Jumat, 03 Mei 2013

5 cm


Karena banyak orang yang nonton nih film, akhirnya gue memutuskan nonton nih film.  Gue belum ngerasain antusiasme orang Indonesia yang besar untuk film lokal sejak Laskar Pelangi.  I mean, a really BIG enthusiasm.  

Karena gue rasa udah banyak orang nonton nih film, gue langsung review ya

The Good
Sinematografinya keren banget!  Dan lebih bagus daripada Laskar Pelangi, Rizal Mantonavi mampu menangkap pemandangan Indonesia dengan baik, dan pencahayaannya cukup bagus.

Who's the one who really surprised me? IGOR SAYKOJI!  He didn't really awkward, and his acting and character are so enjoyable, and he's quite funny too!  Dua jempol lah buat ukuran rookie.  Dia cukup lancar dan mampu berinteraksi dengan karakter lainnya dengan cukup bagus.  Dan Junot!  Oh, I really fall on him really hard!  His acting is superb!  Selain mampu membawakan karakternya dengan baik dan tidak canggung, pembawaan emosi dan aktingnya bagus banget loh, waktu adegan 'itu'. Denny Sumargo juga aktingnya lumayan lah, walaupun ga terlalu lucu.

Oh iya, juga diselipkan sedikit humor agar penonton tidak terlalu bosan.

The WTF (Bad)
THE PLOT IS SO LAME.  In the middle of the movie, I was like "What the fck I'm watching?!". ,   Dan 2 aktrisnya itu turn off banget.  Kenapa sih ceweknya itu harus pevita pearce? Gak ada aktris lain atau gimana?  Sumpah, dia itu kayak datar banget, emang sih ditengah2nya dia mulai bagus, tapi waktu adegan 'itu', mukanya berlebihan banget.. Tapi masih lebih parah raline shah.  Aduh, pembawaannya kaku dan canggung banget.  Dia kok pake aku-kamu sih, duh, mak gue aja yang lebih tua pakenya gue-lo ke teman-temannya, bokap gue juga.

Ada beberapa dialog yang kata-katanya itu terlalu puitis untuk diucapkan dalam keadaan non-formal.  Gak apa-apa sih kalo diucapkan cuma beberapa kali, tapi ini terlalu sering.  Apalagi Fedi Nuril, dia itu agak canggung, pertama-tamanya udah lumayan sih, cuma waktu dia lagi 'mimpin' kelompoknya, dia itu  kayak lagi nahan sesuatu.  Harusnya dialognya dibuat lebih santai dan ga terlalu puitis, jadi Fedi bisa lebih santai dan tidak kelihatan canggung.

Gue sempat keder dan cengo waktu nonton nih film.  Gue lebih suka film ini lebih fokus ke persahabatan, mungkin akan lebih dimaafkan, tapi akhirnya si romance lah yang lebih menghancurkan film ini.  Ini jadi kayak "Friends (1994-2004) wannabe".  Memang bagian akhirnya gue cukup terkejut juga how Rizal Mantovi gave the climax and the ending of their lovelines.  Terus yang tadinya temanya itu persahabatan, lari-lari jadi nasionalisme.  Kalo film ini kayak Jakarta Hati atau Alangkah lucunya negeri ini, mungkin bisa lebih nyambung jadi tema nasionalisme, tapi ini gak nyambung banget.  Waktu bagian prolog, tidak ada tanda-tanda kalau kelima sahabat ini merasa malu dengan negaranya, atau sebel tinggal di negaranya, atau cinta Indonesia.  Alur cerita-lah yang akhirnya BENAR-BENAR menghancurkan film ini, sedangkan romance menghancurkan kebagusan yang ada di film ini walaupun tidak seluruhnya.

Ternyata saya baru tau kalau rizal mantovi tidak membaca bukunya.  Ya ampun, this is a very stupid mistake!  Begini, sutradara itu kayak guru, dia harus benar-benar mengerti pelajaran (filmnya) untuk ditunjukkan kepada muridnya (penonton).  Kalo si sutradara tidak mengerti sepenuhnya tentang alur cerita dari film yang ingin dia buat, gimana penontonnya bisa ngerti?  Saya memang sengaja gak baca dulu karena saya ingin lihat kemampuan si sutradara menjelaskan film ini ke penonton awam.  And he fails.  Rizal Mantovi harus belajar dari Mike Newell (Harry Potter 4), Ang Lee (Sense and Sensibility, Life of Pi), Joe Wright (Pride and Prejudice 2005), dan Chris Collombus (Harry Potter 1& 2).

Kalau Jakarta Hati dan Lovely Man belum tayang di Indonesia, gue mau aja memberikan film ini 6,2, tapi sebelum film ini, ada film Indonesia yang JAUH lebih bagus.  Secara umum filmnya ga parah banget kayak Twilight, tapi film ini memang kayak Twilight, dari mulut ke mulut (penonton amatir)  emang filmnya bagus, tapi untuk penonton yang lebih ingin tontonan berisi, film ini kurang memuaskan.  It's overrated. 5,8/10

pic cr : dwikisetiyawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar