Karena ini blog film, ya review yang gue maksud disini filmnya, bukan novelnya-_-
Sejauh ini Harry Potter adalah serial yang paling gue ikutin. Gue udah baca 6 novelnya (novel yang ketiga baru setengah) dan udah nonton 8 filmnya. Gue suka kok Trilogi The Dark Knight sama TLOTR, X-Men lumayan lah, tapi gue gak pernah ada niatan baca komik Batman dan X-Men, ataupun baca novel trilogi TLOTR yang bahasanya dewa banget.
Gue pribadi juga menganggap Harry Potter lebih bagus daripada TLOTR. Kenapa? Harry Potter mempunyai jalan cerita yang kompleks, dan sering sekali mempunyai setidaknya satu unexpected shit di semua novelnya. Ntar deh gue bikin artikel sendiri buat unexpected shit di novel-novel Harry Potter. Dan sebenarnya itu tercermin di film-filmnya. Akuin aja, seberapa banyak sih penonton/pembaca yang bakal ngira si J.K Rowling bunuh Sirius, Fred Weasley, ataupun the lovable Dobby? Atau ternyata Severus Snape itu beneran setia sama Dumbledore dan punya undying love buat emaknya Harry? Mungkin lo gak terkejut waktu nontonnya karena udah baca ataupun di-spoiler. Tapi kalau kita pikir-pikir lagi, hal-hal diatas itu cukup gak terduga loh.
Sedangkan TLOTR mempunyai gaya bahasa yang terlalu dewa dan mengurangi faktor enjoyment waktu baca novelnya ataupun nonton. Ceritanya memang kompleks, tapi hampir gak ada faktor kejutan alias unexpected shit seperti di Harry Potter. Apalagi J.R.R Tolkien kurang berani untuk membunuh beberapa karakter, mentok-mentok cuma Theoden sama saudaranya Faramir yang mati-_-
Oke, itu dia celotehan gue sebelum artikel sebenarnya (?) Maklum ya gue bikinnya short reviews, gue gak kuat bikin review panjang buat 8 film sekaligus, wkwk.
7. Harry Poter and the Sorcerer's Stone (2001, Chris Colombus)
Film ini mirip banget dah sama gayanya Steven Spielberg. Too child-oriented. Nih film lebih kekanak-kanakan dah daripada Bambi ataupun The Lion King yang notabene film kartun. Rada mengingatkan gue sama The Goonies. Efeknya pun mengingatkan gue sama The Goonies. Bayangin aja, beda 1,5 dekade-_- Sedangkan TLOTR yang rilis di tahun yang sama mempunyai efek yang jauh lebih superb. Pantes aja lebih terkenal Peter Jackson daripada Chris Colombus. Film ini juga TERLALU setia dengan novelnya.
Tapi terlepas dari itu semua, HarPot 1 tetap menyediakan petualangan yang worth to watch dan decent acting performances dari aktor-aktornya. Dan special credit buat John Williams yang bikin Hedwig's Theme!
Best Moments
- Harry vs Prof. Quirell.
- The Mirror of Erised.
6. Harry Potter and the Half-Blood Prince (2009, David Yates)
Menurut wikipedia, film keenam Harry Potter ini adalah salah satu film terbaik dari serial HarPot dan mendapat ranking 4 di Rotten Tomatoes. Tapi David Yates melakukan kesalahan besar di film ini : tidak memasukkan adegan Battle of the Astronomy Tower. WTF dude! Pantes aja gue bawaannya bosen kalo nonton nih film. Hampir gak ada seru-serunya. Sejak film kedua, game quidditch emang gak seru lagi, jadi adegan Ron yang latihan quidditch dan melakukan gerakan aneh adalah salah satu adegan garing, awkward, dan WTF pake banget. Intinya, HarPot 6 lebih berasa cerita-cerita pendek kegiatan di Hogwrats yang disusun kurang rapi. Ada Professor Slughorn yang misterius, ada Half-Blood Prince yang misterius, ada Draco Malfoy yang cengeng, ada juga kisah kasih di sekolah, sehingga HarPot 6 mempunyai alur yang kurang mengalir. Sayang loh, soalnya David Yates udah cukup berhasil menangkap atmosfir gelapnya.
