Senin, 26 Mei 2014

My Neighbor Totoro: A down-to-earth film with magic.

Tonari no totoro, totoro. -Azumi Inoue
pic cr: sailormoonnews.com


Saya rasa setiap pecinta film dan anime tahu film My Neighbor Totoro.  Film animasi tahun 1988 ini sukses melambungkan nama Hayao Miyazaki dan Studio Ghibli.  Film ini juga masuk ke berbagai dan daftar film dunia terbaik dan film animasi terbaik.  Lagu temanya pun juga terkenal.  Studio Ghibli juga menggunakan Totoro sebagai maskot mereka.  

Film ini bercerita tentang sepasang kakak-beradik yang bernama Mei dan Satsuki.  Mei dan Satsuki pindah rumah ke desa bersama ayah mereka.  Namun sang ibu tidak bisa ikut karena ia masih dirawat di rumah sakit.  Tapi hal itu tidak menghentikan keceriaan dan semangat Mei & Satsuki.  Mei & Satsuki mempunyai sifat yang periang, penuh rasa ingin tahu, dan suka berpetualang.  Mereka juga malah senang ketika mengetahui kalau rumah mereka dihantui.

Suatu hari, Mei yang sedang bermain-main melihat dua mahluk unik dan kecil.  Mei memutuskan untuk mengikuti mereka berdua hingga akhirnya ia masuk ke sebuah pohon.  Ia 'jatuh' diatas badan sebuah mahluk raksasa.  Bukannya takut, Mei malah menggeletik mahluk itu.  Untungnya, mahluk itu hanya membuka matanya dan tidak menyakiti Mei.  Mei memanggil mahluk itu Totoro.  Tiba-tiba, Mei terbangun dan ia tidak berada di pohon itu tersebut, Totoro juga menghilang.  Mei merasa kesal karena kakak dan ayahnya tidak mempercayai dia.  Hingga suatu malam, Satsuki melihat sendiri Totoro dan sebuah bus kucing.

pic cr: rogerebert.com
Saya kira My Neighbor Totoro akan memusingkan saya dan memaksa otak saya untuk membuat berbagai interpretasi karena film ini sering disebut sebagai film terbaik Miyazaki.  Surprisingly, film ini cukup mudah untuk diikuti.  Bagi saya, simbolisme ataupun metafora yang di dalam film ini tidak serumit Spirited Away.  Atau mungkin saya yang terlalu bodoh sehingga saya tidak memperhatikan metafora yang lebih subtle, haha. 

Menurut Roger Ebert, film ini dibangun berdasarkan situasi, pengalaman, dan eksplorasi, bukan berdasarkan ancaman dan konflik.  Saya setuju dengan pernyataan itu karena tidak ada konflik yang besar pada film ini.  Film ini bergerak berdasarkan 'petualangan' kecil Mei dan Satsuki di desa mereka.  Di film ini juga tidak ada 'si baik' ataupun 'si jahat'.

Saya menikmati saja melihat Mei dan Satsuki berpetualangan di desa mereka bersama Totoro.  Saya juga suka menonton ikatan antara Mei dan Satsuki yang dibangun dengan apik oleh Miyazaki.  Gambar-gambar desa mereka juga membuat saya merasa kangen dengan kampung saya sendiri, haha.  Tapi, saya tetap merasa agak jenuh di beberapa adegan.  Saya menunggu-nunggu konflik itu datang, tapi ternyata tidak ada konflik atau ancaman besar seperti Howl's Moving Castle.  Apakah Miyazaki membiarkan film ini menjadi danau yang datar?  Tidak, Miyazaki tetap memberikan sedikit konflik, namun ia menyelesaikan konflik itu tanpa berbasa-basi ataupun terkesan terburu-buru.  Anyway, two thumbs up for Joe Hisaishi.  His music is so damn beautiful!   

pic cr: redofpaw.wordpress.com

Totoro dan buscat *I don't know how to call it* hanya bisa dilihat oleh Mei dan Satsuki.  Saya kurang yakin apakah anak-anak lain seperti Kanta atau teman Satsuki lainnya bisa melihat mereka berdua.  Saya rasa hal ini dipengaruhi oleh sifat mereka yang penuh rasa ingin tahu, suka berpetualang, dan somehow menyatu dengan alam.  Karena mereka penuh rasa ingin tahu, mereka tidak memperhatikan hal dengan sambil lalu atau menganggap semuanya wajar.  Tidak seperti orang dewasa yang rasa ingin tahunya berkurang dan menganggap semuanya logis sehingga terkadang mereka tidak bisa melihat atau merasakan sesuatu yang mengagumkan.  Kita tahu bahwa ada konsep believing is seeing.  Secara umum, anak-anak memiliki iman yang lebih kuat daripada orang dewasa.  Iman inilah yang mengatarkan anak-anak pada berbagai hal magis dan menabjubkan, sama seperti Mei dan Satsuki yang mempunyai iman. 

Film ini juga memberikan beberapa unsur spiritual seperti adegan sang ayah yang menjelaskan tentang pohon besar dan penjaga hutan (Totoro), ataupun adegan dimana Satsuki 'meminta ijin' untuk berteduh di suatu tempat.

Ternyata oh ternyata, ada sedikit misteri dan kengerian pada film Totoro.  Ada beberapa orang yang menganggap Totoro bukanlah penjaga hutan, tapi dewa kematian.  Ada juga yang mengaitkan film My Neighbor Totoro dengan Insiden Sayama karena latar tempat film ini berada di Sayama.  Insiden Sayama sendiri merupakan kasus kematian dua kakak-beradik yang cukup tragis.  Ceritanya, ada seorang anak yang tidak pulang ke rumah.  Lalu mayatnya ditemukan sendiri oleh kakaknya.  Kakaknya yang merasa depresi pun bunuh diri.  Cerita selengkapnya ada disini.  Saya memang merasa agak ngeri ketika melihat 'senyuman' Totoro dan buscat, tapi saya merasa kurang yakin kalau film seimut My Neighbor Totoro *secara tidak langsung* menceritakan Insiden Sayama.  Fakta itu membuat saya merasa tidak enak saja.

Terkadang, agak sulit bagi saya menemukan film yang 'benar-benar untuk anak' dari film Disney karena kebanyakan film Disney mempunyai nilai moral hitam-putih dan unsur romansa yang lebih cocok untuk orang dewasa.  Film My Neighbor Totoro merupakan salah satu contoh film animasi yang 'benar-benar untuk anak' karena film ini tidak unsur romansa, moral hitam-putih, putri lemah yang harus diselamatkan pangeran, dsb.

Saya kurang menyarankan film My Neighbor Totoro bagi mereka yang mengharapkan petualangan dan atau konflik besar, tapi My Neighbor Totoro merupakan film yang tetap bisa dinikmati. 8,3/10  

         

2 komentar:

  1. sy suka cara anda menyaji dan mendeskripsikan film ini.. penyampaian anda sgt renyah dan mudah di mengerti.. di rtunggu lgi posting nya :D

    BalasHapus
  2. sip. bagus banget totoro sama spirited away juga howl's moving castle. juga ponyo, porcoroso, borower ariety. gatau gimana aku prefer sama karyanya miyazaki daripada karyanya disney. karyanya disney bagus sih. banget malah. cuman aku lebih milih karyanya studio gibli

    BalasHapus