Minggu, 18 Mei 2014

Howl's Moving Castle: "Ghibli's refreshing version of Beauty and the Beast"


Pengalaman gue dalam menonton film Ghibli gak banyak sih.  Buktinya Howl's Moving Castle merupakan film Ghibli kedua yang gue tonton dari sekian banyak film yang diproduksi Ghibli Studio.  Howl's Moving Castle merupakan film animasi fantasi 2004 yang disutradarai dan ditulis oleh Hayao Miyazaki.  Film ini diadaptasi dari novel yang berjudul sama yang ditulis oleh Diana Wynne Jones. 

Sophie merupakan anak tertua dari tiga bersaudara dan ia bekerja di sebuah toko topi.  Suatu hari, Sophie dikejar oleh sekelompok mahluk aneh dan ia diselamatkan oleh seorang penyihir, Howl.  Sophie langsung jatuh hati dengan Howl yang tampan dan menawan.  Adik Sophie langsung memperingatkan Sophie untuk tidak jatuh cinta dengan Howl karena ada isu mengenai Howl yang suka makan jantung gadis-gadis muda.  Suatu malam, toko Sophie dikunjungi oleh Witch of the Waste LandKarena Sophie menolak melayani si penyihir, Sophie pun dikutuk sehingga penampilanya terlihat seperti wanita tua.

Sophie pun berkelana untuk mematahkan kutukannya.  Tiba-tiba, ia menemukan sebuah scarecrow yang bisa meloncat-loncat, namun tidak bisa berbicara.  Ia menamainya Turnip head.  Tiba-tiba, hujan turun dan mereka menumpang di sebuah rumah yang bergerak.  Sophie berkenalan dengan Markl, murid Howl, dan Calcifer, sebuah fire-demon.  Sophie menyatakan dirinya sebagai pelayan baru Howl. 

Namun hidup Sophie dengan mereka tidaklah berjalan mulus karena adanya perang yang sedang berlangsung di negeri Sophie.  Howl terus saja diminta untuk berpatisipasi dalam perang walaupun ia sering menghindarinya.  Bagaimana kelanjutan kisah Sophie dengan teman-temannya? *jengjeng* 

WARNING: *KAYAKNYA SIH* MENGANDUNG SPOILER


I have a love-hate relationship with Ghibli's anime style.  Dalam beberapa hal, gue lebih suka gaya animasi Disney karena menurut gue animasi Disney tuh lebih halus dan lebih polished.  But at the same time, terkadang gue gak suka dengan gaya animasi yang terlalu polished dan bisa menghargai gaya animasi Ghibli (yang menurut gue) rada rough at the edge.  Salah satu hal yang menurut gue menonjol dari Ghibli adalah kemapuan Ghibli yang bisa memberikan sentuhan surealisme dan horor psikologis.  Berbeda dengan beberapa film Disney yang biasanya memberikan sentuhan horor klasik, horor pada film-film Ghibli lebih bersifat disturbing.  Fantasi dalam studio Ghibli pun menurut gue lebih bagus daripada Disney karena fantasinya gak gitu-gitu aja.

Beberapa orang mengatakan bahwa Howl's Moving Castle merupakan salah satu film Miyazaki yang lemah.  Gue langsung shock karena film yang 'lemah' aja udah bisa bikin gue ngefans berat, apalagi film terbagusnya?!!!  Sama seperti kebanyakan film Ghibli, Howl's Moving Castle pun punya unsur-unsur surealisme dan horor psikologi.  Well, walaupun gue bilang PUNYA, jangan expect porsi unsur horornya dominan banget kayak Ju-on ato The Ring.      

Beberapa orang mengatakan biasanya film-film Miyazaki tidak mempunyai antagonis yang jelas.  Namun at some point, Howl's Moving Castle mempunyai 'antagonis' seperti Witch of the Waste Land, yang mengutuk Sophie, dan Sulliman, penasihat istana yang terus saja 'memburu' Howl.  Namun gue mempertanyakan kembali posisi mereka sebagai 'antagonis' di film ini.  Kita semua tahu tentu tahu antagonis adalah orang yang melawan protagonis dalam suatu karya sastra.  Baik si penyihir maupun Sulliman merupakan antagonis karena mereka melawan protagonis.  Tapi tindakan si penyihir menjelang akhir film tidak benar-benar mencerminkan dirinya sebagai antagonis.  Ketika si penyihir mengambil jantung Howl, apakah tindakannya untuk melawan Sophie atau karena ia memang childish dan terobsesi pada Howl?  Gue menilai bahwa alasan si penyihir mengambil jantung Howl karena alasan yang kedua.  Bahkan gue sadar kalau alasan si penyihir mengutuk Sophie bukan karena ia jahat.  Ia memang 'melawan' Sophie, tapi itu semua didasari oleh wataknya yang kekanak-kanakan.  Begitu juga dengan Sulliman.  Sulliman memang 'melawan' Howl, namun bukan untuk menghancurkan Howl, tapi untuk mempertahankan negaranya.  Dia tidak punya tujuan yang jahat pada Howl.  

Setiap orang mempunyai interpretasi sendiri terhadap kutukan Sophie.  Ada yang mengatakan bahwa kutukan Sophie melambangkan orang-orang tua yang mempunyai jiwa muda, ada juga yang mengatakan bahwa Sophie melambangkan orang tua dan orang muda di saat yang sama.  Gue menginterpretasikan kutukan Sophie sebagai insecurity.  Mungkin ini karena gue baca sedikit tentang novelnya, jadi interpretasi gue lebih ke arah novelnya, bukan filmnya.  Sophie merasa insecure kepada dirinya karena ia tidak semenawan atau semenarik adik-adiknya.  Ia memandang dirinya sebagai orang yang membosankan, apalagi ia tertua dari tiga bersaudara.  Insecurity Sophie diperlihatkan secara obviously dalam film ini.  Ada adegan dimana tiba-tiba Sophie kembali menjadi muda dan ia & Howl berjalan-jalan di suatu taman.  Lalu Howl mengatakan bahwa Sophie cantik, dan tiba-tiba Sophie berubah kembali menjadi wanita tua.  Lalu pada adegan dimana Sophie berdebat dengan Sulliman mengenai Howl.  Sophie berdebat dengan penuh gairah dan percaya diri sehingga ia berubah kembali menjadi wanita muda.  Dua adegan ini juga yang membuat gue menginterpretasikan kutukan Sophie sebagai insecurity.  Pernah dengar istilah "You are what you think"?  Nah, kutukan Sophie cocok dengan istilah ini.


Howl punya sifat yang kekanak-kanakan karena ia memberikan jantungnya kepada Calcifer saat ia kecil.  Biasanya, orang yang mengalami peristiwa yang traumatis atau mengorbankan sesuatu yang besar di masa kecilnya, akan membuat orang itu menjadi dewasa dengan lebih cepat.  Tapi Howl malah mempunyai sifat kekanak-kanakan.  Mengapa?  Gue punya semacam...dua interpretasi.  Pertama, tentu saja karena ia tidak mempunyai jantung (heart dalam bahasa Inggris) kemampuannya dalam mengelola perasaannya tentu saja kurang.  Hal ini juga bisa mengakibatkan Howl untuk tidak memikirkan orang lain.  Kedua, karena ia mengorbankan sesuatu yang besar di masa kecilnya, hal ini membuat Howl -in some way- kehilangan masa kecilnya.  Kerinduannya untuk menjadi anak yang normal diekspresikan dengan wataknya yang childish.   

Markl dan Calcifer tentu saja merupakan perpaduan antara deutragonis (tokoh yang berpihak pada protagonis) dan utility (tokoh pembantu yang ikut membentuk cerita).  Jelas keduanya berpihak dan membantu Sophie & Howl.  Tokoh Markl yang masih anak-anak melambangkan anak yang membutuhkan tokoh ibu dalam hidup mereka.  Calcifer juga membutuhkan Sophie karena Calcifer membutuhkan seseorang untuk membebaskan dirinya dari Howl.  Calcifer juga yang membuat Sophie dan Howl bertemu.  Bagaimana caranya?  Makanya, nonton filmnya baik-baik, hahaha.  Hal-hal inilah yang membuat Sophie 'terikat' di istana dan membentuk koneksi tidak hanya pada Markl dan Calcifer, tapi juga dengan Howl.

Sebenarnya kisah cinta antara Sophie dan Howl kurang diolah dengan baik.  Proses jatuh cinta di antara mereka agak vague dan terasa agak singkat.  But...I can't help but ship them!  Seriously, I love Sophie-Howl couple!  

Anyway, terima kasih banyak sama engkong Joe Hisaishi karena musiknya menambah emosi dan membuat penonton semakin hanyut dalam film ini.  Sumpah, aransemen musiknya keren banget.  Apalagi Merry-Go-Round of Life, keren banget dah.  Lagu penutupnya, Promise of the World menurut gue lebih bagus daripada Always With Me karena teknik vokal penyanyinya yang lebih stabil daripada penyanyi Always With Me.  Gak cuma lagi penutup sih, secara kesuluruhan, musik dari Howl's Moving Castle lebih bagus daripada Spirited Away.

Overall, Howl's Moving Castle maybe is one of Miyazaki's weak film, but it's still a deep, beautiful, and innovative.  The animation is a bit rough in the edge, but the surrealism and a bit horror touch certainly fix it.  Both Beauty and the Beast and Howl's Moving Castle have appearance and curse aspects, but I'm gonna say that Howl's Moving Castle is freshier than Beauty and the beast.  9,7/10  

pic cr: 
movies.disney.com
fact.co.uk
wordsofconfession.wordpress.com

8 komentar:

  1. Aku sudah berkali-kali nonton film ini, emang favorite banget sih. Dan setelah baca review ini, aku baru sadar kalo tokoh Shopie deep banget ya. Thank you for review :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih banyak udah baca dan berkomentar T_T

      Hapus
  2. baru nonton telat banget ga sih? wkwk
    tapi baca review kakak semakin membuatku sadar klo emang insecurity yg ada di Sophie. soalnya dia teriakin howl pas warna rambutnya berubah "kmu pikir kamu sejelek itu? aku bahkan tidak pernah cantik seumur hidup"

    anw, kakak bisa jelasin ga kenapa ratu sihir itu tiba2 nyuruh perang berhenti pas howl udh punya jantung lagi? apa karna pangeran udh ketemu apa gimana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. woles aja, gak ada kata telat dalam menonton film wkwk :)

      wah, aku udah lama sih nonton filmnya, tapi iya deh, kayaknya karena pangerannya udah ketemul lagi. kalau gak salah kan pangerannya yang nyuruh buat menghentikan perang.

      Hapus
  3. Ulasannya bagus sekali! 🥺

    BalasHapus
  4. hah tp jujur aku kaya bingung gt sama akhir film,kaya kenapa sophie bisa balik ke masa lalu terus balik lagi dan dan bilang ke udh membuat howl nunggu lama?? asli ga ngerti.., yang aku liat ini memang grafisny bagus tapi klo alur ceritanya terlalu padat jadi kurang membangkitkan emosi mungkin harus baca novel asli nya biar bnr bnr ngerti...

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, aku juga bingung sih, tapi gak dipikirin lebih dalem

      Hapus