Kamis, 25 Juli 2013

Ada Apa Dengan Cinta?

Pecahkan saja gelasnya! Biar ramai! 


Haha, karena gue gak ada waktu buat ke bioskop, gue milih random aja deh, hehe.  Gue juga gak tahu kenapa gue malah memutuskan film ini?  Mungkin karena gue baru masuk SMA dan kebetulan lokasinya itu sekolah gue? #eaaaa 

Eksis, mungkin itulah kata yang bisa menggambarkan Cinta (Dian Sastrowardoyo).  Selain langganan pemenang lomba puisi, ia dan teman-temannya adalah anggota pembuat mading.  Teman-temannya adalah Alya (Ladya Cheryl), Karmen (Adinia Wirasti), Milly (Sissy Pricillia), dan Maura (Titi Kamal).  Namun, pada suatu perlombaan, Cinta dikalahkan oleh sosok gak eksis bernama (Rangga).  Pertemuan pertama Cinta dan Rangga berakhir buruk saat Rangga menolak untuk diwawancarai Cinta.

Dibalik semua itu, kecintaan Rangga dan Cinta terhadap sastra bisa menyatukan mereka berdua.  Bahkan ketika Cinta tahu bahwa ayah Rangga mempunyai latar belakang politik yang kelam, Cinta masih menerima ajakan Rangga untuk pergi ke kafe.  Namun, akhirnya Cinta harus memilih antara Rangga atau temannya ketika salah satu temannya mencoba untuk bunuh diri.


Seandainya film ini dibuat di Amerika, mungkin gue cuma bisa nebak bahwa John Hughes ikut berperan di film ini.  Gue yakiiiiiiin banget somehow nih film terpengaruh oleh film-film remajanya John Hughes.  Why?  Karena Jujur Prananto selaku penulis menyajikan cerita klise, but a GOOD cliche, yang ditata dengan baik.  Contohnya, disini Cinta digambarkan sebagai langganan pemenang lomba PUISI, bukan pageant queen atau nyanyi yang boleh dibilang udah basi.  Dan karena dia dan Rangga adalah pecinta sastra, penonton bisa mendapat sedikit pengetahuan tentang sastra Indonesia dari film ini.  Sialnya, sampe sekarang gue gak dapat novel Aku ataupun baca karyanya Chariril Anwar.  

Ada tema persahabatan, cinta, konflik, bahkan tema kebanyakan film coming-of-age, child abuse.  Tapi semua itu diatur dengan seimbang.  Film ini mirip loh dengan nasi goreng manis asin pedes yang lauknya ada smoke beef atau chicken, sosis bratwurst yang gede, kacang polong empuk, dan jangan lupa telur ceplok yang gak terlalu garing, atau omelet! (?)  Tapi kalau itu semua mempunyai porsi berlebihan, tentu lauknya akan menutupi nasi goreng itu, bukan?  Nah, untungnya Jujur Prananto tidak melebarkan kisah persahabatan Cinta, ataupun membuat mereka sekedar penghias atau followers.  Hanya salah satu dari mereka yang nanti menjadi pemicu konflik persahabatan di film ini. 

Oh iya, foto dibawah ini cuma ajeng pamer yaaah, hohoho :p

 Waktu gue masih polos...warna kulitnya kontras banget ya? -____-"

Bicara soal akting, rata-rata kemampuan aktingnya bagus kok, yah 8,5 lah dari 1-10.  Gue tentu saja sangat menikmati akting dari tante (?) Dian yang emang keren banget.  Kalau menurut gue sih, Nicholas masih terlalu cool, gue kurang bisa konek dengan dia.  Tapi waktu gue baca dari pengantar novel Gie, ternyata emang krunya yang pengen Nicholas buat berakting terlalu cool gitu.  Lagian, di jaman itu Nicholas masih rookie, jadi tentu saja hal itu dimaklumi.  Dari aktor/aktris pembantu, gue sih rada sebel aja sama karakternya Maura, terlalu lebay untuk disukai...bahkan gue harus menyadarkan diri bahwa ini KARAKTERnya yang annoying, bukan aktrisnya. 

Gak tahu kenapa, musik pengeringnya film ini tuh mempunyai feel yang berbeda, yang gak pernah gue dapat dari film ini.  Benerah loooooh...yah, mungkin ini juga dikarenakan bahwa gue belum menonton banyak film.  Soundtrack-nya juga pop banget, catchy, tapi gak kelewat jelek kayak Gee gee ataupun Stupid hoe yang gak super gaje.  

Sinematografinya juga bagus, dan (mungkin) di masa itu udah tergolong bagus BANGET.  Gue paling suka bagian waktu matanya Cinta kepedesan (lagi motong cabe) dan si Rangga niup matanya cinta.  Ternyata adegan itu tidak di-handle ala Hollywood dimana adegan itu simpel, gak di close-up berlebihan, ataupun pake masuk lebay dan slow motion.  Sekali lagi, a very good cliche!  Ending-nya juga tergolong sebagai salah satu ending film teen-flick dan romance terbaik (edisi gue)!  


The only complain I have is Cinta and Rangga's love story is too quick!  I want to see more communication between them.  But...AADC is the best Indonesian teen-flick (besides Catatan Akhir Sekolah) with good tone and quite far from cliche.  9/10

pic cr :
blogs-swa.jkt
godreamouthloud.wordpress.com
facebook.com

1 komentar:

  1. edan lah... ini film udah jadi film bersejarah, jadi kalo mau titik-titik simpul ngeliat sejarah film Indonesia, salah satunya ya AADC

    BalasHapus