Sabtu, 19 Oktober 2013

Gravity : Cuaron is a genius

I've got you. -Ryan Stone

Saya harap saya bisa memberikan sedikit perbandingan antara Gravity dengan 2001 :  A Space Odyssey atau Apollo 13, namun saya belum menonton keduanya-_-  Saya bukan penggemar sci-fi, dan jarang sekali mengikuti perkembangan sci-fi.  Sejauh ini film sci-fi yang saya sukai hanya Inception dan Star Trek (2009). Akhirnya saya kepo juga dengan film Gravity yang tidak hanya 'bagus' di mata para kritikus, tapi suatu film yang luar biasa, bahkan disebut-sebut sebagai movie of the year.  Oh iya, saya belum menonton Children of Men, dan satu-satunya film Alfonso Cuaron yang saya tonton adalah HarPot and the Prisoner of Azkaban (yang menurut saya film kedua terbaik serial Harry Potter).  

Sebenarnya cerita dari Gravity cukup sederhana.  Kita akan mengikuti perjalanan Dr. Ryan Stone (Sandra Bullock) dan Matt Kowalski (George Clooney) di luar angkasa.  Kowalski mempunyai karakteristik yang cukup periang, optimis, dan suka bercerita dan Stone sebaliknya.  Mereka dalam sebuah misi, yaitu memperbaiki satelit (saya kurang tahu).  Sayangnya mereka tidak tahu bahwa satelit Rusia meledak dan akan segera menyerang mereka.  Seluruh anggota tim mereka meninggal, pesawat mereka rusak, komunikasi dengan bumi terputus, dan kadar oksigen mereka menipis.  Dengan semua masalah dan keterbatasan, mereka berjuang hidup di luar angkasa.  Dan hanya mereka berdua di alam semesta yang tak terbatas.

WARNING : CONTAIN SPOILER


Saya gak tahu harus komentar apa.  Saya sendiri kurang ngerti komentar soal teknik dalam sinematografi dsb.  Saya hanya tahu bahwa Gravity is one the most fucking-amazing-brilliant movie I've ever watched.    

Saya ikutan tegang bukan karena ceritanya, tapi saya jadi tegang karena mendengar nafas Sandra Bullock yang pendek.  Suara nafas Bullock menghipnotis saya sehingga saya menjadi tegang.  Soal akting, Sandra Bullock memang sudah memberikan yang terbaik, dan Gravity sejauh ini adalah puncak kemampuan akting Bullock.  Tapi, saya masih merasa Bullock masih bisa digantikan di film ini.  Beberapa aktris saya pikir mampu menggantikan Bullock yaitu Nicole Kidman, Julianne Moore, Cate Blanchett, dan Meryl Streep (jika ia lebih muda :p).  Intinya, akting Bullock sudah bagus, hanya saja replaceable.  The same goes to Mr. George Clooney.  Ya, dia charming dan blablabla, but am I the only one who wasn't THAT impressed with Clooney after I had watched it?  But, I must admit they had a good chemistry.  

Banyak sekali adegan yang membuat saya takjub, entah itu serangan 'satelit' Rusia, atau Stone yang melayang-layang sendirian di alam semesta, atau kamera yang seakan-akan masuk ke helm Stone, namun yang benar-benar membuat saya eyegasming adalah pemandangan matahari terbit dan aurora dari luar angkasa.  Di adegan itu saya merasa bersyukur karena saya sudah bisa menikmati cinematic experience di masa kini dan saya bisa menontonnya di 3D.  Ah, saya jadi kasihan sama generasi selanjutnya yang belum tentu bisa nonton ini di bioskop :p

Ternyata plot Gravity tidak sedangkal saya kira.  Saya suka dengan plotnya yang simpel dan tidak ada romance kacangan mendadak.  *SPOILER* Walaupun si tokoh selamat, dan memang dengan cara yang agak wah, keselamatan itu digambarkan dengan cara yang lebih natural dan somewhat menyentuh dibandingkan dengan kebanyakan film-film sci-fi atau hero lainnya (e.g Kirk yang tiba-tiba bisa hidup padahal sudah mati?) *SPOILER ENDS*  Film ini menceritakan survival, baik secara fisik maupun psikis, pilihan dalam hidup, rebirth, dan masih banyak lagi.  Itu semua hadir dari penampilan 'solo' Ryan Stone.  Cuaron juga menggunakan banyak simbol dalam film-filmnya.  Yang ditangkap oleh banyak orang mungkin adegan dimana posisi Sandra Bullock terlihat seperti janin, lalu ketika ia sampai di bumi dan ia belajar untuk berdiri.  Atau ketika perjalanan Stone terhambat oleh parasut dan akhirnya ia sendiri juga diselamatkan oleh parasut.  Sayang sekali percakapan filosofis antara Stone dan Kowalski kurang nendang, mungkin maksud Cuaron untuk tidak terlalu menggurui.  Tapi di adegan itu saya sadar bahwa semangat, survival, niat, dan sebagainya datang dari kita sendiri.  Orang lain hanya bisa menyemangati.  Berhasil atau tidaknya, hadir atau tidak, itu tergantung diri kita masing-masing.  Ketika Kowalski memberikan kata-kata untuk membangun semangat Stone, ia masih tetap tidak bereaksi.  Namun perlahan-lahan, ia sadar bahwa ada alasan ia masih hidup, dan ia harus berjuang untuk mempertahankannya.  Adegan itu berhasil membuat saya menangis, karena saya tahu juga bagaimana rasanya putus asa dan sendirian.  Ryan Stone mungkin tokoh fiktif, namun saya senang dia memilih untuk bangun dan berjuang.

Saya akan kaget sekali jika ada film yang bisa mengungguli Gravity dari segi teknik, akting, dan cerita dalam waktu dekat ini.  Karena Gravity bukan sekedar film sci-fi dengan peralatan mewah ataupun film yang menggurui penontonnya dengan filosofi ataupun human survival. 9,5/10

pic cr :
lorinpolin.com
beyondhollywood.com
                                          

4 komentar:

  1. bener sekali katamu....aktris lain bisa banget nggantiin Sandy as Ryan Stone,
    bukannya harusnya Jolie atau Nat Portman,,'
    tapi kalo ane andaikan sekarang..kayanya Bullock tuh udah best choice...Jolie bakal terliat terlalu "though woman",
    sedangkan Nat dengan body and suaranya itu....bakal terlalu 'fragile'
    Jdi ya emang Sandy berada di antara keduanya...intensitas dramatik dan 'maskulinitas terbatas' yang pas banget, imho

    Kalo tentang visual.....i can't say anything....Damn Good ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. maklum pengetahuan ane masih terbatas-_- maksud ane sih kalau lihat dari sisi emosionalnya, atau gak tante Jodie Foster bisa juga tuh. Seandainya Uma Thurman punya bukti dia bisa akting emosional banget, ane juga maunya dia

      Hapus
  2. Best movie of the year!
    Ga bisa ngebayangin deh kalo Jolie yang kepilih lol!
    Nice review! :)

    BalasHapus