Tampilkan postingan dengan label Philip Seymour Hoffman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Philip Seymour Hoffman. Tampilkan semua postingan

Selasa, 20 Agustus 2013

Punch-Drunk Love

I have a love in my life. It makes me stronger than anything you can imagine. -Barry

Gue udah lama banget kepengen nonton film ini, dan baru kesampaian beberapa hari yang lalu karena gue gagal terus download nih film, bahkan abang-abang di PGC ngira gue nyari DVD Punk In Love-__-  Punch-Drunk Love adalah film keempat PT Anderson.  Heran juga kenapa filmmaker sehebat PT Anderson mau mengambil genre rom-com.  Sebenarnya gue prediksi ini bakalan kayak When Harry Met Sally, Annie Hall, atau Eternal Sunshine of the Spotless Mind (yang sampe sekarang belum gue tonton).  Tapi karena genre rom-com ini dipegang PT Anderson, gue langsung tahu kalau ini bukan rom-com biasa (?)

A/N : Sinopsis gue copas dari mbak niken

Barry Egan (Adam Sandler), tumbuh bersama 7 saudara perempuan yang kerap mengatur dan mengejeknya. Rupanya hal ini membuatnya menjadi seorang pria labil yang tidak percaya diri, introvert dan kesepian. Sampai kemudian akhirnya ia terpaksa menelepon sex-call, hanya untuk kepengen mengobrol dengan orang yang bisa diajaknya bicara. Dari sinilah kekacauan dimulai, ketika akhirnya gadis yang ditelponnya ini berusaha memerasnya, dan membuat Barry kesulitan dalam memulai hubungan percintaannya dengan Lena Leonard (Emily Watson).
 

Gak tahu kenapa, gue tetep lebih suka nonton Magnolia (1999) daripada PDL.  Mungkin karena Magnolia mempunyai pace yang lebih cepat dibandingkan PDL, walaupun Magnolia berdurasi tiga jam.  Bahkan diawal-awal gue udah ada feeling PDL akan menjadi film 'bisu' khas Kim Ki-duk.  Untung gue tetap stay di HBO karena Anderson menawarkan sesuatu yang menarik dalam kisah cinta Barry dan Lena.

Gue sendiri bingung apakah hubungan antara Barry dan Lena adalah cinta yang instan, atau hanya ketertarikan biasa.  Tapi itu tidak masalah, karena inti cerita romantis adalah dua orang atau lebih yang mengalami cinta atau ketertarikan dalam konteks romantis (teori gue loh).  Tadinya gue sempat bingung dan mengerutkan kening waktu Barry ngomong : I have a love in my life.  Love?  Kenapa dia bilang love?  Gue termasuk orang yang gak percaya dengan love at first sight, jatuh cinta yang instan, atau sampah lainnya.  

Inilah masalah gue dengan beberapa film indie-romantic.  Mereka hanya memperlihatkan dua orang dalam kecanggungan dan tiba-tiba, poof, jadilah cinta.  Kalau kecanggungan seperti di film-film Woody Allen, gue tentu paham karena ada komunikasi.  Bagaimana mungkin dua orang bisa jatuh cinta tanpa proses yang jelas?  Apa bedanya dengan ketertarikan fisik ataupun film-film cheesy-teen-flick dimana karakter-karakternya naksir (sekali lagi, menurut gue naksir, bukan cinta) karena tampang karakter lainnya?  Emosi yang diperlihatkan?  I don't get the emotion, only beautiful visual.  Ini juga alasan gue gak percaya love at first sight - apa bedanya dengan ketertarikan fisik?  Cinta itu kan udah meliputi segalanya, yang di dalam dan diluar.  Kesimpulannya, entah banyak yang film indie yang komunikasi dan emosinya dewa banget sampe gue gak ngeh, atau itu cuma bullshit yang dikira cinta.  

