Sabtu, 27 Juli 2013

Before Midnight

Wow, I can't believe that I'm 41. -Jesse


Wow, gue sendiri gak percaya juga kalau Jesse dan Celine sudah berusia 41!  Sejak menonton Before Sunrise dan Before Sunset, gue langsung jatuh cinta pada trio Richard Linklater, Ethan Hawke, dan Julie Delpy.  Before Sunrise adalah kisah cinta yang cukup unik, gue sih belum pernah nonton film romance dengan format seperti itu, daaaaaannnn...itu keren banget!  Script, directing, acting, setting, sampe musik, semuanya superb banget!  Bahkan sekuelnya, Before Sunset, juga tidak kalah hebatnya dengan pendahulunya!  Lalu, apakah Before Midnight bisa mempertahankan (hampir, hehe) kesempurnaan Before Sunrise dan Before Sunset?

SARAN : Kalau emang beneran tertarik BANGET sama film ini, mendingan gak usah baca review atau lihat trailernya.

 

Before Midnight ber-setting 9 tahun setelah reuni Jesse dan Celine di Paris.  Sekarang Jesse sudah bercerai, ia juga mempunyai sepasang anak kembar bersama Celine.  Dibalik kesuksesannya sebagai penulis, Jesse mulai tertekan dengan perannya sebagai ayah Hank, putra dari pernikahan pertamanya.  Apalagi istri pertamanya juga menyiksa Hank secara psikologis.  Celine pun juga mempunyai hal lain untuk dipikirkan.  Ia tertekan dan tidak tahu bagaimana cara menyeimbangkan karir, prinsip, dan kehidupannya sebagai istri dan ibu.  Apa yang terjadi selanjutnya ketika Hank meninggalkan mereka di Yunani? *jengjeng*


Oh.  My.  God.  

Gue speechless!  Gue gak tahu harus ngomong dari mana.  Bahkan adegan pembukanya juga udah menggaet hati gue (?)  Kita bakalan lihat Jesse dan Hank berbicara selama beberapa menit (long take) dan ketika Hank berangkat, Jesse keluar dan berjalan ke seorang wanita pirang, masuk ke mobil, dan voila, ada anak kembar di mobil itu, dan perempuan itu Celine!  Doh, nyesel gue nonton trailer-nya, padahal kalau gak nonton gue pasti shock lebay gitu deh, wkwk.

Nah, opening scene-nya aja udah beda dari dua film sebelumnya.  Gue bersyukur banget trio Before gak pake rumus yang sama dengan dua film sebelumnya.  Menurut gue pribadi sih, kenapa filmmaker harus pake rumus yang sama kalau bikin sekuel?  Takut atau gak punya ide?  Kalau takut, itu mah aneh, yang ada kalau idenya sama ya bakalan dapet kritikan banyaklah.  Kita udah disajikan dengan opening scene yang cukup berbeda, ternyata prosesnya pun cukup berbeda dari dua film sebelumnya.  Jesse dan Celine berkomunikasi dengan orang lain, bahkan waktu pergaulan mereka dengan orang lain cukup lama dan konsisten dibandingkan dua film sebelumnya.  Menurut gue ini perlambangan dari kedewasaan Jesse dan Celine.  Karena mereka udah gak muda, dunia bukan milik mereka berdua lagi.  Itu loh, istilah yang kalau orang pacaran mereka serasa berdua doang.  Dan gue rasa itu bagus, toh akan sangat membosankan jika kita hanya melihat interaksi antara Jesse dan Celine saja.  Kita bisa melihat bagaimana pergaulan Jesse dan Celine dengan orang lain, begitu juga cara pandang orang lain terhadap mereka.  


Dialog di antara mereka berdua pun sudah mulai berubah.  Gue sih kurang suka topiknya, tapi tetap menarik.  Kalau dulu mereka sering membahas pandangan filosofis mereka, sekarang mereka lebih sering membahas permasalahan mereka di pekerjaan, ataupun masalah-masalah pribadi yang sebenarnya ikut mempengaruhi hubungan mereka.  Entah itu pekerjaan Celine, ataupun kehidupan Hank di Chicago.  Lagipula, di usia 40an gue yakin mereka sudah lebih mengerti tentang kehidupan dan tentunya sudah banyak pengalaman.  Pembicaraan filosofis yang terjadi 18 atau 9 tahun yang lalu mungkin hanya akan membuat mereka bosan atau capek.  

Pertengakaran mereka di sekitar 30 menit terakhir membuat gue bisa sedikit menganalisa karakter mereka.  Gue setuju dengan Jesse, bahwa Celine adalah orang yang terlalu emosional, gila, dan gak punya waktu yang cukup untuk merawat dirinya sendiri.  Celine juga dengan cepat menginterpretasikan ucapan Jesse dan seakan-akan terus mencoba mencari kesalahan Jesse, dan terkadang memang sengaja membuatnya terlihat salah atau gagal. Itu terlihat ketika mereka sedang membahas Hank.  Jesse sudah tidak mau membicarakan itu, dan bahkan tidak memaksa atau secara frontal menyuruh Celine untuk pindah ke Chicago.  Sampai Jesse harus ngomong : We won't move to Chicago, end of story barulah Celine agak mereda.  Sebaliknya, gue memandang Jesse sebagai orang yang pasif...atau pasif-agresif?  Dia tipe orang yang senang memainkan kata-kata dan sepertinya sengaja untuk tidak terlibat atau membahas sesuatu agar tidak disalahkan.  Itu terlihat ketika ia dengan santainya tidur-tiduran di kasur ketika ia dan Celine bertengkar, seakan-akan ia berusaha untuk terlihat cool dan menjaga jarak agar tidak disalahkan.  After all, no human is perfect, right?


Aaaah, pemandangannya bagus banget!  Jadi pengen ke Yunani.  Ternyata Richard Linklater masih mampu menyediakan sinematografi dan lokasi yang kereeeeen banget setelah 18 tahun, hehe.  Adegan yang paling bagus itu waktu Celine dan Jesse duduk dan nungguin matahari terbenam.  Gimana ya, maksud gue tuh kadang-kadang suatu romansa *ceilah* gak harus diekspresikan dengan skinship, kontak fisik, atau kata-kata kacangan yang bikin *mau* muntah.  Ya kadang-kadang romansa atau romance itu lo bisa nikmati kehadiran pasangan lo sendiri, tanpa ada yang harus dibicarakan.  Intinya, just enjoy the ride.  Ini adalah perkataan orang yang belum pacaran atau jatuh cinta jadi...belum terjamin looooh.

Gue gak tahu dengan kalian, tapi biasanya yang bikin gue BENAR-BENAR jatuh cinta dan ketagihan sama suatu film ya ending-nya.  Kalau alur sama akting mah udah biasa, banyak film yang bisa nyediain itu.  Tapi ending?  Berapa banyak sih film yang nyediain akting, alur, dan mempunyai ending yang keren banget, baik dari segi cerita dan adegan?  Gue sih gak terlalu mementingkan sinematografi.  Kalaupun sinematografinya biasa, tapi bisa nyediain tiga hal yang gue sebut tadi berarti tuh film tetap keren BANGET di mata gue.

Menurut gue pribadi, semua ending yang ada di Before Trilogy itu mempunyai ending yang bagus banget, jauh dari klise.  Pokoknya semua konflik antara Jesse dan Celine berakhir dengan cara yang bittersweet.  Realistis, namun bukanlah skeptis ataupun depresif.  Gue juga gak terlalu setuju kalau ada orang yang menyebutkan film ini depresif, gue rasa film ini hanyalah gambaran realita pasangan yang berkomitmen dengan satu sama lain.  Yap, Jesse dan Celine tidak menikah.  

Jesse and Celine grow older, and the movie 'grows' in some way too.  And don't worry, new fans will understand, and maybe like this movie.  But I don't think they will love it as much as the old fans do. 9,8/10

pic cr :
digitalspy.co.uk
graffitiwithpunctuation.net
learning-is-magic.com
collider.com

 

3 komentar: