Rabu, 06 Agustus 2014

The Rocky Horror Picture Show

So I'll remove the cause, but not the symptom. -Frank n Furter
drafthouse.com

Rocky Horror Picture Show merupakan film cult dengan genre musikal, komedi, dan horor.  Film berdurasi 100 menit ini disutradari oleh Jim Sharman dan ditulis oleh Richard O' Brien.  O'Brien tidak hanya menulis skrip film ini, tapi dia juga ikut menulis semua lagu.  Saat Rocky Horror Picture Show diputar di bioskop di Amerika, beberapa orang berulang-ulang kali menonton film ini.  Namun menurut kritikus film, Roger Ebert, RHPS boleh dibilang diabaikan sebagian besar orang.  Akhirnya, film ini diputar ulang di sebuah Midnight Cinema dan banyak orang mencoba untuk 'meniru' RHPS lewat cara berdandan ataupun mengadaptasinya menjadi drama di teater.  

Janet (Susan Sarandon) dan Brad (Barry Bostwick) baru saja bertunangan.  Mereka dalam perjalanan menuju salah satu teman Brad ketika mobil Brad mogok.  Hujan turun dan mereka memutuskan untuk mencari pertolongan di kastil yang mereka lewati.  Kedatangan mereka disambut oleh Riff Raff (O'Brien), Magenta (Patricia Quinn), dan Columbia (Nell Campbell).  Mereka merasakan aura aneh yang ada di kastil tersebut.  Perasaan aneh tersebut semakin menjadi-jadi ketika Dr. Frank N. Furter (Tim Curry), a so-called transvestite.  Sang dokter mengajak Brad dan Janet untuk melihat ciptaannya dengan fisik yang nyaris sempurna, Rocky Horror (Peter Hinwood).  Seiring berjalannya waktu, banyak kejadian aneh terjadi di tempat tinggal Dr. Frank.


rhps-paris.fr
Pengalaman menonton RHPS tidak semenyenangkan yang gue kira.  Setelah membaca beberapa resensi dan melihat beberapa stills film ini, gue kira gue bakalan ngefans berat sama filmnya, ternyata gak.  Why?

Pertama, sebagian besar *atau mungkin semua* lagu-lagu film ini dipengaruhi oleh gaya punk.  Nah, lagu-lagu punk biasanya dinyanyikan dengan cara berteriak atau bahkan berbicara, dan tidak dinyanyikan dengan cara menyanyi biasa.  Kalau kagak ngerti, dengerin aja lagu-lagunya The Sex Pistols.  Gue kurang suka sama lagu-lagu punk karena lagu-lagunya gak catchy atau cukup susah untuk dinyanyikan.  Gaya punk dalam soundtrack RHPS justru menyebabkan gue kurang bisa menikmati filmnya.  Lagu yang bener-bener gue suka cuma Hot Pattotie dan lagu yang gue suka aja tuh Science Fiction/Double Feature dan Time Wrap.  Bagian paling awkward tuh ketika gue dengerin Touch-a, Touch-a, Touch-a, Touch me.  That song is so awkward and Susan Sarandon's shrill voice doesn't help.  Call me prude, but that song is f**kin awkward for me.  Somehow, tuh lagu agak mengingatkan gue sama lagu dangdut gak jelas.

Siapapun yang menganggap RHPS itu film horor jelas kagak pernah lihat aktingnya jupe ataupun ngelihat pidatonya wowo.  Gue kira bakalan banyak adegan berdarah-darah, gak tahunya nih film sejinak De Syaining.  Gue jadi agak kecewa karena gue udah mengharapkan unexpected murders or bloody murders.  Walaupun unexpected murders gak banyak di film ini, RHPS masih punya segudang unexpected things sepanjang film.  Unexpected things itulah yang membuat RHPS menjadi film yang cukup fun.        

whoisthemarchking.blogspot.com

Bicara soal bagian akting, Tim Curry jelas aktor yang paling stand-out di film ini dan aktingnya emang hebat banget.  He can be bitchy sassy, playful, or even adorable in this movie.  Frank N. Furter juga tokoh favorit gue dari film ini.  Biasanya, lelaki gay atau biseksual yang suka berdandan sebagai perempuan tuh terlalu lemah lembut nan gemulai, contohnya Kurt dari Glee.  Cukup sedikit dari lelaki gay jenis ini yang mempunyai kekuatan dan karisma.  Frank N. Furter yang diperankan oleh Curry mempunyai dua hal itu.  Adegan yang paling menunjukkan bahwa ia mempunyai kekuatan adalah ketika ia membunuh seseorang.  Kalau karismanya?  For me, he's charismatic throughout the film.  

Kalau aktris terbaik di film ini bagi gue sih Patricia Quinn.  Sama seperti Frank N. Furter, Magenta yang diperankan Quinn juga mempunyai kekuatan dan karisma.  Hal ini yang membuat Magenta lebih menonjol dibandingkan Riff Raff dan Columbia bagi gue.  Yang membuat Riff Raff kurang menonjol dibandingkan Magenta adalah postur tubuhnya yang membungkuk dan Quinn berakting lebih baik ketimbang O'Brien.  Sedangkan Columbia mempunyai sifat yang lebih lemah (sedikit) daripada Magenta.  Susan Sarandon, I really love you in Enchanted but why are you too dramatic for my taste in this movie?!  Waktu si Janet pingsan, gue pengen banget lempar kolor ijo ke dia saking gedek ngelihat aktingnya.

Applause but Sue Blane, orang yang mendesain kostum-kostum di film ini dan siapapun yang mendesain props yang digunakan di RHPS.  They are cool and unique!  Mungkin kelihatan norak tapi tetap aja barang-barang dan kostum yang digunakan di film ini tuh unik dan iconic.

Overall, The Rocky Horror Picture Show is a unique and offbeat musical-horror-comedy film.  I really recommend it so you guys can experience something different from a film. 8/10 

 

      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar