Tampilkan postingan dengan label John Cusack. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label John Cusack. Tampilkan semua postingan

Jumat, 21 Februari 2014

High Fidelity : An Allen-esque Romance-Comedy-Drama with Fun Soundtrack

I'm too tired not to be with you. -Laura

Bagi saya, John Cusack bukanlah aktor yang stand out.  Dia memang cukup tampan, tapi bukan tampan yang wow seperti Leonardo DiCaprio ataupun Tom Cruise.  Kemampuan aktingnya bagus, but not as legendary as Robert de Niro or as impressive as Johnny Depp.  Film-film terbarunya juga kurang meng-upgrade namanya. Tapi hal itu tidak membuat Cusack mempunyai 'jejak' tersendiri dalam dunia film.  Cusack meninggalkan 'jejak' yang cukup terlihat di dua filmnya, Say Anything (1986) dan High Fidelity (2000).

High Fidelity menceritakan Rob Gordon (Cusack) yang baru saja putus dengan pacarnya, Laura (Iben Hjejle).  Rob akhirnya membuat perubahan dalam daftar "Top Five Break-Up".  Rob merefleksikan hubungannya dengan mantan-mantannya dan bertanya-tanya apa yang salah dan why he was dumped.  Rob sendiri berusaha keras untuk bisa mendapatkan Laura kembali.  Hari-hari pencarian jawaban Rob ditemani oleh dua karyawan toko musiknya, Barry (Jack Black) dan Dick (Todd Louiso) yang mempunyai keanehan dalam masing-masing karakter.



High Fidelity adalah salah satu film yang memperlihatkan sisi realistis dalam hubungan romantis dan cinta antara pria dan wanita.  Kenyataannya, cinta tidak sempurna dan romantisme tidak akan bertahan lama.  Keyataannya, kita akan melakukan kesalahan yang mungkin sangat-sangat kita hindari.  Kenyataannya, kita bisa saja capek dengan hubungan yang kita jalani dan keinginan untuk 'seeing other people' tumbuh begitu saja.  High Fidelity memperlihatkan hal-hal itu dengan cara yang tidak depresif ataupun melankolis.  Stephen Frears menunjukkan hal-hal itu dengan kadar yang tepat dan membuatnya sangat relateable.  

Tidak seperti (500) Days of Summer yang menurut saya men-bias, High Fidelity menampilkan pria dan wanita dengan cukup adil.  Film ini menunjukkan tidak semua wanita pengertian, sabar, penuh kasih sayang, and all those bullshits, di sisi lain, tidak semua pria benar-benar brengsek, hanya ingin memainkan hati cewek, php, and all those shits.   Baik pria dan wanita mempunyai kelemahan dan melakukan kesalahan di film ini.  Walaupun film ini ditulis, disutradarai, dan menceritakan pikiran dan perasaan pria, film ini dibuat dengan objektif dan tidak hanya membuat karakter perempuan sebagai objek keinginan pria.  Just like Summer Finn, beberapa mantan Rob memang agak membingungkan dan sulit dipahami, tapi bedanya dengan Summer,mereka tidak sekedar tampil sebagai 'hiasan', mereka ada agar Rob menyadari kesalahannya dan memperbaiki hubungannya dengan Laura.


Not all of romantic relationship between man and woman experience forbidden love, social class difference, melancholic affair, abuse, etc.  Hubungan Laura dan Rob memang mengalami perbedaan kelas sosial dan perselingkuhan (dalam kadar yang cukup kecil) dan hal-hal itu yang secara tidak langsung membuat mereka putus.  Tapi Frears tidak meng-highlight permasalahan itu.  Laura dan Rob yang tadinya romantis  dan bahagia lama-kelamaan berubah.  Mungkin saja tadinya mereka percaya bahwa mereka akan baik-baik saja dan mereka tidak akan melakukan kesalahan fatal, tapi pada akhirnya ada beberapa kesalahan fatal yang mereka lakukan.  But the point is, they just simply tired and unhappy with each other, even before the damages were done.  Tidak mudah untuk melakukan komitmen dan tidak semua dari kita akan mengalami everlasting love atau apapun itu.  Kadang kita capek, bosan, dan berandai-andai apa yang terjadi jika kita 'bersama' orang lain.  


Bahkan terkadang kita tidak tahu posisi hubungan kita apa.  Setelah Laura memutuskan untuk tidak serumah lagi dengan Rob, ia harus mengambil barang-barang yang tertinggal di rumah Rob.  Hal ini menyebabkan mereka untuk bertemu lagi dan lagi.  Akhirnya Rob bertanya apa yang Laura lakukan dengan terus bertemu dengan Rob dan posisi atau status mereka sebenarnya apa.  Laura menjawab tidak tahu karena memang dia tidak tahu. 

Kemampuan akting Cusack dan Hjejle sangat bagus di film ini, begitu juga chemistry mereka.  Cusack mampu mengekspresikan kelabilan dan kegalauan seorang pria yang baru saja putus.  Hjejle sendiri sangat berhasil dalam memerankan seorang wanita yang capek dan tidak tahu bagaimana menghadapi mantan.  Jack Black dan Todd Louiso juga mampu memberikan kesan tersendiri dalam film ini.  

Hal yang paling mencolok dalam film ini adalah musik-musiknya.  Begitu banyak lagu-lagu rock atau indie yang dimainkan di film ini.  Tidak hanya itu, penulis skrip High Fidelity juga memasukkan berbagai refrensi film dan musik dalam dialog-dialognya.  Anyway, entah kenapa saya berpikir bahwa film ini mirip dengan Annie Hall dan cukup dipengaruhi oleh gaya Woody Allen.  Lihat saja bagaimana film ini langsung "breaking the fourth wall" dengan cara si tokoh utama berbicara langsung dengan penonton, Annie Hall dan High Fidelity berjalan dengan alur yang non-linear, dan film ini juga menceritakan pria yang bertanya-tanya dimana dan apa yang salah dari hubungan cinta mereka.

Salah satu hal yang saya pelajari dari High Fidelity adalah bahwa pacaran, komitmen, dan cinta tidak seindah dan semudah yang kita bayangkan.  Akan selalu ada kesalahan yang kita lakukan, even the kind of mistakes that we swear we won't do.  Juga akan ada perasaan letih, bosan dan berandai-andai.  Yang kita bisa lakukan hanyalah merekfleksikan dan belajar dari kesalahan itu, dan berusaha menjalani sebuah hubungan dengan lebih baik.  

Overall, High Fidelity menawarkan sisi realistis hubungan romantis antara pria dan wanita dengan ringan dan berbagai lagu keren. 9/10

Sabtu, 05 Oktober 2013

Frozen Ground


Yeay, akhirnya gue bisa review film baru, haha.  Eh, tapi gue gak tahu juga sih, kayaknya Frozen Ground gak baru-baru amat, wkwkwk.  

Frozen Ground adalah film crime-thriller 2013 yang disutradarai Scott Walker dan dibintangi oleh Nicholas Cage, John Cusack, dan Vanessa Hudgens.  Film ini berdasarkan kisah nyata.  Cindy Paulson (Hudgens) mengaku dirinya korban penculikan dan pemerkosaan, namun tidak ada polisi yang mempercayainya karena dia seorang pelacur.  Kasus Cindy pun tidak diinvestigasi lebih lanjut.  Ternyata setelah kasus Cindy yang tidak terselesaikan, ditemukan sebuah mayat wanita yang sebelumnya disiksa dan diperkosa.  Jack Halcombe (Cage) yang menyelidiki kasus ini curiga bahwa mayat yang ditemukan ada kaitannya dengan kasus Cindy.  Penyelidikan Halcombe mengarah pada seorang pria bernama Robert Hansen (Cusack) yang mempunyai image baik di depan teman-temannya dan orang sekitar.


