I want knowledge! Not faith, not assumptions, but knowledge! -Antonius Block
Jika anda penggemar film (500) Days of Summer maka anda tahu adegan dimana Tom menonton film hitam putih dan membayangkan dirinya sebagai ksatria yang bermain catur dengan cupid. Nah, adegan itu memparodikan adegan dari film The Seventh Seal, yang boleh dibilang salah satu film Ingmar Bergman yang terkenal. Saya belum pernah menonton film-filmnya Ingmar Bergman, sehingga The Seventh Seal merupakan film Ingmar Bergman yang saya tonton pertama kalinya. Saya sendiri kurang paham dan tahu dengan gaya penulisan dan penyutradaraan Bergman. Tapi setelah saya menonton The Seventh Seal, saya tidak sabar untuk menonton film-film Bergman lainnya.
The Seventh Seal menceritakan perjalanan seorang ksatria yang bernama Antonius Block (Max von Sydow), setelah Perang Salib. Dia pulang ke Swedia bersama rekannya, Jons (Gunnar Bjornstrand). Mereka sadar bahwa Swedia sedang terserang sebuah wabah. Di tengah perjalanan, Antonius bertemu dengan Kematian a.k.a Death (Bengt Ekerot). Karena Antonius belum siap menemui ajal, ia mengajak Death untuk bermain catur. Antonius memainkan yang putih sedangkan kematian yang hitam.
Antonius dan Jons melanjutkan perjalanan mereka dan melewati sekelompok aktor-sirkus. Kelompok itu terdiri dari Mia (Bibi Anderson), suaminya, Jof (Nils Poppe) dan manajer mereka, Skat (Erik Strandmark). Di tengah perjalanan, Skat pergi meninggalkan mereka dan kabur dengan seorang wanita (Inga Gill). Ternyata wanita itu sudah menikah. Suaminya (Ake Fridell) yang patah hati memutuskan untuk pergi dengan Antonius dan Jons. Kebetulan Jons telah menyelamatkan seorang gadis (Gunnel Lindblom) sehingga si gadis ikut dengan rombongan Antonius & Jons. Antonius & Jons sendiri memutuskan pergi dengan rombongan Mia & Jof. Ketika mereka melewati hutan, mereka menemui seorang wanita yang akan dibakar karena wanita itu mengaku menyembah setan dan menyebarkan wabah.
WARNING : SPOILER ALERT!!!
Oh my God, I fuckin' in love with The Seventh Seal. Seriously, I love the topic and Bengt Ekerot's iconic character. Saya agak terkejut dengan teknik visual dalam film ini. Film ini boleh saja berwarna hitam-putih, tapi sudut-sudut pengambilan gambar memberikan banyak adegan indah dalam film ini. Saya suka bagaimana Ingmar Bergman membahas masalah yang serius dan menyangkut kehidupan manusia, namun mencampurnya dengan fantasi sehingga The Seventh Seal terasa seperti film. Bukan terasa seperti dokumentasi kecil. Yang saya maksudkan dengan 'dokumentasi kecil' adalah film-film yang terlalu realistis dan terasa agak plain, contohnya Blue Valentine, Like Crazy, Before Midnight, dll. Film adalah film, harus ada sesuatu yang membuatnya menarik. Ada beberapa hal dari film ini yang saya kurang suka, seperti editing dan musik. Editing-nya membuat film ini seakan-akan bergerak secara random, sedangkan musiknya lebay. Anyway, is it just me or this movie has some kind of spooky touch?
Meskipun adegan catur dan dansa (di akhir film) merupakan dua adegan yang paling terkenal, adegan favorit saya adalah dimana Antonius tidak sengaja mencurahkan pikirannya -dan strategi caturnya- kepada Kematian. Saya suka sekali adegan itu mulai dari sudut pengambilan gambar, dialog, bahkan akting. Pemikiran dan keinginan Antonius sama seperti saya. Seperti quote yang tertulis diatas poster, yang Antonius inginkan adalah pengetahuan yang pasti apakah Tuhan itu ada atau tidak. Ia juga ingin tahu apa yang terjadi pada orang yang mau percaya tapi tidak bisa percaya atau yang tidak bisa dan tidak mau percaya kepada Tuhan. Dia tidak menginkan iman atau asumsi, tapi kepastian dan pengetahuan.
Saya tidak tahu mengapa Bergman memilih catur, namun saya mempunyai interpretasi sendiri. Catur merupakan permainan yang membutuhkan strategi atau rencana. Strategi itu entah untuk menghindari lawan, menyerang lawan, atau mempertahankan bagian kita. Manusia boleh saja berencana menghindari kematian, tapi pada akhirnya kematian akan datang kepada kita semua. Entah kepada orang percaya atau tidak, orang baik atau jahat, siap atau tidak, kematian akan mendatangi kita semua. You can cheat death once, twice, or even more, but eventually, death always wins. Hal ini membuat saya sadar bahwa antara kematian dan kehidupan setiap individu selalu ada permainan, yang pada akhirnya akan dimenangkan kematian. Kita bisa mendapatkan banyak hal selama kita hidup bahkan mungkin mencurangi kematian, tapi pada akhirnya, entah dalam waktu yang lama atau sebentar, kematian akan selalu mengungguli kita.
Kepesimisan, keoptimisan, dan perjalanan tokoh-tokoh The Seventh Seal menuangkan pilihan dan pemikiran manusia akan Tuhan. Ada yang dengan mudahnya percaya seperti Jof, ada juga yang bertanya-tanya dan pesimis seperti Jons dan Antonius. Namun kesamaan dari semua karakter dalam film ini adalah mereka menghindari dan takut akan kematian. Keberadaan Tuhan boleh saja dipertanyakan, tapi eksistensi kematian tentu saja nyata dan hanya orang bodoh yang mempertanyakan hal itu. Mungkin karena itu Bergman menamakan karakter Kematian sebagai Death, bukan Angel of Death atau sejenisnya. Memberikan karakter yang bernama Malaikat Kematian seakan-akan memberikan konfirmasi bahwa Tuhan itu ada. Namun jika hanya dinamai Kematian, Bergman menceritakan slice of life apa adanya.
Bergman memperlihatkan sisi negatif dan positif agama dan Tuhan, entah sengaja atau tidak. Agama dan Tuhan menyebabkan manusia melarikan diri dari masalah-masalahnya. Hal ini diungkapkan melalui adegan dimana sekelompok orang menyiksa diri mereka dan menangis-nangis meminta ampun Tuhan. Saya tidak tahu apakah Bergman mengidolakan Karl Marx, karena adegan ini mirip dengan salah satu kritikan Karl Marx bahwa agma adalah candu masyarakat. Artinya, agama membuat manusia melarikan dari masalahnya dan bersikap tidak rasional. Tapi di sisi lain, taat beragama dan mempercayai Tuhan merupakan safer bet dalam hidup. Bukan safest, tapi safer. Hal ini terlihat ketika Mia & Jof selamat dari kematian.
Akting semuanya bagus. Mulai dari Bengkt Ekerot yang menampilkan sosok Death yang misterius dan karismatik, Max von Sydow yang galau dalam memahami Tuhan, Gunnar Bjornstrand yang pesimis, Bibi Anderson & Nils Poppe yang ceria dalam menghadapi hidup, sampai Inga Gill yang flirty banget. Mereka semua berhasil memerankan peran-peran masing-masing dan di waktu yang sama membangun chemistry satu sama lain.
Overall, The Seventh Seal is a classic mind-provoking film and a masterpiece that questions God's existence without being boring, heavy, or too supernaturalish. 9,8/10
pic cr:
mecail2012.blogspot.com
imagesci.com
empireonline.com
rainz.tumblr.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar