Kamis, 19 Juni 2014

Black Butler (2014): A disappointing adaptation of "Kuroshitsuji"

I'm just...a devilish butler. -Sebastian Michaelis
eigapedia.com

Gue gak pernah baca komik Black Butler a.k.a Kuroshitsuji ataupun nonton anime-nya.  Tapi teman SMP gue ngefans banget sama nih komik, makanya gue tahu satu-dua hal tentang komik ini.  Black Butler merupakan film supernatural dan misteri Jepang 2014 yang disutradarai oleh Kentaro Otani dan Keiichi Sato serta ditulis oleh Tsutomu Kuroiwa.  Film ini merupakan live action yang diangkat dari komik Black Butler yang ditulis oleh Yana Toboso.  Durasi film ini sekitar 199 menit.

Film ini berlatar pada tahun 2020, dimana dunia terpisah menjadi "Barat" dan "Timur".  Ratu dari "Barat" pun mengirim 'mata-mata' ke seluruh dunia yang disebut Queen's Watchdogs.  Salah satu dari Queen's watchdogs itu adalah Kiyoharu Genpo (Ayame Gouriki).  Nama asli Kiyoharu adalah Shiori.  Ia merupakan satu-satunya putri pasangan Genpo yang dibunuh pada suatu malam.  Shiori selamat dan ia menyamar sebagai anak laki-laki haram ayahnya agar dapat menguasai seluruh aset keluarga Genpo.  Ia kembali dengan seorang pria yang bernama Sebastian Michaelis (Hiro Mizhushima)Sejak saat itu, Sebastian menjadi pelayan setia bagi Kiyoharu.  Sebenarnya Sebastian seorang setan yang melakukan perjanjian dengan Kiyoharu.  Kiyoharu menjual jiwanya kepada Sebastian agar ia bisa melakukan balas dendam bagi orang-orang yang telah membunuh orangtuanya.

Akhir-akhir ini, muncul kasus orang-orang yang berubah menjadi mumi.  Korban-korbannya merupakan orang yang punya jabatan di dunia politik.  Tapi polisi tidak bisa menemukan koneksi antara orang-orang yang dibunuh serta apapun yang menyebabkan mereka menjadi mumi.  Kiyoharu dan Sebastian pun menyelidiki kasus ini dengan sedikit bantuan dari bibi Kiyoharu, Hanae (Yuka).  Kasus ini malah menarik Sebastian dan Kiyoharu ke dunia gelap yang melibatkan obat-obatan dan terorisme.  Siapapun orang di balik ini semua, ternyata juga terlibat dengan pembunuhan pasangan Genpo.

eigapedia.com

What the hell is Genpo family?  Bukannya Ciel Phantomhive ini cowok?  Kok malah jadi cewek?!!!  Kok nama keluarganya beda?  Bukannya Black Butler setting-nya di jaman ratu Victoria gitu ya?!!

Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan berbagai pertanyaan yang memenuh otak gue saat menonton film ini.  Tapi karena gue belum pernah baca dan nonton Kuroshitsuji, makanya gue melupakan pertanyaan-pertanyaan itu.  Sampai rumah, gue pun browsing tentang Black Butler dan ternyata live action ini emang agak beda dengan komik aslinya.  Karena gue bukan fans berat Black Butler, gue malah appreciate Tsutomu Kuroiwa yang berusaha agar film ini sedikit berbeda dari komik aslinya.  But does that mean I like this film?

First thing first, Sebastian Michaelis ganteng banget!!!!!!!!  Mau yang versi komik atau versi live action, dia ganteng banget sumpah!!!  Selama ini gue membayangkan Sebastian sebagai sosok yang karismatik, misterius, agak dingin namun punya sense of humor yang rada sarkastik.  Praise to the lord, Hiro Mizushima berhasil mewujudkan Sebastian impian gue!  Hal yang paling gue suka dari aktingnya Hiro Mizushima itu bukan facial expression-nya, tapi gesture dan intonasi suaranya.  Mizushima berbicara dengan cara yang anggun namun juga mempunyai unsur playfulness.  Gue rasa Mizushima berhasil memerankan sosok Sebastian Michaelis karena dia berhasil menarik perhatian gue, yang tadinya gak tahu apa-apa soal Sebastian Michaelis, malah tergila-gila sama dia sekarang.   Gue suka bagaimana penulis dapat menunjukan kesetiaan Sebastian, tapi di sisi yang lain, Sebastian tidak takut memainkan nyawa tuannya di waktu tertentu.  Meskipun Sebastian 'terikat' untuk melayani Kiyoharu, there's still a sense of independence from Sebastian.  Tidak hanya karena Sebastian lebih kuat daripada Kiyoharu, tapi ada sesuatu dari aura dan watak Sebastian yang membuatnya...agak bebas dan mandiri.

Ciel Phantomhive di otak gue merupakan sosok tuan muda yang karismatik, dingin, kaku, tapi juga agak pemalu.  Sayang, Ayame Gouriki gagal mewujudkan Ciel Phantomhive.  Atau mungkin karena Ciel Phantomhive yang di otak gue berbeda dengan Ciel yang di komik ataupun anime?  Oke, oke, Ayame Gouriki tidak berperan sebagai Ciel di film ini, tapi sebagai Kiyoharu Genpo.  Entahlah, bukankah orang yang memimpin suatu perusahaan besar dan mata-mata ratu harusnya mempunyai aura seorang pemimpin atau karisma yang besar?  Gouriki tidak memiliki unsur ini.  Bukan hanya itu, terkadang ekspresi Gouriki terlihat seperti dipaksakan.  Memang ada momen dimana aktingnya bagus, tapi ada juga momen dimana it's awkward to watch her.  Sayangnya juga, chemistry antara Gouriki dan Mizushima kurang terasa.   

Tapi untungnya hubungan antara Kiyoharu dan Sebastian tergali dengan cukup baik disini.    

theeoy.com
Waktu gue melihat ada mobil yang dikendarai dengan agak aneh dan di mobil itu ada mumi, somehow, gue mengira bahwa film ini merupakan pertemuan antara Confession (Kokuhaku) dan Battle Royale.  Artinya, film ini merupakan film misteri gelap bercampur dengan bunuh-bunuhan yang berdarah.  Sadly, Black Butler is far from Confession or Battle Royale.  Gue malah merasa agak bosan dengan film ini dan pengen cepat-cepat keluar dari bioskop.  Why?  Karena durasinya kepanjangan.  Kalau durasinya panjang tapi akting, plot, dan sinematografinya bagus sih yang jelas gak apa-apa.  But I think this film is mediocre.

Yes, there are some twists in this film, but overall, film ini gak punya cerita misteri yang 'menggigit'.  I don't really know why, pertama-pertamanya sih gue ngikuti dan kepo dengan misteri yang ditawarkan film ini.  Tapi lama-kelamaan gue males dan udah gak kepo lagi dengan misterinya.  Gue rasa karena twist yang ada di film ini malah backfire ke filmnya.  Beberapa twist agak nonsense bagi gue.  Karena ada terlalu banyak twist, gue malah mikir "masa bodo, suka-suka penulisnya aja".  Gue paling gak suka adegan dimana Kiyoharu dan Sebastian menghadapi dalang dari kekacauan yang terjadi di film ini.  Seriously, it's awkward to watch it karena aktor yang jadi 'si dalang' gak punya kemampuan akting yang kuat.  Nangisnya kelihatan maksa and the evil laugh is really awkward for me.    

Gue juga punya hubungan love-hate dengan sinematografinya.  Ada gambar-gambar bagus, tapi seringkali sinematografinya terasa biasa banget.  Gue rasa karena crew film ini jarang menggunakan long-range shot.  Kebanyakan adegan diambil dengan jarak yang pendek.  Sayang sekali aktor-aktor ini tidak punya skill yang sejajar dengan Jack Nicholson ataupun Meryl Streep.  Bukannya melihat aktor yang berakting dengan penuh emosional, kita malah melihat aktor yang ekspresinya maksa banget.  Nuansa gelap yang kurang dikontrol dengan baik juga membuat gue kurang suka dengan teknik sinematografinya.

Mungkin karena pengalaman musik Ghibli gue sangat bagus makanya gue berharap musik di film ini juga bisa menyaingi musiknya Joe HisaishiOh well, not everybody can be Joe Hisaishi.  Gue malah terkadang terganggu dengan musiknya, entah karena musiknya emang gak cocok dengan adegannya atau sound system bioskopnya yang jelek.

Unless you're a fan of Black Butler a.k.a Kuroshitsuji, I don't recommend this film for you.  The mystery is pretty good, but the other aspects of this film don't encourage me to keep watching this film.  The actors -other than Hiro Mizushima- are pretty awkward for me.  4,3/10                    

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar