survive dalam bidang finansial. Di film ini memang ditunjukkan, tapi...kurang terasa dan diolah dengan baik.
Am I the only one who hate the sappy romance in this film? Seriously, gue gak suka sisi romance yang menurut gue terlalu cengeng dan dramatis di film ini. Di tengah-tengah menonton film ini, gue mempertanyakan diri sendiri apakah gue sedang menonton film Superhero atau film romance yang diadaptasi dari novel Nicholas Sparks. Webb, gue jauh-jauh datang ke Blitz dan pake promo KakaoTalk buat nonton film superhero yang seru dan (syukur-syukur) mengajak gue bepikir, bukan buat nonton dua orang muda penuh hormon berakting cute. Emma Stone dan Garfield bagus kok dalam memerankan karakter individual mereka, namun begitu mereka berdua? Gue merasa chemistry mereka kurang kuat. Ada momen-momen dimana chemistry mereka bagus, tapi chemistry mereka kurang konsisten di sepanjang film. Terkadang ada saatnya adegan cute yang dilakukan mereka terasa terpaksa. Adegan-adegan itu seakan-akan hanya menunjukkan,"Woohoo, we're the cutest and the most romantic couple ever!" Untungnya film ini gak sekedar menunjukkan adegan cute (menjijikkan) tapi juga ikut mengelola hubungan Gwen dan Peter. Setidaknya tim penulis TASM2 menggali permasalahan dalam hubungan Gwen & Peter, dan memperlakukan mereka sebagai dua subjek yang punya keinginan, perasaan, dan pemikiran. Tapi ending-nya? GUE YAKIN BANGET NICHOLAS SPARKS IKUT TERLIBAT DALAM FILM INI.
Gue kira Marc Webb akan belajar sesuatu setelah memasukkan cicak gak jelas ke film The Amazing Spiderman. Tapi apa yang kita dapat? DUBSTEP DJANGO (gue pake kata-kata ini dari blog ini). Mungkin Marc Webb demen banget sama Yang Mulia Quentin Tarantino sampe bikin versi Dubstep-nya Django. Kayaknya Django emang bosen dan kebetulan juga dia pengen dapet make over. At least Dubstep Django is better than cicak-man from the previous film.
Tim penulis dan Webb sepertinya berusaha membuat Dubstep Django more than an antagonist. Tapi mereka seakan-akan bingung apakah mereka akan membuat antagonist yang angsty atau comical. I must say I enjoy the comical side of Dubstep Django, tapi gue kurang puas dengan karakterisasi Electro yang cukup dangkal. Tokoh Electro membuat gue lebih frustasi daripada Harvey Dent karena Electro memang 'segitu aja', he's not more than an ordinary antagonist. He's a funny and pityable antagonist, but that's it.
For Farhat Abbas's sake, WHAT HAVE THEY DONE TO HARRY OSBORN. Anjirrr, ini kenapa Harry Osborn jadi jelmaan diva (?) gak jelas dengan gaya rambut yang tingkat kealayannya sama kayak Andhika Kangen Band?!! OMG, speechless gue... Putting Harry Osborn in this film is a bad decision. Chemistry antara Garfield dan DeHaan sama sekali gak menyaingi chemistry antara Maguire dan James Franco. Franco's Harry Osborn was charming and charismatic while DeHaan's Harry Osborn is a fail diva. Kedatangan Harry Osborn hanya memperumit plot dan karakternya tidak tergali dengan cukup dalam. Osborn di film ini sama sekali tidak membuat gue merasa simpatik atau membuat gue ingin fangirling dengan karismanya. Nope, Osborn di film ini lebih cocok untuk casting ke America's Next Top Model. Kelakuannya annoying. Ikatan dan persahabatan Harry dengan Peter kurang terasa di film ini dan sepertinya kurang logis jika teman masa kecil yang delapan tahun gak ketemu tiba-tiba bisa ngobrol secara 'dalem'.
The plot in TASM2 is full of complicated stuffs. Entah itu Spiderman yang menghadapi dubstep django, arwah bokapnya Gwen (yang mungkin) belum menunaikan rukun Islam dan kepo sama si dubstep, kisah cinta Gwen & Peter yang terkontaminasi Sparks, sampe menghadapi anaknya si cicak-man yang pengen nyaingin poni Andhika Kangen Band. The point is, plotnya terlalu ambisius dan lebar.
Gue enjoy dengan special effect TASM2 dan untungnya gak terlalu menyakitkan mata seperti film Transformers. Tapi gue merasa adegan berantemnya kurang greget. Soundtrack dan score film TASM2 lebih bersifat pop dan emang cocok banget buat ababil. Gue rada gak nyangka bahwa musik film ini diurus sama Hans Zimmer.
Overall, The Amazing Spider-Man 2 has incredible visual effect, very good performances from Garfield & Stone, and it is an entertaining & enjoyable film. But just don't expect more than that. 6,5/10
pic cr:
unleashthefanboy.com
adittyaregas.com
fansided.com
Minggu, 16 Juni 2013
Batman Begins vs Man of Steel
Why do we fall, sir? So that we can learn to pick ourselves up. -Batman Begins
Yeay, gue update film baru lagi! Sama seperti 40% orang yang mau atau sudah menonton MoS (Man of Steel), gue nonton nih film gara-gara Nolan doang, walaupun perannya dia di bagian story dan produser. Dan nilai plusnya, ada om Hans Zimmer (Pirates of the Caribbean, Inception, Dark Knight trilogy) sebagai penata musik. Gue tambahin Batman Begins maksudnya biar sekalian gue review, wk. Gue pilih Batman Begins karena BB dan MoS sama-sama film pertama, diadaptasi dari DComics, dan ada Christopher Nolan dibalik layar.
Gue pengen numpang ngelantur dan cerita sedikit kenapa gue lebih suka Batman daripada Superman. Jujur, gue gak pernah baca komik Batman ataupun Superman. Biasanya gue lihat aksi mereka berdua dari seri Justice League (yes, I watch that series) dan video dari youtube. Selain itu, gue gali latar belakang mereka dari berbagai web. Emang waktu kecil alasan gue suka Batman ya sekedar kostumnya yang item dan karena dia 'kelelawar', tapi setelah gue nonton Justice League dan menggali banyak informasi, alasan itu berubah menjadi karena Batman hanya manusia biasa. Musuh-musuhnya juga rata-rata manusia banget dibandingkan musuh-musuh Spiderman dan Superman. Coba kita 'telanjangi' Joker, Harley Quinn, Penguin, Scarecrow, atau Riddler, mereka juga manusia 'biasa' yang kuat di otak, bukan otot. Itu juga yang bikin gue suka Batman karena penjahat-penjahatnya lebih berkelas dibandingkan superhero lain. Mungkin musuh Batman yang emang 'luar biasa' adalah Poison Ivy. Jadi gak cuma Batman doang yang gue suka, tapi dunia Batman secara (agak) keseluruhan. Gue sih kurang tahu musuh dan dunia Superman kayak apa, soalnya yang nampang di TV si botak (Lex Luthor) terus-_-
Batman Begins dimulai dari Bruce Wayne (Christian Bale) yang trauma akan kematian orangtuanya. Ia memutuskan untuk berkeliling dunia untuk memahami penjahat-penjahat dan memahami konsep keadilan. Ia ditemukan oleh Henri Ducard (Liam Neeson) dan direkut sebagai muridnya agar bisa bergabung dengan Ra's al Ghul (Ken Watanabe). Sayang, Bruce tidak lagi mensetujui pandangan gurunya dan memberontak pada Ra's al Ghul.
Sesampai di Gotham City, Bruce reuni dengan Alfred (Michael Caine) dan Rachel Dawes (Katie Holmes). Setelah melihat alat-alat yang diciptakan oleh Lucius Fox (Morgan Freeman), Bruce memutuskan untuk membantu polisi-polisi Gotham. Walaupun cuma satu polisi yang dia percaya, yaitu Jim Gordon (Gary Oldman)
To be honest, I don't really enjoy Batman Begins. Which movie I like the least from Dark Knight trilogy? Well, this movie is the answer. Ijinkan gue untuk melantur sedikit.
Gue sebenarnya udah nonton Batman Returns, tapi gue lupa penampilan Michael Keaton seperti apa karena gue terlalu terpukau (?) dengan Michelle Pfeiffer dan Danny Devito. Gue cuma bisa men-translate kalau itu berarti penampilan Keaton biasa aja, dan Bale tidak lebih buruk atau lebih baik dari Keaton. Sayangnya, penampilan Bale yang mediocre kurang terbantu dengan Katie Holmes.
Entah seperti apa Rachel Dawes di komik, tapi Holmes kurang membawa semangat dan gairah seorang asisten jaksa muda. The 'good' news is Holmes and Bale didn't build an even good chemistry. Rachel lebih terasa sebagai adik Bruce. Gue gak bisa merasakan perasaan Rachel, ekspresi cemburunya kurang kuat, dan adegan ciumannya terasa dingin. Hampir tidak ada indikasi Rachel mempunyai perasaan lebih kepada Bruce, kecuali adegan dimana Rachel melihat Bruce pergi bersama dua model. Tapi...gue bisa memaklumi Bale dan Holmes. Toh Bale aktor muda yang mungkin sedang mencari pengalaman lewat film Batman Begins. Apalagi penampilan dia di dua film sebelum Batman Begins (American Psycho dan The Machinist) sangat impressive. Dan Katie Holmes sendiri mulai terkenal ketika dia menjadi istri Tom Cruise. Intinya,aal izz well all is forgiven.
Siapa yang gak tahu Golden Trio-nya HarPot? Gak tahu? Gue sumpahin lo punya hidung kayak Voldie! Batman Begins juga punya Golden Trio, yaitu Alfred, Lucius, dan Gordon. Nolan dengan efisien menjelaskan bahwa tanpa mereka bertiga, Batman tidak akan pernah ada. Tanpa Alfred, Bruce tidak akan dewasa dan jalannya akan melenceng. Tanpa Lucius, tentu saja Batman tidak akan pernah ada (nonton filmnya). Tanpa Gordon, Batman tidak akan menjadi pahlawan, tetap dipandang sebagai orang yang main hakim sendiri. Mereka juga punya peranan sendiri dalam stage hidup Bruce. Alfred sebagai ayah, Lucius sebagai...mentor dalam mesin (dan supplier?), dan Gordon sebagai partner. Untungnya, mereka bukan sekedar karakter, alias Caine, Freeman, dan Oldman berhasil menghidupkan karakter masing-masing. Apa gunanya mempunyai karakter yang berpotensi jika tidak mempunyai aktor yang berpotensi?
Now, let's talk about the villains. Gue rasa Batman Begins kebanyakkan antagonis, sehingga tiap penampilan antagonis terasa cepat dan wtf banget. Apalagi di menit-menit pertama yang fokus pada masa lalu Bruce, tiap penjahat kurang bisa memancing emosi dan aktor-aktornya kurang mendapat spotlight. Setelah Bruce memberontak, gue merasa filmnya agak gantung karena gue lost dan bingung tentang siapa penjahat utamanya. Come on, masa sih musuhnya cuma mafia biasa (Carmine Falcone, diperankan oleh Tom Wilkinson)? Gue menduga Falcone ini ada hubungannya dengan Don Vito Corleone di The Godfather. Yah, sayangnya Wilkinson tidak menampilkan aura sangar (?) kayak Marlon Brando. Falcone K.O, datanglah Scarecrow a.k.a Jonathan Crane (Cillian Murphy). Scarecrow ini nasibnya sama kayak Two Face, karakter yang punya potensi, tapi kurang tergali. Waktu gue udah konek dengan Murphy, Scarecrow pake topeng dan K.O sama Rachel-_- Aktor yang paling karismatik sebagai antagonis tentu saja Liam Neeson. Karakter yang diperankan Neeson sebenarnya bukan antagonis yang benar-benar jahat, tapi anti-hero-lebih-ke-antagonis karena pandangan hidupnya yang agak melenceng. Maksudnya baik kan? Dia mencoba untuk me-restore keadilan, tapi dengan konsep yang salah.
Kalau Batman Returns mempunyai aura dark yang memang Tim Burton, Batman Begins berhasil membawa aura dark yang memang asli dari Batman, tapi juga membawa 'jejak-jejak' Nolan. Hmm, mungkin kalian (emang ada yang baca? :p) bakal ngerti kalau udah nonton dua-duanya. Dan rasanya udah gak perlu membahas musik dari Hans Zimmer yang emang keren banget. Apalagi dialog berbobot yang tidak terasa preachy.
My final verdict : Batman Begins presented the original dark theme from Batman, as well as Nolan's signature. And despite the less-than-average chemistry between the leads, it still has some amazing performances.
Gue merasa cerita awalnya itu mix up dari cerita Musa dan...bayi Yesus? Musa karena orangtuanya harus mengirimkan anaknya, dan Yesus karena Kal-El emang ditakdirkan untuk menyelamatkan bumi. Ketika Krypton menunjukkan tanda-tanda kiamat, Jor-El (Russell Crowe) dan Lara (Ayelet Zurer) harus mengirimkan bayi mereka ke bumi. Usaha Jor-El dan Lara berhasil walaupun harus mengorbankan nyawa Jor-El yang dibunuh oleh Zod (Michael Shannon).
Kar-El tumbuh besar dan menjadi Clark Kent (Henry Cavill) yang dibesarkan oleh Jonathan (Kevin Costner) dan Martha (Diane Lane) Kent. Clark yang sadar dirinya berbeda dari orang lain mulai mempertanyakan siapa dia sebenarnya. Jonathan terus menyuruhnya bersabar dan menunggu ketika dia memang harus menyelamatkan dunia. Bertahun-tahun kemudian, Clark menemukan sebuah pesawat asing, yang juga ditemukan oleh Lois Lane (Amy Adams). Ketika Lois terluka, Clark terpaksa menyelamatkannya dan tiba-tiba menghilang. Usaha Lois untuk mengungkapkan siapa Clark sesungguhnya dimulai.
Gue ingat ada orang komentar gini di twitter : MoS masih terasa Nolan-nya, tapi ga Nolan banget. Gue setuju. Sebelum lihat berbagai komen di twitter, ekspektasi gue besar banget buat film ini, apalagi trailer-nya yang menjanjikan adanya kisah masa kecil yang menyentuh dan kelam. Ekspektasi gue mulai menurun setelah ada orang men-tweet bahwa MoS terlalu berat di efek dan tweet tentang Nolan tadi.
Iya, efeknya lebih seru daripada The Dark Knight trilogy. Mungkin karena gue cewek, gue agak bosan dengan efek itu di pertengahan film? Ayolah, gue udah lihat efek begituan di The Avengers, trilogi Iron Man, Star Trek, dll. Rasanya agak norak kalau gue masih 'wow'. Karena udah disajikan special effect yang meriah di awal film, gue berharap kalau bagian selanjutnya disajikan dialog berbobot penampilan akting yang kuat yang bisa menyaingi Batman Begins. Sayang, sepertinya Zack Snyder lupa memasukkan hal-hal itu.
Gue jadi ingat tentang salah satu blog yang mengatakan : Superman adalah Superman dan Clark Kent adalah topengnya. Yap, gue setuju banget. Dan konsep itulah yang sebenarnya kelemahan MoS. Superman itu pahlawan yang paling sempurna. He's too perfect, he's the Gary Sue in superhero world. Di film ini juga dikatakan bukan fisiknya aja yang superior, tapi nalurinya juga. Karena nalurinya udah superior, pandangan hidup dan moral Clark kurang dibahas dan diolah. Dia memang ditakdirkan sebagai superhero yang absolut dan sempurna sehingga gue kurang merasa adanya bantuan dari pihak yang lemah. Dan pihak yang membantu pun tidak membangun hubungan partnership yang kuat seperti Gordon dan Batman.
Selain itu, film ini tidak mempunyai figur mentor yang kuat. Gue sih lebih suka Uncle Ben-nya Spiderman, karena emang dia faktor kuat Peter Parker menjadi pahlawan yang kuat. Kehadiran sang ayah angkat terasa cepat di film ini, dan percakapan heart-to-heart mereka terasa tiba-tiba, karena sebelumnya diperlihatkan kehadiran ibu (angkat) yang sabar dalam menghadapi keanehan Clark. Mungkin maksudnya untuk tidak menghilangkan peran ibu, tapi dialog heart-to-heart antara ayah dan anak jadi terkesan kecepatan dan kurang menyentuh. Walaupun begitu, gue suka dialog antara Clark dan ayah angkatnya yang cukup berbobot. Speaking of dad, kenapa Jor-El lebih terasa seperti mentor daripada ayah kandung? Hubungannya dengan Clark kurang menyentuh, bahkan Russell Crowe kurang menampilkan akting yang emosional ketika harus berpisah dengan anaknya. Gue sih lebih suka adegan dimana Dustin Hoffman harus berpisah dengan anaknya (Justin Henry) di Kramer vs Kramer.
Seperti Batman Begins, performa akting yang mengesankan gue datang dari aktor-aktor veteran yang nongol sebentar seperti Diane Lane, Kevin Costner, dan Russell Crowe. Amy Adams bagus juga kok, dan untungnya lebih bagus daripada Katie Holmes. Apa gue doang yang kurang terkesan dengan Michael Shannon dan Henry Cavill? Gue merasa mereka terlalu lama berantem dengan otot. Tapi itu bukan kesalahan mereka, itu kesalahan dari skrip David S. Goyer yang tidak memberikan ruang banyak bagi pemain-pemainnya untuk mengembangkan kemampuan akting mereka. Gue lebih suka ada 'perang mulut' berbobot seperti yang terjadi di Batman Begins dan TDK. Yah, sebenarnya gue cukup senang nih film gak pake Lex Luthor, karena gue udah bosan lihat kepala mengkilatnya. Tapi kalau musuhnya Lex Luthor, gue pengennya kayak Smallville ; bestfriends to enemies. Biar lebih dramatik gitu.
Anyway, keputusan Zack Snyder untuk memakai Hans Zimmer tepat banget. Dan gue bersyukur gak ada Superman March diputar disini. Mungkin karena gue bukan fans berat Superman makanya gak sedih-sedih banget lagunya gak diputar, hehe. Kalau dilihat-lihat, review MoS gue banyak menggunakan kata kurang. Ya itulah MoS, banyak potensi tapi kurang tergali dan tertutup oleh adegan berantem (yang menurut gue cukup 'menghibur' mata seperti Transformer).
My final verdict : The action and special effect are more thrilling than Batman Begins, but I don't feel a strong emotion for and from this movie.
So, the winner is.....................................................
BATMAN BEGINS!
FINAL SCORE :
Batman Begins : 7,7/10
Man of Steel : 5,5/10
pic cr :
muvipedia.blogspot.com
daleisphere.com
hippierefugee.blogspot.com
comicvine.com
fanpop.com
blogs.canoe.ca
digitalspy.co.uk
section7g.net
Yeay, gue update film baru lagi! Sama seperti 40% orang yang mau atau sudah menonton MoS (Man of Steel), gue nonton nih film gara-gara Nolan doang, walaupun perannya dia di bagian story dan produser. Dan nilai plusnya, ada om Hans Zimmer (Pirates of the Caribbean, Inception, Dark Knight trilogy) sebagai penata musik. Gue tambahin Batman Begins maksudnya biar sekalian gue review, wk. Gue pilih Batman Begins karena BB dan MoS sama-sama film pertama, diadaptasi dari DComics, dan ada Christopher Nolan dibalik layar.
Gue pengen numpang ngelantur dan cerita sedikit kenapa gue lebih suka Batman daripada Superman. Jujur, gue gak pernah baca komik Batman ataupun Superman. Biasanya gue lihat aksi mereka berdua dari seri Justice League (yes, I watch that series) dan video dari youtube. Selain itu, gue gali latar belakang mereka dari berbagai web. Emang waktu kecil alasan gue suka Batman ya sekedar kostumnya yang item dan karena dia 'kelelawar', tapi setelah gue nonton Justice League dan menggali banyak informasi, alasan itu berubah menjadi karena Batman hanya manusia biasa. Musuh-musuhnya juga rata-rata manusia banget dibandingkan musuh-musuh Spiderman dan Superman. Coba kita 'telanjangi' Joker, Harley Quinn, Penguin, Scarecrow, atau Riddler, mereka juga manusia 'biasa' yang kuat di otak, bukan otot. Itu juga yang bikin gue suka Batman karena penjahat-penjahatnya lebih berkelas dibandingkan superhero lain. Mungkin musuh Batman yang emang 'luar biasa' adalah Poison Ivy. Jadi gak cuma Batman doang yang gue suka, tapi dunia Batman secara (agak) keseluruhan. Gue sih kurang tahu musuh dan dunia Superman kayak apa, soalnya yang nampang di TV si botak (Lex Luthor) terus-_-
WARNING : MAY CONTAIN SPOILER!
Batman Begins dimulai dari Bruce Wayne (Christian Bale) yang trauma akan kematian orangtuanya. Ia memutuskan untuk berkeliling dunia untuk memahami penjahat-penjahat dan memahami konsep keadilan. Ia ditemukan oleh Henri Ducard (Liam Neeson) dan direkut sebagai muridnya agar bisa bergabung dengan Ra's al Ghul (Ken Watanabe). Sayang, Bruce tidak lagi mensetujui pandangan gurunya dan memberontak pada Ra's al Ghul.
Sesampai di Gotham City, Bruce reuni dengan Alfred (Michael Caine) dan Rachel Dawes (Katie Holmes). Setelah melihat alat-alat yang diciptakan oleh Lucius Fox (Morgan Freeman), Bruce memutuskan untuk membantu polisi-polisi Gotham. Walaupun cuma satu polisi yang dia percaya, yaitu Jim Gordon (Gary Oldman)
To be honest, I don't really enjoy Batman Begins. Which movie I like the least from Dark Knight trilogy? Well, this movie is the answer. Ijinkan gue untuk melantur sedikit.
Gue sebenarnya udah nonton Batman Returns, tapi gue lupa penampilan Michael Keaton seperti apa karena gue terlalu terpukau (?) dengan Michelle Pfeiffer dan Danny Devito. Gue cuma bisa men-translate kalau itu berarti penampilan Keaton biasa aja, dan Bale tidak lebih buruk atau lebih baik dari Keaton. Sayangnya, penampilan Bale yang mediocre kurang terbantu dengan Katie Holmes.
Entah seperti apa Rachel Dawes di komik, tapi Holmes kurang membawa semangat dan gairah seorang asisten jaksa muda. The 'good' news is Holmes and Bale didn't build an even good chemistry. Rachel lebih terasa sebagai adik Bruce. Gue gak bisa merasakan perasaan Rachel, ekspresi cemburunya kurang kuat, dan adegan ciumannya terasa dingin. Hampir tidak ada indikasi Rachel mempunyai perasaan lebih kepada Bruce, kecuali adegan dimana Rachel melihat Bruce pergi bersama dua model. Tapi...gue bisa memaklumi Bale dan Holmes. Toh Bale aktor muda yang mungkin sedang mencari pengalaman lewat film Batman Begins. Apalagi penampilan dia di dua film sebelum Batman Begins (American Psycho dan The Machinist) sangat impressive. Dan Katie Holmes sendiri mulai terkenal ketika dia menjadi istri Tom Cruise. Intinya,
Siapa yang gak tahu Golden Trio-nya HarPot? Gak tahu? Gue sumpahin lo punya hidung kayak Voldie! Batman Begins juga punya Golden Trio, yaitu Alfred, Lucius, dan Gordon. Nolan dengan efisien menjelaskan bahwa tanpa mereka bertiga, Batman tidak akan pernah ada. Tanpa Alfred, Bruce tidak akan dewasa dan jalannya akan melenceng. Tanpa Lucius, tentu saja Batman tidak akan pernah ada (nonton filmnya). Tanpa Gordon, Batman tidak akan menjadi pahlawan, tetap dipandang sebagai orang yang main hakim sendiri. Mereka juga punya peranan sendiri dalam stage hidup Bruce. Alfred sebagai ayah, Lucius sebagai...mentor dalam mesin (dan supplier?), dan Gordon sebagai partner. Untungnya, mereka bukan sekedar karakter, alias Caine, Freeman, dan Oldman berhasil menghidupkan karakter masing-masing. Apa gunanya mempunyai karakter yang berpotensi jika tidak mempunyai aktor yang berpotensi?
Now, let's talk about the villains. Gue rasa Batman Begins kebanyakkan antagonis, sehingga tiap penampilan antagonis terasa cepat dan wtf banget. Apalagi di menit-menit pertama yang fokus pada masa lalu Bruce, tiap penjahat kurang bisa memancing emosi dan aktor-aktornya kurang mendapat spotlight. Setelah Bruce memberontak, gue merasa filmnya agak gantung karena gue lost dan bingung tentang siapa penjahat utamanya. Come on, masa sih musuhnya cuma mafia biasa (Carmine Falcone, diperankan oleh Tom Wilkinson)? Gue menduga Falcone ini ada hubungannya dengan Don Vito Corleone di The Godfather. Yah, sayangnya Wilkinson tidak menampilkan aura sangar (?) kayak Marlon Brando. Falcone K.O, datanglah Scarecrow a.k.a Jonathan Crane (Cillian Murphy). Scarecrow ini nasibnya sama kayak Two Face, karakter yang punya potensi, tapi kurang tergali. Waktu gue udah konek dengan Murphy, Scarecrow pake topeng dan K.O sama Rachel-_- Aktor yang paling karismatik sebagai antagonis tentu saja Liam Neeson. Karakter yang diperankan Neeson sebenarnya bukan antagonis yang benar-benar jahat, tapi anti-hero-lebih-ke-antagonis karena pandangan hidupnya yang agak melenceng. Maksudnya baik kan? Dia mencoba untuk me-restore keadilan, tapi dengan konsep yang salah.
Kalau Batman Returns mempunyai aura dark yang memang Tim Burton, Batman Begins berhasil membawa aura dark yang memang asli dari Batman, tapi juga membawa 'jejak-jejak' Nolan. Hmm, mungkin kalian (emang ada yang baca? :p) bakal ngerti kalau udah nonton dua-duanya. Dan rasanya udah gak perlu membahas musik dari Hans Zimmer yang emang keren banget. Apalagi dialog berbobot yang tidak terasa preachy.
My final verdict : Batman Begins presented the original dark theme from Batman, as well as Nolan's signature. And despite the less-than-average chemistry between the leads, it still has some amazing performances.
Gue merasa cerita awalnya itu mix up dari cerita Musa dan...bayi Yesus? Musa karena orangtuanya harus mengirimkan anaknya, dan Yesus karena Kal-El emang ditakdirkan untuk menyelamatkan bumi. Ketika Krypton menunjukkan tanda-tanda kiamat, Jor-El (Russell Crowe) dan Lara (Ayelet Zurer) harus mengirimkan bayi mereka ke bumi. Usaha Jor-El dan Lara berhasil walaupun harus mengorbankan nyawa Jor-El yang dibunuh oleh Zod (Michael Shannon).
Kar-El tumbuh besar dan menjadi Clark Kent (Henry Cavill) yang dibesarkan oleh Jonathan (Kevin Costner) dan Martha (Diane Lane) Kent. Clark yang sadar dirinya berbeda dari orang lain mulai mempertanyakan siapa dia sebenarnya. Jonathan terus menyuruhnya bersabar dan menunggu ketika dia memang harus menyelamatkan dunia. Bertahun-tahun kemudian, Clark menemukan sebuah pesawat asing, yang juga ditemukan oleh Lois Lane (Amy Adams). Ketika Lois terluka, Clark terpaksa menyelamatkannya dan tiba-tiba menghilang. Usaha Lois untuk mengungkapkan siapa Clark sesungguhnya dimulai.
Gue ingat ada orang komentar gini di twitter : MoS masih terasa Nolan-nya, tapi ga Nolan banget. Gue setuju. Sebelum lihat berbagai komen di twitter, ekspektasi gue besar banget buat film ini, apalagi trailer-nya yang menjanjikan adanya kisah masa kecil yang menyentuh dan kelam. Ekspektasi gue mulai menurun setelah ada orang men-tweet bahwa MoS terlalu berat di efek dan tweet tentang Nolan tadi.
Iya, efeknya lebih seru daripada The Dark Knight trilogy. Mungkin karena gue cewek, gue agak bosan dengan efek itu di pertengahan film? Ayolah, gue udah lihat efek begituan di The Avengers, trilogi Iron Man, Star Trek, dll. Rasanya agak norak kalau gue masih 'wow'. Karena udah disajikan special effect yang meriah di awal film, gue berharap kalau bagian selanjutnya disajikan dialog berbobot penampilan akting yang kuat yang bisa menyaingi Batman Begins. Sayang, sepertinya Zack Snyder lupa memasukkan hal-hal itu.
Gue jadi ingat tentang salah satu blog yang mengatakan : Superman adalah Superman dan Clark Kent adalah topengnya. Yap, gue setuju banget. Dan konsep itulah yang sebenarnya kelemahan MoS. Superman itu pahlawan yang paling sempurna. He's too perfect, he's the Gary Sue in superhero world. Di film ini juga dikatakan bukan fisiknya aja yang superior, tapi nalurinya juga. Karena nalurinya udah superior, pandangan hidup dan moral Clark kurang dibahas dan diolah. Dia memang ditakdirkan sebagai superhero yang absolut dan sempurna sehingga gue kurang merasa adanya bantuan dari pihak yang lemah. Dan pihak yang membantu pun tidak membangun hubungan partnership yang kuat seperti Gordon dan Batman.
Selain itu, film ini tidak mempunyai figur mentor yang kuat. Gue sih lebih suka Uncle Ben-nya Spiderman, karena emang dia faktor kuat Peter Parker menjadi pahlawan yang kuat. Kehadiran sang ayah angkat terasa cepat di film ini, dan percakapan heart-to-heart mereka terasa tiba-tiba, karena sebelumnya diperlihatkan kehadiran ibu (angkat) yang sabar dalam menghadapi keanehan Clark. Mungkin maksudnya untuk tidak menghilangkan peran ibu, tapi dialog heart-to-heart antara ayah dan anak jadi terkesan kecepatan dan kurang menyentuh. Walaupun begitu, gue suka dialog antara Clark dan ayah angkatnya yang cukup berbobot. Speaking of dad, kenapa Jor-El lebih terasa seperti mentor daripada ayah kandung? Hubungannya dengan Clark kurang menyentuh, bahkan Russell Crowe kurang menampilkan akting yang emosional ketika harus berpisah dengan anaknya. Gue sih lebih suka adegan dimana Dustin Hoffman harus berpisah dengan anaknya (Justin Henry) di Kramer vs Kramer.
Seperti Batman Begins, performa akting yang mengesankan gue datang dari aktor-aktor veteran yang nongol sebentar seperti Diane Lane, Kevin Costner, dan Russell Crowe. Amy Adams bagus juga kok, dan untungnya lebih bagus daripada Katie Holmes. Apa gue doang yang kurang terkesan dengan Michael Shannon dan Henry Cavill? Gue merasa mereka terlalu lama berantem dengan otot. Tapi itu bukan kesalahan mereka, itu kesalahan dari skrip David S. Goyer yang tidak memberikan ruang banyak bagi pemain-pemainnya untuk mengembangkan kemampuan akting mereka. Gue lebih suka ada 'perang mulut' berbobot seperti yang terjadi di Batman Begins dan TDK. Yah, sebenarnya gue cukup senang nih film gak pake Lex Luthor, karena gue udah bosan lihat kepala mengkilatnya. Tapi kalau musuhnya Lex Luthor, gue pengennya kayak Smallville ; bestfriends to enemies. Biar lebih dramatik gitu.
Anyway, keputusan Zack Snyder untuk memakai Hans Zimmer tepat banget. Dan gue bersyukur gak ada Superman March diputar disini. Mungkin karena gue bukan fans berat Superman makanya gak sedih-sedih banget lagunya gak diputar, hehe. Kalau dilihat-lihat, review MoS gue banyak menggunakan kata kurang. Ya itulah MoS, banyak potensi tapi kurang tergali dan tertutup oleh adegan berantem (yang menurut gue cukup 'menghibur' mata seperti Transformer).
My final verdict : The action and special effect are more thrilling than Batman Begins, but I don't feel a strong emotion for and from this movie.
So, the winner is.....................................................
BATMAN BEGINS!
FINAL SCORE :
Batman Begins : 7,7/10
Man of Steel : 5,5/10
pic cr :
muvipedia.blogspot.com
daleisphere.com
hippierefugee.blogspot.com
comicvine.com
fanpop.com
blogs.canoe.ca
digitalspy.co.uk
section7g.net
Jumat, 03 Mei 2013
Iron Man 3
Sebenarnya gue males nulis sinopsis Iron Man 3, karena gue sendiri kurang 'ngeh' sama alur ceritanya. But, I'm still trying...
Film ini boleh dibilang bukan dari kelanjutan Iron Man 2, melainkan kelanjutan dari The Avengers. Tony Stark (Robert Downey, Jr.) mengalami semacam paranoia setelah kejadian di New York (The Avengers). Ia belum tidur dalam waktu yang lama dan memfokuskan untuk membuat lebih banyak proyek. Hal itu tentu saja membuat Pepper (Gwyneth Paltrow) khawatir.
