Selasa, 21 Oktober 2014

Brooklyn Castle


Brooklyn Castle merupakan film dokumentasi 2012 yang disutradarai oleh Katie Dellamagiore.  Film dokumenter ini memperlihatkan kehidupan lima pemain catur dari I.S. 318 (SMP 318) dari Brooklyn, New York.  Film ini memperlihatkan bagaimana catur mempengaruhi sekelompok anak muda yang baru mencapai usia remaja. 

Catur merupakan olahraga yang kurang populer dibandingkan basket dan sepak bola.  Apalagi klub catur boleh dibilang klub buangan yang berisi geek dan nerds.  Dalam kasta sekolah pun, boleh dibilang pemain catur masuk dalam golongan paria.  Lucunya, ada sebuah SMP di Brooklyn dimana klub catur merupakan salah satu klub yang paling terkenal dan pemain catur diperlakukan layaknya atlet-atlet populer.  Anak-anak klub catur sering sekali ikut championship dan SMP mereka langganan piala catur.  Namun terjadi kendala ketika sekolah mereka mengalami pemotongan dana.  


Di tengah-tengah film, gue bingung karena tadinya gue kira film ini bercerita tentang ekstrakurikuler catur di IS 318.  Tapi filmnya malah melebar jadi budget sekolah dan masalah-masalah hidup lima anak ini.  Akhirnya gue ngerti kalau film ini bercerita tentang perjuangan sebuah sekolah yang budget-nya dipotong dan kehidupan anak-anak di IS 318.  Tapi pencampuran kedua topik itu dilakukan secara kasar.  Misalkan lo pengen mencampur warna biru dan merah.  Harusnya yang keluar itu ungu, tapi hasilnya tetap biru dan merah.  Selain itu, pemotongan budget yang terjadi di film ini sempat membuat gue kesel sendiri karena gue gak suka kalau nih film ceritanya jadi from zero to hero atau from nothing to something.  Come on, cerita-cerita kayak gitu tuh biasa banget dan memuakan bagi gue.

Porsi cerita antara kelima anak ini juga kurang seimbang menurut gue.  Beberapa di antara mereka juga kurang nyambung dengan catur.  

Justus tuh anak yang jenius.  Kalau kata pelatih di IS 318 - Miss Vicary - biasanya anak-anak yang masuk IS 318 skor caturnya 1000an, tapi Justus tuh lebih banget.    Klub catur tentu punya ekspektasi yang besar pada Justus dengan skornya yang tinggi.  Unexpectedly, hasilnya dia kurang bagus di pertandingan.  Dia sempat kecewa dan kehilangan minatnya pada catur dalam beberapa waktu.  Yang gue suka dari ceritanya si Justus, dia berhasil bangun dari keterpurukannya.  Kita juga bisa belajar bahwa hanya karena kita pintar tidak berarti kita bisa lepas dari keselahan dan melakukan kesalahan tuh manusiawi.  Tapi yang gue gak suka adalah kekecewaan Justus kurang diperlihatkan.  Film ini juga tidak memberi tahu penonton apa yang membuat Justus sangat passionate di catur atau apa yang pertama kali membuatnya tertarik di catur.  Hal-hal ini membuat gue disconnected dengan Justus.  He's just a background character yang cuma punya kepintaran untuk membuatnya stand-out.  


Gue tertarik dengan Patrick karena dia mengidap ADHD.  Disini dibilang bahwa catur membantu Patrick untuk lebih berkonsentrasi.  Tapi gak ada perbandingan antara Patrick yang susah berkonsentrasi dan Patrick yang fokus bermain catur.  Film ini hanya memperlihatkan Patrick yang fokus bermain catur.  Other than that, this film doesn't exactly show why and how Patrick's lack of focus is handled by chess.  Jadi kurang terasa bagaimana ADHD Patrick bisa terbantu dengan catur.  Patrick juga menerima 'airtime' yang sedikt dibandingkan keempat murid lainnya.  Tiga dari pemain catur IS 318 tampil di awal film, hanya Patrick dan Justus yang muncul di tengah-tengah film.  In the end, Patrick is a character with so much potential that wasn't used by the director. 

Setelah itu ada Pobo.  Man, he's an interesting person, but I don't think he's fit with the chess theme.  Pobo lebih banyak berbicara mengenai getting rich dan mencicipi dunia politik.  Tapi dia jarang berbicara mengenai catur.  Anyway, Pobo terpilih sebagai ketua OSIS di sekolahnya.  It's great for Pobo, tapi terpilihnya dia sebagai ketua OSIS tidak berdampak langsung dengan ekskul catur.  So, other than his interesting personality, I don't understand why he was picked as one of the main students.  

Gue kurang suka dengan Alexis.  Ya, dia berbakat dalam catur.  Ya, dia memenangkan banyak pertandingan.  Ya, dia keras dengan dirinya sendiri ketika dia kalah dalam bermain catur.  Tapi film ini justru lebih banyak memperlihatkan perjuangannya untuk masuk ke SMA terfavorit.  Film ini lebih banyak bercerita mengenai susahnya orangtua Alexis, betapa Alexis belajar keras untuk masuk ke SMA favorit, dan blablabla.  For fuck's sake, it's fuckin' annoying. 


Tokoh yang menurut gue paling cocok di film ini tuh Rochelle.  Film ini memang tidak memberi tahu penonton apa yang membuat Rochelle tertarik dengan catur at the first time.  Tapi film ini membuat gue mengerti apa yang membuat Rochelle stay di bidang catur.  Pembagian antara kehidupan pribadinya dengan catur pun cukup seimbang.  Selain itu, Rochelle akhirnya menerima beasiswa karena catur, bukan hanya karena studi akademiknya.  Bukannya gue marah sama Alexis yang dapet beasiswa, tapi beasiswa yang diterima Rochelle lebih cocok dengan tema catur di film ini.   

Sepertinya sang sutradara bermaksud mencampurkan isu dana sekolah, ekskul catur, serta kehidupan pribadi orang-orang yang jago catur.  Tapi mereka gagal karena pencampuran ketiganya tidak berhasil seimbang.  Mungkin mereka takut mereka terlalu fokus pada unsur pribadi sehingga unsur caturnya berkurang?  Kalau masalahnya itu, harusnya mereka bisa memilah mana unsur pribadi yang bisa 'dicampur' dan yang mana yang gak bisa.  Atau mungkin sebenarnya mereka ingin fokus ke perjuangan anak-anak di film ini dan bukan fokus ke caturnya?  Kalau begitu jangan ambil anak-anak ekskul catur, ambil juga anak dari ekskul lain.

But enough for the dark side, let's talk about the bright side.  Film ini memperlihatkan bahwa meskipun pendidikan akademik lebih penting daripada ekskul, ekskul tetap penting.  Buat para koruptor yang mikir kalau it's okay for schools to run without after school activities, I hope Freddy Krueger will find you.  Moreover, some of the kids are serious with their after school activities.  Mereka gak main-main, mereka punya ambisi dan bahkan mereka bisa menggunakan ekskul mereka untuk merebut beasiswa.  Setelah nonton film ini, cuma orang super bego yang masih men-judge seseorang berdasarkan umurnya.

Overall, kesulitan Dellamagiore untuk menyimbangkan cerita mengenai kesulitan sebuah sekolah, kehidupan 'karir' dan pribadi pemain-pemain catur cukup terlihat di film ini.  Beberapa bagian film ini juga klise.  Namun passion dan tekad anak-anak di film ini somehow menyentuh dan inspiratif.  7/10              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar