Rabu, 26 Juni 2013

Forget Me Not (Vergiss Mein Nicht) - 2012

Who's Malte? -Gretel


Sebenarnya review yang ini pengen gue masukkin ke German Cinema Film Critic Competition, tapi review gue gak sampe 500 kata, hiks...karena gue males bikin review lain, makanya gue copas aja terus gue post ke blog gue, hehe.

Alzheimer mungkin salah satu penyakit yang sering terlihat di film-film tearjerker.  Sejauh ini, saya tidak punya teman atau kenalan yang anggota keluarganya menderita alzheimer, dan satu-satunya orang terkenal yang saya tahu menderita alzheimer adalah Iris Murdoch, seorang penulis Inggris.  Dan kali ini, David Sieveking (Fly with David, 2010) akan mengangkat tema alzheimer ke filmnya, tapi dalam bentuk dokumenter, dan penderitanya adalah ibunya sendiri. 

 David Sieveking akan mengenalkan kita pada Gretel, ibunya.  Sebelum sakit, Gretel adalah sosok yang hangat, kuat, dan aktif.  Setelah sakit, Gretel menjadi orang yang pemalas dan keras kepala  Beruntung ia mempunyai suami seperti Malte.  Malte yang hidupnya didedikasikan pada matematika dan ingin mengelilingi Eropa, akhirnya mengorbankan waktunya untuk Gretel. 

Selama David merawat ibunya, David menyadari bahwa ia tidak terlalu mengenal ibunya.  Bahkan ia baru tahu pernikahan orangtuanya adalah pernikahan terbuka setelah ibunya sakit.  Hal ini membuat David menghabiskan waktunya untuk melihat foto-foto lama, melihat dokumen politik ibunya, bahkan mengunjungi saudari-saudari Gretel.    



Jujur, saya cukup bingung dengan definisi kritik di perlombaan ini.  Apakah yang dimaksud kritik adalah mengkritik dengan artian mencari hal-hal buruk dari film ini, atau meresensinya?  Tapi, saya akan tetap mencoba untuk melihat film ini dengan kacamata kritis. (?) 

Seiring berjalannya film, entah kenapa saya merasa sedikit bosan.  Saya sadar bahwa Forget Me Not adalah film dokumenter yang  99% adegannya tidak direncanakan.  Saya menyukai usaha David Sieveking untuk menghadirkan beberapa moment komedi, tapi menurut saya kurang bisa mengimbangi dengan drama yang ‘disuap’ ke penonton.  Beberapa adegan juga tidak ada salahnya di-cut.  

Kalau tidak salah, film ini sempat mendeskripsikan bahwa film ini bercerita tentang dampak penyakit alzheimer Gretel kepada keluarganya.  Kalau memang dampak pada keluarganya, dampaknya pada dua anak perempuan Gretel kurang diperlihatkan.  Bahkan peran mereka kurang tertangkap di film.  Mungkin untuk hal ini, anda harus berpegang dengan fakta bahwa film ini adalah film dokumenter.



Dan rasanya topiknya jadi agak melebar dan kurang fokus.  Saya sempat merasa bingung karena apakah film ini bermaksud untuk berkenalan dengan masa lalu Gretel, hubungannya dengan suaminya, atau dampak alzheimer pada Gretel dan keluarganya?  Itu yang mungkin membuat saya agak bosan karena saya merasa ‘disuapi; oleh berbagai topik dan informasi.  Tapi harus saya akui bahwa ketiga topic itu dibawakan dengan cukup seimbang. 

Hal-hal teknis seperti sinematografi danmusik, saya tidak punya masalah.  Hanya saja saya akan lebih suka jika beberapa momen intim antara Gretel dan suaminya (Malte) tidak usah di close-up dan menggunakan long atau medium-range shots, seperti kebanyakan film-film Woody Allen.  Momen-momen intim itu akan terasa lebih nyata dan dalam.

Bagian yang paling menganggu saya adalah bagian klimaks, yaitu ketika David menunjukkan keadaan ibunya enam bulan kemudian.  Rasanya bagian itu terlalu cepat dan kosong.  Bagian beberapa bulan/tahun kemudian itu terasa klise, dan di film ini, terasa dipaksakan.  Bagian itu memang sebaiknya di-cut saja.   

Film ini mungkin membuat saya agak bosan, tapi mau tidak mau saya menyukai Gretel dan berempati dengannya.  And maybe, in a way, she was a close friend that I never met. 

pic cr : cineastentreff.de
berlinable.de
filmfestivalrotterdam.com 
 

4 komentar:

  1. hmm kudu nonton ni pelem jerman lagi..yang saya tau sih cuma das boot sama the lives of others aja haha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. lah saya cuma nonton film ini, gak sempet nonton yang lain -____-

      Hapus
  2. nice review :) tapi kok saya rasa film-film drama jerman pace-nya lambat banget ya
    tapi untuk yang satu ini, kayaknya pengaruh sponatenous documenary-nya kali ya, jadinya tidak punya frame untuk mengontrol plot. Opini saja hehe
    Izin untuk menaruh link Anda di blog saya ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, silahkan. Maaf saya baru balas, hehe :D

      Hapus