A bit oot, but whatever : Why Disney girls turn into bitches? 

Frozen Ground tuh film misteri OLD school.  Yap, formula yang dipake terlalu 'klasik' dan sama sekali tidak mempunyai sentuhan modern.  Padahal ekspektasi saya sudah lumayan tinggi mengingat ada Nicholas Cage dan John Cusack dan opening-nya yang cukup menegangkan.  Apalagi Scott Walker tidak 'memutihkan' si protagonis.  Tapi saya langsung mengerutkan kening ketika saya melihat si antagonis keluar.  I hate that formula.  Saya dari dulu heran kenapa Hollywood suka sekali memperlihatkan wajah si antagonis dan hanya memberikan penonton proses-proses penyelidikan yang terkadang monoton.  Tapi Silence of the Lambs masih bisa menjadi salah satu film misteri terbaik walau menggunakan formula itu, bukan?  Well, Frozen Ground is no Silence of the Lambs and John Cusack is no Sir Anthony Hopkins.  

Menonton film ini terasa seperti menonton salah satu episode Criminal Minds yang buruk.  Walker mengisi Frozen Ground dengan formula-formula kuno dan aksi kejar-kejaran 'kucing dan anjing' yang terkesan bertele-tele.  Tidak ada yang istimewa.  Dialognya biasa-biasa saja, kadar ketegangan berkurang, dan semuanya menjadi predictable.  Proses penyelidikan kurang berkesan karena Scott Walker menghabiskan banyak waktu dengan rutinitas Hansen yang membosankan dan proses penyelidikan yang kurang melibatkan bukti-bukti forensik ataupun profil pembunuh (kriminologi gitu loh).

Tidak cuma itu, film ini TERLALU mencoba menjadi salah satu dari film-film stylish dengan menggunakan shaky-cam.  Let me rephrase it : OVERDO shaky-cam.  


Oh please, Law & Order : SVU has better performances.  Menurut saya, penampilan John Cusack dan Nicholas Cage buruk.  Titik.  Ada orang yang mengatakan mereka penampilan mereka tidak istimewa tapi tidak mengecewakan juga.  Well, jika dua aktor veteran masih memberikan penampilan tidak istimewa, itu sudah saya klasifikasikan jelek atau buruk.  Saya sendiri kurang tahu kemampuan akting Cage yang 'sesungguhnya' karena saya tetap tidak suka dia, padahal saya sudah menonton City of Angels, Ghost Rider, dan Season of the Witch.  Wrong movies, maybe?  Saya sendiri juga bukan penggemar Cusack, tapi saya cukup puas dengan penampilannya di 1408.  Untung saja John Cusack sempat bersinar sebentar di bagian akhir film.  Vanessa Hudgens jelas permata dari tiga aktor utama film Frozen Ground.  Penampilannya bagus, walaupun masih tidak sebagus Jodie Foster di The Accused karena ada beberapa momen yang masih terasa dipaksakan.  Saya tidak tahu apakah kesalahan ada di pihak aktor-aktor atau skrip Scott Walker yang mediocre dan cenderung membosankan.  

Hubungan Cindy dan Jack juga sekedar tempelan.  Momen-momen mengharukan yang dibuat oleh Walker tidak buruk, tapi biasa.  Malah, terasa sedikit dipaksakan karena waktu yang diberikan untuk Cindy-Jack cukup sedikit dan chemistry antara Cage dan Hudgens jelas tidak sehebat Jodie Foster dengan Sir Anthony Hopkins.

Scott Walkes tried so hard to create an old-school-thriller-crime movie.  Yet, Frozen Ground looked like one of the worst episode from Criminal Minds.  It's not THAT disappointing, but it's not something that I want to watch twice. 4,5/10    

pic cr :
craveonline.com
movies.buzzintown.com
standard.co.uk