Amerika yang sedang dilanda oleh sosok teroris bernama Mandarin (Ben Kingsley) juga tidak banyak membantu keadaan Tony. Paranoia Tony sampai di titik ia hampir 'membunuh' Pepper. Adakah hubungan antara kemunculan Mandarin dan kemunculan Aldrich Kilian (Guy Pearce) yang tiba-tiba?
Jujur, selama gue nonton film Iron Man 3, gue ngantuk banget, entah karena gue habis UN, atau karena film ini sama boringnya dengan Transformer 3.
Film ini dibuka dengan narasi? Please, narasi itu boleh dibilang spoiler film ini. Begitu juga flashbacknya yang berhasil membuat gue tambah gak tertarik dengan film ini karena gue berhasil menebak seluruh plot film ini. Mungkin Shane Black bisa belajar dari film The Breakfast Club bagaimana cara membuat narasi sederhana yang walaupun memberikan sedikit spoiler, tapi memberikan suatu efek yang epik. The Breakfast Club sendiri tidak memberikan prolog, John Hughes membiarkan penonton untuk menjawab siapakah karakter-karakter di film itu sesungguhnya. Film ini akan terlihat lebih bagus tanpa narasi dari Downey. Film ini mencoba untuk terlihat lebih epik. Sayang, usaha itu gagal.
Downey boleh dibilang less charming di film ini, mungkin karena dia terlalu lama berkutat di topeng Iron Man. Gue lebih suka aktingnya dia di Sherlock Holmes. Begitu juga dengan Gwyneth Paltrow yang aktingnya kurang memukau dan chemistrynya dengan Downey boleh dibilang biasa saja. Tapi gue suka adegan dimana Pepper menyelamatkan Tony. Itu keren banget!
Yang gue suka justru aktingnya Kingsley dan Pearce. Mungkin mereka supporting actors, tapi mereka meninggalkan kesan yang cukup bagus untuk gue. Karakter Kingsley juga berhasil memberikan humor yang lebih kuat, sesuatu yang gue tunggu-tunggu dari Downey...
Film ini memang berhasil menyuguhkan efek yang seru dan some amazing fight scenes, tapi saking fokusnya ke action, gue rasa film ini agak membingungkan penonton dengan alur ceritanya. 6/10
Film ini boleh dibilang bukan dari kelanjutan Iron Man 2, melainkan kelanjutan dari The Avengers. Tony Stark (Robert Downey, Jr.) mengalami semacam paranoia setelah kejadian di New York (The Avengers). Ia belum tidur dalam waktu yang lama dan memfokuskan untuk membuat lebih banyak proyek. Hal itu tentu saja membuat Pepper (Gwyneth Paltrow) khawatir.
Amerika yang sedang dilanda oleh sosok teroris bernama Mandarin (Ben Kingsley) juga tidak banyak membantu keadaan Tony. Paranoia Tony sampai di titik ia hampir 'membunuh' Pepper. Adakah hubungan antara kemunculan Mandarin dan kemunculan Aldrich Kilian (Guy Pearce) yang tiba-tiba?
Jujur, selama gue nonton film Iron Man 3, gue ngantuk banget, entah karena gue habis UN, atau karena film ini sama boringnya dengan Transformer 3.
Film ini dibuka dengan narasi? Please, narasi itu boleh dibilang spoiler film ini. Begitu juga flashbacknya yang berhasil membuat gue tambah gak tertarik dengan film ini karena gue berhasil menebak seluruh plot film ini. Mungkin Shane Black bisa belajar dari film The Breakfast Club bagaimana cara membuat narasi sederhana yang walaupun memberikan sedikit spoiler, tapi memberikan suatu efek yang epik. The Breakfast Club sendiri tidak memberikan prolog, John Hughes membiarkan penonton untuk menjawab siapakah karakter-karakter di film itu sesungguhnya. Film ini akan terlihat lebih bagus tanpa narasi dari Downey. Film ini mencoba untuk terlihat lebih epik. Sayang, usaha itu gagal.
Downey boleh dibilang less charming di film ini, mungkin karena dia terlalu lama berkutat di topeng Iron Man. Gue lebih suka aktingnya dia di Sherlock Holmes. Begitu juga dengan Gwyneth Paltrow yang aktingnya kurang memukau dan chemistrynya dengan Downey boleh dibilang biasa saja. Tapi gue suka adegan dimana Pepper menyelamatkan Tony. Itu keren banget!
Yang gue suka justru aktingnya Kingsley dan Pearce. Mungkin mereka supporting actors, tapi mereka meninggalkan kesan yang cukup bagus untuk gue. Karakter Kingsley juga berhasil memberikan humor yang lebih kuat, sesuatu yang gue tunggu-tunggu dari Downey...
Film ini memang berhasil menyuguhkan efek yang seru dan some amazing fight scenes, tapi saking fokusnya ke action, gue rasa film ini agak membingungkan penonton dengan alur ceritanya. 6/10
Langganan:
Postingan (Atom)