Balik ke masalah Barry tadi.  Gue agak kecewa karena Anderson gak menyediakan dialog ataupun memberikan quote-quote cerdas seperti Magnolia.  Memang Barry dan Lena juga mempunyai proses seperti kencan dan sebagainya, tapi menurut gue itu terasa singkat.  Gue kira film ini bakalan kayak When Harry Met Sally ataupun Annie Hall.  Gue mengerti kenapa Barry bisa dengan cepat attached ke Lena, karena dia merindukan, atau craving, akan wanita yang mau mengerti dia, yang tidak akan menekan atau mem-bully-nya.  Kehadiran sosok Lena memang tepat sekali bagi Barry, apalagi Lena membalas perasaan Barry.  Bisa saja yang dirasakan Barry adalah ketergantungan pada Lena, bukan cinta.  Karena itu gue maafkan aja, dan gue anggap dia 'keceplosan'.  


Tapi bagaimana dengan Lena?  Mengapa dia bisa jatuh cinta dengan Barry yang notabene seorang freak.  Apalagi Lena mengatakan bahwa dia sendiri pernah menikah dan berkencan, itu tandanya Lena pernah merasakan cinta yang dibalas.  Selain fakta bahwa keadaannya kebalikan dari Barry (mempunyai banyak brothers, tapi tidak ada sister) tidak ada kesamaan antara Lena dan Barry.  Kalau mereka sama-sama gila seperti Benny and Joon ataupun Silver Linings Playbook, gue ngerti.  Lah ini yang satunya gila, tapi yang satunya normal.  Tapi akhirnya gue mengerti juga.  Gue ini K-Poper, gak tahu kenapa, tiba-tiba gue suka Big Bang pas Blue (2012) keluar.  Mungkin karena perasaan gue sebagai K-Poper gue tahu dan mengerti 'cinta gila'.  Gue sadar kok gue gak cinta Big Bang, dan sadar banyak lagu mereka yang sampah (wow, craptastic baby) tapi mereka punya style yang beda dari boyband lain.  Comeback-nya aja beda, gak lagu dance melulu *batuk*  Seperti yang gue bilang, gue sadar kalau gue gak cinta Big Bang, bahkan gue harus research beberapa bulan baru jadi VIP (fandomnya Big Bang).  Makanya gue tetap gak bisa mengerti pikiran dan perasaan Lena sepenuhnya. Karena itu, gue cuma bisa menyimpulkan kalau tujuannya Anderson emang menceritakan cinta yang gila dan instan.

Rasanya tidak salah kalau banyak orang bilang bahwa film adalah puncak kemampuan akting Adam Sandler.  Gila, benar-benar gak nyangka gue Sandler bisa kayak gini.  Agak mengingatkan gue pada Dustin Hoffman di Rain Main.  Sedikit annoying, namun tetap lovable.  Gue sih (lagi-lagi) kurang puas dengan karakter Lena.  Problem-nya bukan di akting, namun di karakternya alias dari sononya.  Karakter Lena mirip Betsy di Taxi Driver, alias tempelan doang.  Akan lebih baik jika Anderson memberikan sedikit warna pada karakter Emily seperti Celine, Sally, Annie, ataupun Summer.  Walaupun begitu, Sandler-Watson tetap memberikan chemistry yang apik sepanjang film.

Gue suka banget visual dan musik film ini.  Apalagi siluet Barry dan Lena yang sedang berciuman.  Saking indahnya adegan itu, gue cuek dan lupain fakta bahwa adegan itu lumayan corny.  Gak nyangka adegan yang corny gitu bisa jadi indah banget kalau ditangani sutradara yang benar.  Soundtrack-nya yang mempunyai atmosfir cheesy-romantic dan polos benar-benar cocok dengan film ini.  Bahkan gue gak nyangka gue bisa suka banget sama lagu He Needs Me yang dinyanyikan oleh Shelley Duvall.  Sebenarnya suaranya Shelley Duvall biasa aja, dan arrange musiknya juga biasa aja.  Mungkin gue suka sama lagu ini karena ketika lagu ini diputar gue langsung membayangkan Barry dan Emily.

Untuk film yang ini, gue memutuskan untuk gak memberikan nilai dulu.  Gue merasa gue belum mengerti film ini, dan rasanya gak adil kalau gue memberikan nilai yang rendah atau biasa cuma karena gue gak connect dengan filmnya dan berbeda pendapat dengan PT Anderson.

But overall, PT Anderson can change a very chessy story plus Adam Sandler into a great journey of a man's life and his new love.  

pic cr : cinemarant.com
failedcritics.com
andsoitbeginsfilms.com

     

Sabtu, 17 Agustus 2013

Magnolia

The Goddamn regret! -Earl Partridge

Jujur aja, ini adalah film PT Anderson pertama yang gue tonton.  Dan gue nonton film ini di tahun 2013, wkwk-___-  Tapi saking jeniusnya PT Anderson, dia bisa membuat gue 'naksir' dia dan akhirnya memutuskan untuk beli DVD-nya The Master.  Kalau lo mau membuktikan diri lo beneran pecinta film, lo gak usah terintimidasi dengan durasi tiga jamnya.  Emang sih pendapat dan selera orang lain berbeda, tapi Magnolia mempunya sesuatu yang memberikan penontonnya sukses mengikuti film ini dalam tiga jam.  Sebelum nonton film ini, I had never really liked Tom Cruise.  Tapi penampilannya di film ini benar-benar mengubah pendapat gue tentang dia.  So, kalau lo masih berpikir Tom Cruise cuma jago jadi playboy ala Jerry Maguire atau agen kayak Ethan Hunt, mending lo nonton film ini dulu.

Sebenarnya agak susah untuk menceritakan plot Magnolia.  Magnolia menceritakan mosaik dari kehidupan sembilan orang di San Francisco.  Ada seorang mantan quiz kid (semacam anak jenius) bernama Donnie Smith (William H. Macy) yang hidupnya tidak menentu sejak ia tidak tampil di TV lagi.  Sekarang ada bocah bernama Stanley Spector (Jeremy Blackman) yang mencoba untuk mengalahkan rekor Donnie di acara "What Do Kids Now?".  Acara ini dipandu oleh Jimmy Gator (Philip Baker Hall) yang sedang melawan kanker.  Karena ia tahu dirinya sekarat, ia mencoba untuk berbaikan dengan putrinya, Claudia (Melora Walters) yang kecanduan narkoba.  Namun, tingkah Claudia yang aneh tetap membuat Jim (John C. Reily), seorang polisi yang baik & tekun, tetap tertarik dengan Claudia, sampai mengajaknya berkencan.  Tentu acara WDKN tidak akan ada tanpa seorang produser.  Acara WDKN diproduseri oleh Earl Patridge (Jason Robards) yang dirawat oleh Phil (Philip Seymour Hoffman).  Meskipun Earl dirawat oleh Phil, itu bukan berarti Linda (Julianne Moore), istri keduanya, tidak berkontribusi atau mengkhawatirkan Earl.  Tapi, pernikahan Earl dan Linda harus dibayar dengan menjauhnya Frank (Tom Cruise) putranya dari pernikahan pertama yang sekarang menjadi 'motivator' dengan slogan : Seduce and Destroy.

WARNING : MAY CONTAIN SPOILER


Jujur, gue speechless dan bingung apa yang harus gue tulis atau katakan.

Serius dah, ini salah satu film dengan skrip jenius yang pernah gue tonton.  Gue suka banget opening scene dan opening sequence-nya.  Bahkan dari awal PT Anderson udah memberikan gue alasan kenapa gue harus stay buat nonton film Magnolia selama tiga jam.  Gue bukan analis yang baik, jadi gue kurang bisa menginterpretasikan opening scene-nya.  Yang jelas, opening scene-nya berbicara tentang takdir dan kebetulan, sama seperti topik di film ini.  Opening sequence-nya juga ditata dengan sangat artistik dan diiringi oleh lagu One yang dinyanyikan Aimee Mann (adik ipar Sean Penn).  Gue pribadi sih lebih suka opening sequence-nya Magnolia dibandingkan Skyfall, hehe.  One is the loneliest number.

Ternyata kehebatan Aimee Mann tidak berhenti disitu.  Lagu selanjutnya adalah Momentum, yang akan terdengar ketika Jim ditugaskan ke rumah Claudia akan tetangganya mengeluhkan suara keras.  Sebenarnya lagu Wise Up di film ini dinyanyikan oleh karakter-karakter di film ini.  Gue kurang suka adegannya sih, karena menurut gue rada garing dan kacangan.  Tapi...bukan berarti lagunya jelek.  Lagunya bagus banget malah.  Setelah lagu Wise Up, Aimee Mann akan 'menghidangkan' lagu Save Me di bagian terakhir.  Ya ampun, itu lagu benar-benar nusuk hati gue.

But can you save me
Come on and save me
If you could save me
From the ranks of the freaks
Who suspect they could never love anyone


Yah, gue tahu sih gue kurang membahas soundtrack secara keseluruhan, tapi gue suka banget soundtrack-nya Magnolia yang udah kayak lukisan Picasso (?) alias modern, artful, beautiful.  


Gue juga suka banget sinematografinya.  Kadang-kadang ngambilnya mirip Martin Scorsese alias long take ngikutin si aktor.  Ada juga zoom in lambat.  Sumpah, zoom in lambat cocok banget buat Julianne Moore, Philip Seymour Hoffman, Melora Walters, dan (surprisingly) Tom Cruise.  Toh kalau Philip Seymour Hoffman yang mendapat nominasi Oscar gue juga gak keberatan.  Sumpah, nangisnya Hoffman bagus banget.  Gue aja hampir nangis nontonnya (gue tipe yang susah nangis).  Sayang banget karakter yang diperankan Hoffman kurang mempunyai koneksi diluar keluarga Partridge, padahal penampilannya Hoffman bloody-brilliant pake banget.  Jarang loh aktor yang bisa bikin gue speechless dalam waktu singkat.  Sejauh ini cuma Jodie Foster (Taxi Driver), Anthony Hopkins (Silence of the Lambs), Javier Bardem (Skyfall), dan Helena Bonham-Carter (Harry Potter series) yang bisa kayak gitu.  

Kalau gue sih menduga nominasi jatuh ke Tom Cruise karena dia menunjukkan dua sisi disini.  Di satu sisi dia adalah orang yang PD banget dan bisa menghipnotis baik wanita maupun pria (pengikutnya) dan di sisi yang lain dia adalah orang yang pernah terluka.  Makanya sah juga kalau nominasi jatuh ke Cruise.  Julianne Moore?  Gue cuma bisa komen kalau juri Oscar bego banget gak pernah ngasih dia piala (dan nominasi buat film ini).  Tante Julianne emang udah terkenal di genre drama.  Yah, jangan lo pikir juga dia mainnya kayak pemain sinetron sini.  Rasa dramatiknya ada, tapi (somehow) masa lebih terasa berkelas dibandingkan sinetron.  Satu lagi yang SANGAT pantas dapat nominasi Oscar (yup, bahkan melebihi Moore) adalah Melora Walters.  Dia berhasil banget memerankan seseorang yang udah runtuh, udah berantakan.  Apalagi adegan 'date' antara dia dengan Jim yang menurut gue bloody-brilliant pake banget.  Gue suka bagaimana dia ingin membangun suatu ikatan dengan Jim, namun tidak bisa karena dia membenci dan takut dengan masa lalunya.  Dan gue pernah di posisi itu (tapi jelas masa lalunya beda-_-).  

Oh iya, belum lagi Jeremy Blackman.  Menurut gue sih masih kalah sama Jodie Foster (Taxi Driver) dan Danny Lloyd (The Shining), tapi tetep bagus banget.  Bagaimana cara Blackman memperlihatkan the aftermath seorang anak yang dipaksa menjadi dewasa dan akhirnya mencapai batasnya...sumpah, keren banget.  Gue juga suka bagaimana PT Anderson merancang adegan, skrip, dan dialognya.  After all, kids are KIDS.


Ada adegan yang sampai sekarang masih stuck di otak gue saking gue benar-benar speechless dan hampir nangis waktu nontonnya.  Jadi diawali oleh Earl yang curhat ke Phil.  Pokoknya dia sering ngomong gini : The Goddamn regret!  Somehow, cara dia natap dan ngomong itu tuh langsung nancep ke hati dan otak gue.  Jadi dia curhat kalau dia tahu istrinya itu tahu dia sering selingkuh.  Tapi dia tetap melakukannya.  Baru sekarang dia nyesal karena gak merawat istrinya dan seakan-akan menyerahkan tanggung jawab itu ke putranya yang baru berusia 14.  Terus ada juga quote yang menurut gue bagus banget : Life ain’t short it’s long, it’s long.  Intinya, waktu dia muda, dia termakan dengan perkataan orang kalau hidup tuh pendek.  Tapi ternyata ia malah hidup panjang dan menghabiskan sisa hidupnya dengan penyesalan.  Doh, gue cuma bisa mandang bengong saking terhipnotisnya dengan akting  Jason Robards dan monolog yang ditulis PT Anderson.

Walaupun gue cuma nulis beberapa orang, bukan berarti yang lainnya jelek.  Cuma penampilan mereka tuh meninggalkan kesan yang lebih mendalam aja dibandingkan yang lain.  Gue kurang tahu tentang John C. Reily, tapi setahu gue dia itu temannya Jack Black dan Will Ferell, jadi dia pasti langganan komedi atau semacam komedian bukan?  Tapi penampilannya hampir gak menunjukkan tanda-tanda komedian.  Pokoknya, Magnolia adalah salah satu film yang memiliki ensemble cast terbaik.

Gue suka banget tema-tema yang ada di film ini karena film ini membicarakan kesepian, penyesalan, kekerasan dalam keluarga, dan usaha untuk mencari kebahagiaan.  Dan karakter-karakternya bukanlah orang yang harus melakukan dosa besar atau di penjara seperti The Shawshank Redemption.  Itulah mengapa gue kurang suka dengan film-film seperti The Shawshank Redemption, karena banyak karakter yang melakukan dosa besar atau semacamnya.  Dan biasanya yang mereka cari adalah kedamaian batin dan pengampunan, jarang sekali rasa penyesalan itu mereka ekspresikan dengan mendalam.  Terkadang, hal itu membuat gue gak suka nontonnya karena akan terasa cukup ekstrim.  Toh tidak semua orang harus di penjara atau membunuh untuk merasakan suatu penyesalan.  Dan terkadang penyesalan itu dilebih-lebihkan.  Begitu juga kesepian yang sangat jarang dibahas secara mendalam di film.  Padahal kesepian lebih sering dirasakan ketimbang kekerasan dalam keluarga atau penyesalan berat.  Bukan cuma itu, gue masih gak tahu bagaimana Anderson menyusun mosaic ini dengan sangat indah dan menarik.

Ada salah satu kalimat yang membuat gue sempet bingung.  We have through the past, but the past hasn't through with us.  Kira-kira begitulah.  Kalau gue sih nangkepnya kayak plot film Oldboy.  Dimana Dae-su udah lupa dengan kakak penculiknya dan apa yang ia katakan tentang kakak penculiknya, tapi ternyata penculiknya balas dendam pada Dae-su karena apa yang ia katakan tentang kakaknya.  Maksudnya, mungkin lo lupa apa yang lo katakan, atau orang yang lo temui, tapi kalau lo mempunyai efek tertentu, mereka bisa tiba-tiba datang 'mengunjungi' lo.

Gue tuh gak suka film yang berbau agamis dan preachy.  Di tengah-tengah film gue sempet menduga bahwa PT Anderson akan memasukkan unsur Tuhan dan blablabla dengan cara yang klise.  Ternyata gak.  Anderson memang memasukkan unsur Tuhan dan agama, tapi dengan cara yang berbeda.  Mungkin beberapa penonton akan menontonnya dengan rasa jijik, tapi menurut gue pribadi 'itu' adalah salah satu adegan terindah yang pernah gue tonton. 

I don't know what to write anymore!  All I know that Magnolia is one of the best, beautiful, emotional, epic, modern, artful movie I've ever watched.  Maybe the there are too much actors and the story is quite complicated, but the three hours duration is really worth it! 9,8/10 

pic cr : 
punjenipaprikas.com
tehparadox.com
dbcover.com
hdbitz.org