But on the other hand, film ini emang turning point-nya Emma Watson, Rupert Grint, dan (especially) Tom Felton. Mereka udah benar-benar menyerap karakternya, dan aktor-aktor ini harus berterima kasih buat J.K Rowling yang udah nulis ceritanya, sehingga mereka bisa benar-benar nunjukkin kemampuan akting mereka yang terbaik. Doh, adegan Draco nangis dan dimana dia mencoba buat membunuh Dumbledore benar-benar ditangani dengan baik oleh David Yates dan Tom Felton. Felton nailed his character! Hebat banget dia bisa menunjukkan kompeksitas karakter Draco Malfoy yang nakal dan sombong, tapi tidak jahat. Daniel Radcliffe? Well...dia tetap Daniel Radcliffe.
Best moments :
- Weasley Wizard Wheezes.
- Harry Potter vs Draco Malfoy.
- Harry and Dumbledore searched for Voldemort's horcrux.
- Dumbledore's death.
5. Harry Potter and the Chamber of Secrets (2002, Chris Colombus) - Harry Potter and the Deathly Hallows part 1 (2010, David Yates) Tie
Memang masih child-oriented, tapi HarPot 2 lebih kompleks dan gelap daripada film sebelumnya. Tapi atmosfir gelapnya kurang sync dengan keseluruhan filmnya. Mulai dari mobil terbang, pertandingan quidditch yang masih lively dan berwarna, itu semua gak cocok dengan usaha J.K Rowling dan Chris Colombus yang berusaha menampilkan sisi gelap HarPot.
Tapi diluar itu semua, kemampuan akting young cast-nya juga udah berkembang. Begitu juga dengan aktor-aktor yang udah dewasa, tapi gue tetap gak suka suaranya Richard Harris.
Best moments
- "Why is it always me?"
- Harry Potter vs Draco Malfoy
- Dobby's freedom.
- "This is just like magic!"
Banyak yang mengkritik film ini sebagai prelude karena terlalu banyak tetek bengek (baca : penjelasan) dan kurangnya aksi. Well, gue disini posisinya netral sih. Emang aksinya kurang, tapi ntar penontonnya jadi bacot karena mereka gak ngerti the fucking story. Dan sebenarnya aksi yang kurang gak separah di HarPot 6. Coba deh bandingin HarPot 6 yang cuma punya 1/4 Battle of Astronomy Tower sama waktu Harry dan Dumbledore nyari Horcru dengan HarPot 7.1 yang punya The Seven Potters, Golden Trio nyusup ke kantor kementrian, terus HarPot ditangkap Snatchers dan dikirim ke Malfoy Mannor? Lebih seru mana mbak, mas, banci?
Gak ada komplen dari sisi teknisi. Jujur, walaupun perkembangan Daniel Radcliffe gak terlalu signifikan dibandingkan Emma Watson dan Rupert Grint, dia ada perkembangan dikit lah dari HarPot 6. Adegan Harry dan Hermione yang berdansa ketika Ron meninggalkan mereka itu mempunyai chemistry yang cukup kompleks, tapi mereka masih bisa membawakan dengan cara yang cukup sibling-like chemistry (?) Harry Potter 7.1 mungkin tidak menawarkan banyak aksi, tapi tentu saja film ini menawarkan beberapa informasi penting agar penonton setia (bukan pembaca setia) tidak kebingungan melihat kelanjutan film ini.
Best Moments
- The opening scene.
- The Seven Potters
- Rufus Scrimgeour' Speech.
- Harry and Hermione danced.
- At Batilda Bagshot's House.
- Dobby came to rescue.
4. Harry Potter and the Order of Phoenix (2007, David Yates)
Menurut gue sih ini film HarPot yang (kedua) paling seru.
Gue gak suka aktingnya Evanna Lynch, emang sih Luna Lovegood itu orangnya blank dan dreamy, tapi karakternya di film jadi monoton dan kurang amusing. Ini entah salahnya di skrip atau aktingnya si Lynch. Anyway, kudos for Ralph Fiennes and Helena Bonham-Carter yang aktingnya psycho banget! Dan Imelda Staunton yang sukses bikin gue kesal.
Di HarPot 5 ini kita akan berkenalan dengan Harry yang sudah dewasa. Dia sudah menghadapi Voldemort, melihat kematian seseorang, mengalami cinta dan ciuman pertama. Ini adalah Harry Potter yang benar-benar young adult, bukan sekedar teenage lagi. Tapi hanya karena Harry Potter sudah dewasa dan keadaan semakin gelap, film ini tidak menghilangkan unsur petualangan, persahabatan, romance, dengan sedikit bumbu komedi (yang mungkin akan lebih dimengerti potterhead).
Best moments
- Harry and the advance guard flew in London.
- Dumbledore's Army.
- Umbridge's inspection.
- Fred and George's final rebellion.
- The battle of department mystery.
- Dumbledore vs Voldemort.
3. Harry Potter and the Goblet of Fire (2005, Mike Newell)
HarPot 4 boleh dibilang adalah transisi dari Harry yang lugu ke Harry yang 'terpaksa' untuk dewasa. Harry dan Ron merasakan cinta monyet mereka, dan Hermione diperhatikan oleh 'seseorang'. Agak lucu bagaimana di film sebelumnya (HarPot 3) atmosfir justru lebih berat tapi di film selanjutnya (HarPot 4) atmosfir petualangan ini muncul lagi, hanya saja tidak terlalu family-oriented sepert dua film pertama. Mungkin karena pekerjaan detektif mereka tidak bahas secara kental dan lebih dibumbui oleh kehidupan layaknya remaja normal (cinta dan konflik persahabatan).
Film ini juga film Harry Potter pertama yang melakukan banyak rombakan dari novel aslinya, terutama pada tokoh Barty Crouch, Sr. Kudos for Mike Newell and Steve Kloves!
Gue sama sekali gak nyangka orang yang membuat Mona Lisa Smile dan Julie & Julia bisa bikin film dengan visual yang keren banget. Sayang sekali karir Mike Newell gak secerah Peter Jackson.
Best moments
- Ron danced with McGonnagal
- Fred and George became older.
- The second task.
- Voldemort's rise.
- Mad-Eye's 'transformation'.
2. Harry Potter and the Prisoner of Azkaban (2004, Alfonso Cuaron)
Seharusnya film ini adalah (salah satu) puncak kemampuan akting Daniel Radcliffe karena film ini jauh lebih kompleks dan gelap dibandingkan dua film pertama Harry Potter. Layaknya The Dark Knight, si aktor utama sudah bagus, namun dibayang-bayangi oleh sidekick-nya. Emma Watson dan Rupert Grint lebih menarik untuk dilihat dan akting mereka berdua lebih ekspresif. Radcliffe sendiri harusnya bisa tampil lebih stand-out karena dia diberi adegan menangis. Sebenarnya sudah cukup bagus, tapi mungkin karena gue mengharapkan air mata yang 'deres' dan lancar. Waktu nonton adegan itu rasanya nanggung banget sumpah. Tom Felton masih gitu-gitu aja, cuma bukannya songong kayak di dua film sebelumnya, tapi lebih kearah annoying. Ini gue yakinnya sih dari sononya (alias novel dan skrip), bukan aktingnya. Anyway, selain aktor-aktor muda, ada aktor-aktor tua juga loh (?) Gue lebih suka suara Michael Gambon dan dia lebih bisa menunjukkan sisi jenaka dan cerdik (bukan bijak loh) ridari Dumbledore. Walaupun David Thewlis gak amazing, kemampuan aktingnya tetap diatas good menurut gue. Jangan lupa Alan Rickman yang elegan, misterius, dan kejam. Tapi yang paling keren adalah Gary Oldman! Mendalami banget dah kegilaannya Sirius, dia cuma bisa disaingi Helena dan Ralph di HarPot 5.
Dari sisi cerita, film ini mungkin agak membosankan bagi mereka yang mengharapkan misteri dan petualangan yang lebih kental di dua film sebelumnya. Film ini juga menyediakan beberapa misteri, tapi misteri itu lebih terasa vague dan dialihkan oleh beberapa hal, seperti dementor. Sumpah, Cuaron bisa aja nakutin anak kecil-_- Waktu gue masih SD, gue langsung tutup mata kalau dementornya muncul. Adegan yang serem tuh waktu boggartnya berubah jadi dementor sama waktu Harry lihat dementor pas pertandingan quidditch. Oh iya, film ini juga lebih mengekspresikan kegalauan Harry (?)
Best moments
- Harry's accidental magic on Aunt Marge.
- The Knight Bus.
- Harry rode on Buckbeak.
- Professor Lupin's first lesson.
- "Turn to page 394."
- Sirius 'caught' Harry.
- Snape protected the golden trio.
1. Harry Potter and the Deathly Hallows part 2 (2011, David Yates)
Huaa....waktu adegan ini dan "Leaving Hogwrats" diputar lagi...gue gak nangis, wkwkwk. Tapi tetap merasa sedih. Mungkin karena gue potterhead, makanya gue merasa akan ada sesuatu yang membuat gue move on... *ngiris bawang*
Banyak yang ngasih nih film nilai sempurna...walaupun gue setuju, harus gue akuin film terakhir Harry Potter ini emang yang paling mendekati sempurna.
The Battle of Hogwrats ditata secara apik oleh David Yates, Eduardo Sera (sinematografi) dan Mark Day (editing). Gak cuma adegan itu, tapi opening scene-nya yang menurut orang lain mungkin simpel, tapi menurut gue itu epik dan emosional. Sesudah ditunjukkan Voldemort yang mendapat the elder wand, Hogwrats diperlihatkan sunyi, muram, dan kehilangan semangatnya. Dan Snape yang suka banget bentak atau setidaknya ngasih muka gak enak ke murid cuma natap kosong ke arah murid-muridnya. Oh iya, ada juga Alexander Desplat yang berhasil menambah emosi dan keepikkan film ini. Jatuh cinta banget deh sama Lily's theme.
Semua aktor udah berkembang dan sudah tahu cara menghidupkan karakter masing-masing (walaupun gue tetap berpikir DanRad masih dibayang-bayangi). Alan Rickman...banyak yang bilang dia pantas mendapatkan Oscar, tapi gue rasa aktingnya gak sedewa itu. Gue setuju kalau dia berhasil banget menunjukkan sisi lain Snape, tapi waktu adegan nangisnya ada sesuatu yang kurang dan unmatch. Doh, kok ya juri Academy Awards gak ngasih nominasi apa-apa buat Helena Bonham-Carter dari film ini, malah dari film The King's Speech, ya pantesan gak menang! Lo liat aja, di film-film sebelumnya, Carter berperang sebagai orang yang psychotic, tiba-tiba, dia berperan sebagai Bellatrix yang palsu dan kikuk. Bisa lihat kan perubahan bahasa tubuh dan ekspresinya? Ralph Fiennes sendiri bisa mengekspresikan sisi pengecutnya Voldemort, Maggie Smith dan & Julie Walter menunjukkan sisi badass mereka, Jacob Isaac juga berhasil membawakan Lucius Malfoy yang karismanya berkurang. Sumpah dah, film ini punya salah satu ensemble cast terbaik!
Sekarang ke aktor mudanya. Gue masih melihat Bonnie Wright dan Ginny Weasley sebagai tempelan doang. Karakter Ginny di film kurang menarik (banget) dibandingkan di buku. Jadi gue masih bisa memaklumi kalau Wright kurang bisa berimprovisasi. Sedangkan Grint, Watson, Felton, dan Matthew Lewis (Neville) makin mantep di film ini, walaupun puncaknya Felton tetap di film keenam. Akting Radcliffe...diatas watchable.
Best moments
- Opening scene.
- Bellatrix 'possessed' by Hermione.
- Battle of Hogwrats.
- Snape's memory.
- At King Cross with Dumbledore.
- Neville's speech.
- 19 years later.
Final score : 9,5/10 (Superb) (yup, I change it just for this movie, lol)
pic cr :
themovieblog.com
cinemasoldier.com
fanpop.com
entertainista.com
hark.com
collider.com
comicvine.com
ohnotheydidnt.livejournal.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar