Jumat, 03 Januari 2014

Secret Sunshine : A Mother's 'Rollercoaster' After Her Son's Death


Menurut wikipedia, Lee Chang-dong adalah salah satu sutradara terkemuka di Korea.  Saya belum menonton filmnya yang paling terkenal, yaitu Poetry (2010), dan Secret Sunshine (2007) adalah film pertama Lee yang saya tonton.  Film ini meraih berbagai penghargaan film internasional, dan yang paling besar adalah Cannes Film Festival kategori Best Actress untuk Jun Do-yeon.  Secret Sunshine juga dinominasikan Palme D'or, salah satu penghargaan film terbesar di dunia.  Apa yang menyebabkan Secret Sunshine menerima banyak penghargaan dan pujian?

Film diawali dengan Lee Shin-ae (Jun Do-yeon) yang pindah ke kota Miryang bersama putranya.  Shin-ae pindah ke Miryang karena almarhum suaminya yang baru saja meninggal, ingin sekali pindah ke Miryang, kampung halamannya.  Di perjalanan, mobil Shin-ae rusak dan harus diderek.  Orang yang membantunya adalah warga Miryang sendiri yang bernama Kim Jong-chan (Song Kang-ho).  Meskipun Shin-ae tidak terlalu memperhatikan Jong-chan, Jong-chan bersikeras untuk membantu Shin-ae dan anaknya.  Shin-ae memulai hidupnya dengan membuka les piano sambil mencari tanah untuk investasi.  Usahanya untuk memulai kembali mengalami kemunduran karena putranya diculik.  Tragisnya lagi, putranya tetap dibunuh walaupun Shin-ae telah menyerahkan uang tebusan.  

WARNING : MAY CONTAIN SPOILER


I thought Secret Sunshine is another Korean revenge flick.  It's also not a very 'sunshine' (happy) movie.

Kadang-kadang saya bertanya apa yang terjadi jika Dae-su (Oldboy, 2003) pasrah saja atas keadaannya, atau jika Geum-ja (Lady Revenge, 2005) tidak memiliki bantuan untuk membalas dendam pada penculik anaknya.  Saya rasa Lee Chang-dong memberikan salah satu jawaban lewat Secret Sunshine.  Secret Sunshine menceritakan ibu biasa yang tidak mempunyai combat skill, koneksi dengan mantan tahanan, ataupun obsesi dan keahlian yang luar biasa untuk membalas dendam pada pembunuh anaknya.  Dia hanya bisa diam, berkabung, dan meneriakkan rasa ketidakadilan atas kematian anaknya.  Hanya tiga hal itu yang bisa ia lakukan.  

Iman, lebih tepatnya iman Kristiani, menjadi salah satu tema film ini.  Untungnya Lee memberikan sedikit latar belakang iman Shin-ae, yang boleh dibilang ateis (tidak percaya Tuhan).  Saya sangat menyukai adegan restorasi iman yang dialami Shin-ae, dimana ia menangis keras lalu sang pendeta, tanpa menanyakan apapun, memegang kepalanya dan mendoakannya.  Bukan menasihatinya, tapi mendoakannya.  Film ini memberikan pesan bahwa ketika kita berusaha untuk lebih dekat kepada Tuhan, beban kita akan lebih ringan dan batin kita akan lebih tenang.  Saya senang mendengar beberapa lagu gereja dinyanyikan di film ini, salah satunya versi Korea "Sebab Dia Hidup", walaupun hanya sebentar.  Film ini tidak hanya berbicara restorasi dan kekuatan iman, tapi juga menceritakan pergulatan iman yang bisa terjadi dimana saja, termasuk dimana saja.  Lee Chang-dong menunjukkannya dengan cara yang unik.  Ketika seorang pendeta sedang berdoa atau mungkin berkotbah, Shin-ae mengacaukan audio system dan memutar lagu yang bercerita tentang kebohongan.  Bisa dilihat ada beberapa jemaat yang berdoa lebih keras (karena takut iman mereka jatuh) dan relawan yang langsung membimbing beberapa jemaat.  Serangan bisa terjadi dimana saja, bahkan di tempat dan saat yang sangat tidak terduga.    

Entah sengaja atau tidak, Lee memberikan aspek psikologi dalam film ini.  Saya menduga Shin-ae mengalami major depressive disorder setelah kematian anaknya dan mengalami bipolar disorder.  MDD adalah low mood dan hilangnya keinginan untuk berbahagia yang berkepanjangan, yang biasanya disebabkan oleh pengalaman traumatis psikologis.  Salah satu pengalaman traumatis psikologis adalah kematian orang terdekat.  Bipolar disorder kira-kira dipicu oleh kenyataan bahwa pembunuh putranya sudah menemukan kedamaian sebelum dimaafkan oleh Shin-ae.  Itu membuktikan Shin-ae belum sepenuhnya memaafkan pembunuh putranya, ia ingin agar pembunuh itu menderita dan dihantui perasaan bersalah sebelum dimaafkan oleh Shin-ae.  Bipolar disorder terlihat ketika Shin-ae mulai mencuri CD, menggoda suami temannya, mengira putranya masih hidup, sampai tidak sadar telah melukai tangannya.  


100 thumbs up for Jun Do-yeon.  Dia berhasil sekali mengekspresikan pasang dan surut emosi seorang ibu, yang makin labil setelah ditinggal anaknya.  Dia bisa menjadi seorang malaikat dan tiba-tiba menjadi wanita jalang atau wanita yang dingin.  Anyway, saya rasa fondasi hubungan ibu-anak di film ini kurang kuat.  Cukup, tapi kurang kuat.  Saya mempunyai ekspetasi lebih kepada Song Kang-ho, namun mungkin karena perannya yang hanya sebagai karakter pembantu, mempersempit peluang untuk mengeksplorasi dan mengimprovisasi karakternya.  Tadinya saya kira dia akan menjadi detektif atas kasus penculikan anaknya Shin-ae, haha.

Untuk sisi teknis, saya kurang menyukai musik temanya, tapi saya menyukai iringan musik lainnya.  Film ini menggunakan shaky cam, untuknya guncangan tidak terlalu menganggu.  Sepertinya Lee kurang 'bermain' di sisi pewarnaan, sehingga terkadang film ini terasa sedikit plain.  Anyway, saya rasa ending-nya yang ambigu memberikan pesan bahwa apapun yang terjadi, ketika kamu masih hidup, maka duniamu tetap akan berputar dan melanjutkan aktifitasnya.

Secret Sunshine tidak menceritakan tentang misteri, tidak juga menceritakan balas dendam yang keji dan berdarah-darah.  Film ini bercerita tentang perjalanan batin seorang ibu yang ditinggalkan anaknya dengan sentuhan mentah namun indah, emosional namun tidak lebay.  Although there's a depressing atmosphere, it's still a beautiful movie.  9,5/10     

pic cr :
lifesanadventure2.wordpress.com
filmfestivaltourism.com
timeout.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar