You gotta appreciate what you have while you still have it. -Warren Schmidt
Saya kurang familiar dengan karya-karya Alexander Payne, bahkan saya belum sempat menonton The Descendant. Tapi nama Payne yang sempat terdengar di Golden Globes dan Academy Awards, dan Jack Nicholson sebagai pemain utama, cukup membuat saya menunggu-nunggu film ini di HBO Signature (setelah sekian lama diputar di weeknghts atau di jam yang terlalu malam-_-)
About Schmidt bercerita tentang kehidupan Warren Schmidt (Jack Nicholson) setelah ia pensiun. Namun, ia merasa sedikit bosan karena ia tidak mempunyai sesuatu untuk dikerjakan lagi. Sampai suatu hari ia melihat iklan sebuah yayasan yang menyatakan bisa menyumbang sekitar 22 dollar per bulan. Tidak hanya menyumbang, ia juga harus menulis surat kepada 'anak asuhnya' yang bernama Ndugu. Di surat itu, ia mencurahkan pikiran dan perasaannya tentang keluarganya dan kehidupannya, bahkan menjelek-jelekkan istrinya. Ironisnya, istrinya, Helen, meninggal setelah ia mengeposkan suratnya. Namun, hidup Warren tetap berlanjut. Setelah istrinya meninggal ia mulai melakukan perjalanan dengan trailer-nya sebelum putrinya, Jeannie, menikah.
Film ini mempunyai pace yang lambat, namun saya tetap menyukai perjalanan hidup Warren Schmidt. Selain itu, melihat Jack Nicholson berperan sebagai pria yang lebih 'normal' merupakan sesuatu yang refreshing. Belum lagi sinematografi yang cukup menawan dan musik pengiring yang terdengar satir.
Schmidt memang tua, tapi tidak cukup tua untuk berdiam diri di panti jompo ataupun membayar seorang perawat. Saya rasa cukup menarik bagaimana Schmidt harusnya 'berhenti' saja dalam hidup karena ia sudah pensiun, istrinya sudah meninggal, dan putri satu-satunya akan menikah. Tapi nyatanya ia masih hidup dan cukup sehat, bahkan mampu untuk melakukan perjalanan. Entah mengapa ada sesuatu yang menarik dari cerita seorang pria 60an yang memang tidak muda namun belum di umur yang pantas untuk mati. Bagaimana dia harus hidup dalam kesuraman dan kesedihan, atau keadaan yang saya akan membuatnya untuk meminta agar waktu berhenti saja, tapi waktu tetap berjalan dan dia tetap hidup. Itu adalah pesan hidup yang cukup kejam, namun realistis juga.
Agak disayangkan Alexander Payne dan Jim Taylor kurang menyeimbangkan petualangan yang dialami Warren dan hubungannya dengan putrinya. Namun film ini memang berjudul About Schmidt, bukan About Schmidt and... Tapi bagaimana ya? Saya sendiri merasa bahwa perjalanan yang dilakukan Schmidt kurang memiliki porsi dan kurang amusing. Adegan yang cukup menghibur dari petulangan Schmidt adalah ketika ia mencium istri orang dan ketika ia berbicara pada bintang karena ia menyesal bahwa ia kurang memikirkan perasaan almarhum istrinya. Beruntung sekali cerita hubungan Schmidt dan putrinya sudah sempat terbangung di awal film. Dan konflik mereka pun berakhir bittersweet, agak mirip dengan film Magnolia (1999).
Saya tahu bahwa memberikan pujian kepada Jack Nicholson terlihat agak basi, tapi saya toh tetap melakukannya, haha. Saya belum menonton As Good as it Gets ataupun Something's Gotta Give, jadi ini pertama kalinya saya menonton Jack Nicholson menjadi sosok yang lembut dan cukup lovable. Bagaimana ia mampu menunjukkan kerapuhan Schmidt dan kepolosannya (terserah anda setuju atau tidak, lol). Dan tatapan terakhirnya di adegan terakhir film ini agak meningatkan saya pada ending film Oldboy (2003).
Ada juga Kathy Bates yang berperan sebagai calon besan, and she nailed her character. Her character is really amusing and free-spirited. Dia tidak tampil cukup lama bagi saya untuk menilai chemistry-nya dengan Jack Nicholson. Selain Kathy Bates ada juga Hope Davis yang berperan sebagai Jeannie, putri Schmidt. She gave a great performance.
Yes, people can hurt others and they don't realize it. But people can make others happy or make positive changes and they still don't realize it. Just keep both in mind. 8,7/10
pic cr:
blogs.yahoo.co.jp
slantmagazine.com
listal.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar