Gue belum pernah pacaran
Ending paling romantis menurut gue...11 tahun yang lalu
Oke
sebelum jawab itu, gue pengen ngelantur dan menceritakan diri gue waktu
kelas 5-6 SD. Disaat itu, tentunya gue udah pernah naksir cowok. Tapi
gue masih canggung dengan ide pacaran. Bahkan waktu gue kelas 4, gue
masih tutup mata kalau ada orang ciuman di TV. Waktu gue kelas 6, gue hobi nonton film romance. Beberapa tahun kemudian, gue mulai benci nonton film-film romantis Disney, romance cengeng apalagi rom-com yang
ada Katherine Heigl, Ashton Kutcher, atau mahluk sejenis mereka. Gue
benar-benar lupa kejadian apa yang bener-bener bikin gue sempat gak suka
film romance, tapi gue rasa itu melalui proses, bukan karena suatu kejadian yang spesifik.
Sekitar gue umur 12 tahun, gue menonton (500) Days of Summer untuk yang pertama kalinya. Dan astaga ending-nya...sumpah, bagi gue, itu unpredictable banget! Guge langsung jatuh cinta sama tuh film (waktu pertama kali nonton) karena itu pertama kalinya gue nonton sebuah film rom-com yang sama sekali beda! One of a kind.
Tapi
gak tahu kenapa, gue tetep lebih cinta Annie Hall daripada (500) Days
of Summer. Emang sih rada aneh karena boleh dibilang Annie Hall itu
film yang 'tua' dan kurang menangkap aspek youngster, dan mungkin beberapa dari kalian menganggap film ini kurang stylish dibandingkan 500DOS. Yah, kalian harus sadar kalau Annie Hall itu adalah film 70an, jadi wajar aja kalau less stylish.
Pelajaran yang bisa gue petik dari 500DOS adalah kalau emang hubungannya udah gak jelas dari awal, mendingan nyantai aja kayak friends with benefits atau
minta kejelasan hubungan dari awal, daripada ntar lo malah sakit hati.
Gue emang gak suka Summer (Zooey Deschanel), tapi dia gak benar-benar
salah karena dari awal udah menyatakan kalau dia gak mau girlfriend-boyfriend thing. Harusnya si Tom (Joseph Gordon-Levitt) udah stay alert dari
situ. Fokus utama film 500DOS itu persepsi, dimana Tom mengira kalau
Summer suka sama dia karena Summer yang berinisiatif mendekati Tom, tapi
Summer sendiri mengira kalau Tom itu juga pengen have fun doang, bukan girlfriend-boyfriend thing. Lihat aja kan bagaimana Summer mengatakan you're still my bestfriend setelah
mereka putus. Atau bagaimana dia dengan 'polosnya' (baca : bego dan
kejam) mengundang Tom ke pesta pertunangannya. Itu tandanya Summer
emang mengira kalau Tom gak punya perasaan dalam ke dia.
Orang
sering bilang kalau kunci hubungan yang sukses itu komunikasi. Tapi
mereka juga lupa bilang kalau perkembangan itu juga salah satu kunci
utama hubungan. Itulah pesan yang gue dapat dari Annie Hall. Setelah
Annie (Diane Keaton) kuliah, dia berkembang menjadi pribadi yang jauh
lebih PD dan pintar, sedangkan Alvy...adalah Alvy (Woody Allen). Dia
sama sekali gak berkembang, masih menjadi orang yang sinis dan awkward tanpa
perubahan positif yang signifikan. Bagaimana mungkin suatu hubungan
bisa sukses kalau yang satu berkembang dan yang satunya lagi statis
(diam)? Gak cuma itu, pelajaran ini gue tangkap lebih dulu daripada
pelajaran sebelumnya, dan gue rasa mayoritas penonton juga tahu maksud
dari kata-kata terakhir Alvy.
Alvy menceritakan suatu joke tentang
orang yang 'curhat' ke dokter kalau adiknya gila karena adiknya mengira
dirinya ayam. Dokternya bilang kenapa gak dimasukan ke rumah sakit,
terus orang itu bilang karena dia butuh telurnya. Itu menunjukkan bahwa
romantic relationship antara dua orang bisa dikarenakan mereka
BUTUH, bukan INGIN. Ada perbedaannya loh antara butuh dan ingin. Nah,
kalian yang merasa dirinya punya pacar dan eksis ganteng cantik atau hal
gak penting lainnya, tanyakan diri lo sendiri apakah lo pacaran karena BUTUH atau INGIN.
Gue sering melihat tweet atau
komentar teman gue tentang cowok PHP lah, gak punya hatilah, mereka
yang sering mutusin cewek, dll. Tapi di film Annie Hall dan 500DOS
justru yang terjadi adalah kebalikannya. Baik Annie dan Summer tidak
cengeng ketika mereka 'putus'. Justru mereka menghadapinya dengan
tenang dan dewasa, dan mereka bisa move on dan menemukan hubungan baru (in Summer's case). Fakta
bahwa mereka yang memutuskan hubungan masing-masing, itu berarti mereka
PD serta yakin bisa dan berhak bahagia lagi atau menemukan orang baru.
Dan di kasusnya Annie, ketika mereka berdua udah terasa gak cocok dan
tidak memiliki chemistry, dia langsung ambil tindakan, bukan sekedar 'menggantungkan' hubungan dan menunggu someting that will screw their relationship. Sebaliknya, yang galau itu bukan cewek-ceweknya, tapi cowok-cowoknya. Bisa terlihat bagaimana Tom (childishly)
ngambek atau Alvy yang menulis suatu drama berdasarkan hubungannya
dengan Annie, namun berakhir bahagia. Itu nunjukkin kalau gak semua
cowok tuh PHP atau gak berperasaan *glare at those whiny girls*
Gue rada shock waktu lihat Before Sunrise masuk dalam salah satu daftar film romantis yang paling realistis. WTF dude. Menurut
lo seberapa banyak cowok yang gak modusin cewek gak dikenal tanpa
memperkosa atau nyulik? Atau seberapa banyak cewek (yang logis looooh)
yang bakal percaya sama tuh cowok. Dan yang paling menganggu, kalaupun
mereka beneran jalan-jalan kayak Before Sunrise, berapa sih peluangnya
mereka gak bakal canggung di kehidupan nyata? Itulah mengapa menurut
gue Before Sunrise tuh bukan film romantis yang realistis.
But on the other hand, film
kan gak mesti realistis. Sebenarnya dari semua film trilogi Before,
Before Sunrise lah yang paling romantis. Momen-momennya lebih banyak,
dan dialognya juga lebih romantis. Gue sendiri pertama kali nonton gak
berpikir Before Sunrise adalah film yang romantis, tapi gue juga gak
berpikir bahwa Before Sunrise adalah film yang membosankan. Sebaliknya,
film ini sangat menarik karena dialognya mengalir dengan lancar dan
juga mempunyai topik yang menarik. Nah, itu dia sisi romantisnya Before
Sunrise. Bagaimana lo bisa menemukan orang yang membuat lo senang dan
enak diajak ngobrol, ngobrolnya di kota Wina lagi, gimana gak romantis
coba? Coba mereka ngadain skinship melulu, itu mah namanya napsu, bukan romantis.
Film Husbands and Wives sempat membuat gue bertanya-tanya : apakah dinyatakan selingkuh jika sekedar pedekate atau memikirkan orang itu, atau jika sudah melakukan kontak fisik? Gue
sih menganggap yang namanya selingkuh itu kalau udah melakukan kontak
fisik. Salah satu pasangan di Husbands and Wives mempunyai faktor usia
dalam keretakan hubungan mereka. Maksudnya, suaminya mulai bosan dengan
istrinya dan mulai menemui cewek-cewek yang jauh lebih muda. Tapi
ironisnya, si cewek yang muda itu childish dan malah
mempermalukan si suami. Gini deh, kalau kalian menikah, itu tandanya
kalian udah berkomitmen untuk hidup dengan pasangan masing-masing sampe
mati. Jadi ya udah harus siap-siap dengan kebosanan ataupun kriput dari
pasangan masing-masing. Bagusnya dari pasangan 1 ini, mereka gak
buru-buru untuk langsung bercerai, walaupun udah tahu bahwa mereka
berdua udah 'move on'. Mereka malah menjauh (bukan bercerai) dan merefleksikan kehidupan mereka, dan akhirnya pernikahan mereka membaik.
Sedangkan pasangan 2, istrinya memiliki insecure issue. Tapi daripada meminta bantuan dari pihak lain dan intropeksi diri, dia malah tetap membiarkan issue itu berlanjut, walaupun si suami udah meyakinkan dirinya. Bahkan si suami pun tidak cross the line dengan
melakukan kontak fisik dengan salah satu mahasiswanya. Harusnya kalau
suaminya gak menunjukkan tanda-tanda selingkuh, dia bisa santai dan move on dong dari masalah itu. Kalaupun masih ada perasaan insecure, lebih
baik akuin aja bahwa itu datang dari diri sendiri dan ngomong ke
suaminya. Padahal pasangan 2 ini gak pernah punya masalah yang besar
sebelum si istrinya mulai moody dan menunjukkan ke insekuritasnya.
How about affair? Gue
suka sekali dengan tema perselingkuhan karena biasanya melibatkan emosi
dan pilihan yang rumit seperti Little Children. Lucu juga bagaimana 'sistem'
dan tekanan menyebabkan Sarah (Kate Winslet) dan Brad (Patrick Wilson)
mengkhianati pasangan mereka masing-masing, tapi pada akhirnya mereka
tetap membiarkan 'sistem' itu mengikat mereka. Itu menunjukkan bahwa
banyak sekali orang mengira bahwa pelarian mereka adalah solusi dari
segala permasalahan mereka. Mereka tidak ingin membicarakan masalah itu
dengan pasangan masing-masing dan malah 'berlari' dari kehidupan
nyata. Mereka sebenarnya bisa menyelesaikan masalah pernikahan
masing-masing jika mereka bisa intropeksi diri dan berkomunikasi dengan
pasangan masing-masing. It's not easy, but I think it's worthwhile.
But after I had watched "Blue Valentine", I realized that not all of marriages are fixable. Terkadang pernikahan gak bisa diperbaiki karena cinta diantara dua pihak sudah menghilang dan kedua atau salah satu pihak tersebut emang udah gak niat memperbaiki pernikahannya. Kalau dipaksain tetap menikah, pernikahan itu justru menyiksa mereka kedua pihak. Cindy (Michelle Williams) dan Dean (Ryan Gosling) dulu sangat saling mencintai. Namun setelah mereka menikah, mereka semakin menjauh sampai pada titik dimana Dean memaksa Cindy untuk berhubungan seks dengannya. Kalau udah sampai di titik itu, pernikahan malah menyiksa Cindy dan Dean. 'Liburan' yang harusnya memperbaiki pernikahan mereka malah menghancurkan mereka.
Oh
iya, bagaimana kalau pasangan cenderung pasrah? Jodoh emang gak
kemana, tapi kalau lo gak memperjuangkannya jodoh lo ya juga bakal
menghilang. Di film The Remains of the Day, Mr. Steven (Anthony
Hopkins) dan Ms. Kenton (Emma Thompson) sebenarnya saling jatuh cinta.
Namun pada akhirnya tidak terjadi apa-apa karena Mr. Steven terlalu
terikat dengan pekerjaannya. Lucu juga kan bagaimana jodohnya selalu
berada di sampingnya, namun dia tidak memperjuangkannya. Nah, ini
kesalahan dari faktor internal.
Never Let Me Go yang juga diadaptasi dari novel Kazuo Ishiguro memberikan contoh faktor eksternal. Menurut
gue pribadi, dua karya Ishiguro yang gue sebutkan sebenarnya mengejek
kepercayaan manusia terhadap takdir. Oke, memang kita ditakdirkan untuk
orang tertentu, tapi ketika kita tidak menyadarinya dan tidak
memperjuangkannya, kita gak akan pernah ketemu jodoh atau takdir kita.
Pada akhirnya, takdir kita lagi-lagi jatuh kepada pilihan kita.
Situasi
yang terjadi pada film Never Let Me Go hampir sama dengan The Remains
of the Day, dimana Kathy (Carey Mulligan) dan Tommy (Andrew Garfield)
saling menyukai, namun mereka 'terhalang' oleh Ruth (Keira Knightley). Kenapa
gue menggunakan tanda kutip? Karena hubungan Tommy dan Kathy bisa
berhasil jika Kathy jujur pada temannya, dan Tommy lebih berani dalam
memperjuangkan cintanya pada Kathy. Ini adalah contoh dari dua manusia
yang ditakdirkan untuk 'bersama', tapi mereka tidak memperjuangkannya.
Gue rasa, cinta adalah anugrah Tuhan. Yang namanya anugrah Tuhan harus diperjuangkan, bukan didapat dengan mudah.
Setelah
pengetahuan gue tentang cinta *batuk* bertambah, gue mulai sadar kalau
Titanic itu salah satu cerita yang gak logis. Ada ya cowok yang kenal
cewek kurang dari lima hari mau mengorbankan nyawanya demi si cewek?
Walaupun gak logis...Titanic tetep salah satu film favorit gue, wkwk.
Begitu juga dengan The Notebook. Seberapa seringnya cowok mau nungguin
cinta pertamanya yang udah gak berhubungan sama dia selama tujuh tahun?
Dan si cowoknya sendiri sempet punya hubungan dengan cewek lain? Dan
lagi-lagi, itu tetaplah film favorit gue.
Dulu
gue juga sempat menganggap Romeo+Juliet adalah film yang paling
romantis. Tapi akhirnya gue berpendapat bahwa film itu tidak lebih dari
omong kosong mengenai cinta sejati. Apakah hidup sedemikian buruknya
sampe lo harus bunuh diri kalo pacar lo mati? Bagi gue itu bukan
romantis, tapi pathetic. Bukan hanya tidak menghargai hidup,
tapi gak menghargai orang lain. Kalau pacar lo mati, masih banyak kali
cewek/cowok di dunia ini. Gak mudah memang untuk bangkit lagi, tapi apa
gunanya juga bersedih terus? Maksud gue dari gak menghargai orang lain
itu, di dunia ini mungkin ada orang yang dari kecil/remaja udah
sebatang kara. Terpaksa tinggal bareng foster parent yang
mungkin malah menyiksa mereka. Tapi mereka tetap mau bertahan hidup.
Sedangkan Romeo & Juliet bukan sebatang kara dan (kayaknya) gak
pernah disiksa orangtuanya, malah bunuh diri cuma gara-gara hal sepele. Gimana gak pathetic coba? Anyway, ada perbedaannya loh antara bunuh diri sama mengorbankan nyawa.
Hmm,
saking banyaknya yang gue tulis, gue sendiri bingung inti dari apa yang
gue tulis, hahaha. Mungkin jawaban dari pertanyaan gue sebelumnya
adalah pengalaman sehari-hari. Lewat dari pengalaman orang-orang di
sekeliling gue dan cerita teman-teman, gue bisa menginterpretasikan
seperti apa hubungan romantis cewek-cowok. Tapi cinta? Gue rasa cinta
hanya bisa diinterpretasikan secara pribadi. Dari film-film yang gue
tonton, gue cuma bisa menginterpretasikan bahwa ada cinta yang simple, ada juga yang kompleks. Ada yang gampang seperti 500DOS atau Before Sunrise, ada yang kompleks seperti Like Crazy atau Little Children.
Untuk film Punch-Drunk Love, gue harus menontonnya beberapa tahun lagi untuk lebih memahami film itu.
You've learned so much about relationship, affair, romance, and above all: humanity, from movies. Most of them are true in the real life.
BalasHapusYour writing topic is beyond your age. I love your writing style. I enjoy your honesty and frankness.
Keep on writing, this is your biggest talent.
Keep writing Girl..this is a salient output of a girl of 15 (?), a deep observation, smart reflection and out-of-the-box writing style.. keep me posted of your next writing
BalasHapusHaha, thanks for all your comments :D
BalasHapusWah reviewnya menarik. Btw gue mengclaim diri sebagai fans Woody Allen garis keras. Kayanya hampir semua filmnya udah gue tonton. Dan jarang loh ada orang yang suka dan ngerti tentang satire-roman film2 Woody, baca tulisan ini tentang roman yg realis dan unrealis gue sepakat, seeneng deh
BalasHapus