*SPOILER ALERT*
Imperfect yang dimaksud di artikel ini berbeda dari unsur-unsur melodrama seperti perjodohan, perbedaan kelas sosial, cinta segitiga, perpisahan, dll. Untuk film Shrek, saya mengadakan pengecualian dan imperfection hanya merujuk pada imperfection fisik yang sangat jarang hadir pada film-film fairytale umumnya.
Saya tertarik dengan film-film romance yang membahas masalah internal sebuah pasangan secara konstan, menarik, dan realistis. Bagi saya, film-film seperti itu bagaikan buku pelajaran yang mengasyikkan atau sebuah jendela kehidupan orang lain. Salah satu hal yang saya pelajari di kehidupan ini, sebuah cerita, walaupun sangat fiktif dan penuh dengan imajinasi, pasti mengandung sesuatu yang bersifat autobiografi, alias si pengarang atau penulis pernah mengalami hal tersebut, atau mempunyai seseorang yang ia 'masukkan' ke dalam karyanya. Itulah alasan-alasan yang menyebabkan saya menyukai film-film yang realistis. Selain itu, saya memang tertarik dengan karya-karya yang mempunyai sifat-sifat imperfect, realistis, hancur, abstrak, dan mengandung perasaan sakit, kekecewaan, marah, dan depresi. Saya justru tidak suka dengan film-film dangkal dan terlalu simpel. Orang-orang mengatakan film-film seperti itu mudah untuk ditonton, tapi bagi saya film-film itu hanya membuat darah tinggi. Karena film-film itu seperti itu tidak punya sesuatu untuk dianalisis atau direnungkan.
Cukup dengan celotehan saya, di bawah adalah imperfections yang saya tangkap dari enam film berikut :
1. Annie Hall (Woody Allen, 1977)
The imperfection : insecurity Annie (Diane Keaton) dan Alvy (Woody Allen) dalam menjalani hubungan.
Insecurity dan low self-esteem sudah hadir pada Annie dan Alvy sebelum mereka saling mengenal. Annie merasa dirinya hanyalah gadis kecil dari Chippewa Falls di kota besar dan Alvy selalu merasa tidak nyaman dengan keramaian, padahal ia seorang komedian jenius! Mereka berdua berusaha memperbaiki masalah masing-masing dengan pergi ke psikiater, tapi akhirnya hanya Annie yang 'sembuh', sedangkan Alvy hanyalah...Alvy.
Dalam diri Annie masih terdapat jiwa yang suka bereksplorasi, sehingga ia cepat berkembang dan 'sembuh'. Sedangkan Alvy tidak suka perubahan-perubahan besar sehingga ia stuck dan lambat berkembang. Perbedaan 'kecepatan' dalam keduanya hanya menyebabkan suatu hubungan yang gagal.
Tidak hanya itu, andai kata Alvy dari dulu mengatasi masalahnya, ia akan tetap bersama Annie. Apa yang terjadi pada Alvy sebenarnya seringkali terjadi banyak orang. Banyak orang yang terlalu keras mengkritik diri mereka sendiri, atau tidak nyaman di keramaian, tapi mereka mengabaikannya. Mereka menghipnotis diri mereka sendiri dengan berkata bahwa itu tidak apa-apa, padahal hal itu bisa mempengaruhi hubungan mereka dengan banyak orang di masa depan. Mereka membiarkan hal itu lekat pada diri mereka, tanpa berusaha memperbaikinya.
2. Shrek (Andrew Adamson & Vicky Jenson, 2001)
The imperfection : Beauty and the beast issue
Siapa sih yang pernah membayangkan bakalan ada film fairytale dimana pangerannya pendek, ksatrianya seorang ogre yang cuma bawa keledai, dan seorang putri yang bisa menjaga dirinya sendiri?
Tidak hanya itu, film ini juga mengajarkan don't judge the book by the cover. Shrek (Mike Myers), seseorang yang mengerikan, bisa menjadi sosok yang caring dan lucu setelah mengenal Fiona (Cameron Diaz). Shrek juga tidak merendahkan Fiona setelah tahu ia ahli dalam bela diri. Intinya, gak semua hal sesuai dengan yang terlihat atau yang kita kira.
Tapi masih ada satu pelajaran lagi, yang kayaknya perlu banget diresap oleh remaja-remaja jaman sekarang : cinta tidak mengenal fisik. Cinta sendiri sesuatu yang lebih besar daripada penampilan fisik. Karena itu saya tidak percaya pada love at first sight, karena tidak ada bedanya dengan cinta karena fisik saja.
3. (500) Days of Summer (Marc Webb, 2009)
The imperfection : miscommunication antara Tom dan Summer
Sering kali kita merasakan suatu spark atau ikatan dengan seseorang dan kita sering mengira orang itu juga merasakan apa yang kita rasakan. Padahal kenyataannya tidak, dan spark atau apapun hanya terjadi di imajinasi kita. Bisa saja itu perasaan naksir belaka, atau baru tahap suka, bukan cinta.
Tom (Joseph Gordon-Levitt), yang merasa Summer (Zooey Deschanel) bekerja di perusahaannya karena ia ditakdirkan untuk bertemu Tom, langsung berasumsi bahwa Summer adalah the one. Tom langsung berasumsi bahwa Summer membalas perasaannya dari tindakan-tindakannya. Karena dibutakan oleh rasa sukanya pada Summer dan kepercayaannya pada the one, Tom mengabaikan sinyal-sinyal yang berbeda dari Summer. Sinyal-sinyal yang menyatakan Summer tidak sepenuhnya merasakan perasaan Tom.
Sebaliknya, Summer mengira tindakan-tindakan Tom merupakan tanda bahwa ia mengerti their relationship is just for fun. Tidak ada status tertentu seperti boyfriend and girlfriend. Summer tidak merasakan ikatan batin yang kuat dengan Tom dan mungkin mengira bahwa rasa suka Tom akan cepat menghilang. Karena mereka berdua merasa bahwa pasangan masing-masing sudah mengerti -padahal tidak- terjadilah miskomunikasi. Seandainya tidak pernah terjadi miskomunikasi, mereka bisa tetap menjadi teman, atau Tom dan Summer mendapat happy ending karena Tom tidak lagi childish dan lebih mengerti pandangan Summer.
4. Blue Valentine (Derek Cianfrance, 2010)
The imperfection : young marriage couple issue
Dean (Ryan Gosling) dan Cindy (Michelle Williams) merupakan pasangan suami-istri muda. Mereka sendiri baru mengenal beberapa bulan sebelum memutuskan untuk menikah. Hal itulah yang menyebabkan mereka tidak terlalu mengenal satu sama lain, dan baru menyadari apa yang 'salah' dari satu sama lain setelah menikah.
Belum lagi mereka sudah merasa letih dan tidak mau mendengar pasangan masing-masing. Dean tidak mau berkompromi dengan Cindy ketika memesan motel, sedangkan Cindy tidak benar-benar mencoba untuk memperbaiki hubungan mereka ketika di motel. Mereka sudah terlalu egois karena dalam diri mereka sudah ada pemikiran bahwa mereka lebih baik dari yang satunya. Dean merasa Cindy tidak pernah mengekspresikan cintanya lagi sedangkan Cindy merasa Dean tidak pernah serius dalam mencari uang.
Mungkin juga keadaan ekonomi yang pas-pasan menyebabkan mereka tidak bisa take their time dan menghidupkan lagi romance dan gairah yang pernah ada dalam diri mereka. Tiba-tiba saja kedua hal itu menghilang dalam kesibukan rumah tangga.
Blue Valentine merupakan film yang lebih tragis daripada Titanic ataupun Romeo + Juliet karena kehancuran di film itu sangat nyata. Alias everyday reality. Bukankah tragis dua orang yang saling mencintai akhirnya berpisah karena ego masing-masing ataupun keputusan yang menggebu-gebu dan bukannya karena kecelakaan kapal atau bunuh diri?
5. Like Crazy (Drake Doremus, 2011)
The imperfection : long distance and too much time that lost
Anna (Felicity Jones) dan Jacob (Anton Yelchin) tidak menyadari bahwa waktu yang habis sudah terlalu banyak untuk membangkitkan spark di antara mereka. Sebenarnya ini lebih kearah faktor eksternal dan kesialan. Pada akhirnya hubungan mereka kalah oleh jarak yang terlalu jauh dan waktu yang terbuang banyak.
Film ini mengajarkan bahwa long distance relationship isn't that easy. Ketika kamu melakukan itu, literally kamu sudah harus siap untuk berkomitmen. Cinta yang menggebu-gebu bisa hilang karena jarak yang jauh dan waktu yang terbuang. Belum lagi jika seseorang hadir dan orang itu bisa dekat dengan diri kita. Entah kenapa saya ingin sekali memperlihatkan ini pada teman-teman saya yang labil dan terlalu sering galau untuk menyindir mereka, haha.
6. Before Midnight (Richard Linklater, 2013)
The imperfection : the usual marriage problem
Jesse (Ethan Hawke) dan Celine (Julie Delpy) sudah dewasa dan menjadi 'orang'. Karena mereka sudah dewasa, tumbuh pemikiran yang menyatakan mereka sudah bijaksana. Sayangnya, hal itu menciptakan banyak pertengkaran karena yang satu merasa lebih bijaksana daripada yang lain. Belum lagi sifat jelek mereka berdua sangat mempengaruhi pertengkaran-pertengkaran itu. Celine merasa dirinya berkorban banyak, padahal bisa saja ia mengambil waktu untuk istirahat. Sedangkan Jesse bersikap pasif dan menghindarkan dirinya dari masalah dengan memutar perkataan Celine. Tapi, Celine dan Jesse tidak seperti Dean dan Cindy yang baru mengenal beberapa bulan. Jesse dan Celine sudah mengenal bertahun-tahun dan otomatis lebih 'tahan banting'.
Pelajaran yang bisa saya ambil dari sini yaitu tidak semua pertengkaran harus diselesaikan secara cepat. Ada waktunya ketika sebuah pasangan harus menunda masalah dan menikmati sebuah momen. Andai saja Jesse dan Celine terburu-buru untuk menyelesaikan sebuah masalah, emosi negatif mereka malah semakin menumpuk dan pertengkaran akan semakin hebat. Mereka bertindak tepat dengan berhenti dan menutup pertengkaran itu dengan cara yang anti-klimaks dan bittersweet.
Selain itu, hanya karena sebuah pasangan bertengkar hebat atau capek dengan kejelekkan pasangan masing-masing, bukan berarti itu pertanda mereka harus bercerai. Mereka masih bisa memilih apakah mereka ikut arus alias bercerai, atau berusaha memperbaikinya.
Almost there
The Way We Were : why not? Belum nonton.
Beauty and the Beast : why not? Too polished.
Eternal Sunshine of the Spotless Mind : why not? Belum nonton.
Saya menulis artikel ini bukan untuk menghakimi, "oh, pacaran itu sulit" atau, "oh, pacaran itu mudah". Saya menulis artikel ini sekedar menuangkan pemikiran saya. Anyway, mohon maaf kalau tata bahasanya salah atau kaku atau canggung, haha.
Very good. Life is complicated. Shrek may be the longest romance film in those movies; karena dia berseri. Ada masa muda sampai punya anak. Btw, sedikit error: kejelekkan harusnya kejelekan. Overall, two thumbs up.
BalasHapusThanks dad!
HapusBlue Valentine is awesome, ngolah konfliknya keren, ada motif di balik konflik, nggak cuma sekedar konflik.......
BalasHapusSuka dialog Gosling kalo lagi "curiga" ma istrinya
Tapi saya tetep lebih suka Before Midnight, Blue Valentine pacenya lebih lambat dan atmosfirnya lebih berat.
Hapus