Rabu, 12 Juni 2013

Little Miss Sunshine

There are two kinds of people in this world, winners and losers. -Richard.


Gue udah lama nonton film ini, tapi baru sempet review sekarang, hehe padahallagilibur.  Sebenarnya gue agak skeptis waktu pertama kali nonton film ini.  Takutnya cuma sekedar family-tearjerker, dan ternyata...

Untuk bisa mengikuti beauty pageant adalah mimpi kebanyakan gadis kecil.  Gadis kecil itu termasuk Olive (Abigail Breslin) yang berhasil mengikuti kontes Little Miss Sunshine di California.  Sayangnya, letak rumah mereka yang cukup jauh dari California dan keadaan finansial yang cukup mengkhawatirkan membuat Richard (Greg Kinnear) dan Sheryl (Toni Collette) berpikir keras untuk mengantarkan putri mereka.  Akhirnya mereka memutuskan untuk menaiki mobil dan mengajak Kakek Edwind (Alan Arkin), Dwayne (Paul Dano), kakak tiri Olive, dan Paman Frank (Steve Carell).


This is the best family movie I've ever watched.  It's definitely better than Life as a House and My Sister's Keeper. 

Di awal film, Abigail Breslin menatap kamera dengan intens seakan-akan mengobservasi sesuatu.  Ternyata, ia sedang melihat TV yang menayangkan pemenang beauty pageant.  Di awal film, kita sudah dibawa ke sebuah ilusi.  Sebenarnya, LMS (kependekkan) memiliki plot sederhana dengan keluarga sederhana.  Tidak ada heavy romance, kecelakaan, penyakit keras, dll.  Film ini hanya bercerita tentang gadis yang mengikuti beauty pageant, ayah yang cukup gagal dalam karir, kakek yang sering komplen, kakak yang anti sosial, ibu yang bekerja keras, dan om yang depresi.  Namun, jangan tertipu oleh masalah-masalah itu dan menganggap bahwa film ini sekedar film yang membawakan arti keluarga dengan cara yang dramatik seperti Life as a House dan My Sister's Keeper.  Sama seperti kebanyakan film Woody Allen, film ini mengajarkan kita suatu pelajaran kehidupan lewat komedi.  

Untung saja pemain-pemain film ini mempunyai kemampuan yang (lebih dari) cukup.  LMS benar-benar mempunyai porsi yang cukup untuk setiap tokoh.  Gue rada kaget lihat Steve Carell depresi disini.  Untuk aktor (or should I say, comedian?) yang emang fokus ke komedi, performanya disini bagus banget.  Ekspresi depresinya dapat banget.  Begitu juga Paul Dano yang poker face banget, tapi masih punya emosi. Grek Kinnear juga sukses berperan sebagai ayah yang terobsesi dengan ide winners and losers.  Namun, pada akhirnya dia harus menghadapi bahwa dirinya seorang 'loser' juga.  Toni Collette, seorang ibu yang memang penyatu keluarga ini.  Abigail Breslin yang emang imut banget disini, bisa berubah dari gadis canggung dan minder, ke gadis yang pede.  Untuk ukuran anak kecil gitu, Abigail Breslin hebat banget!  Dan jangan lupa si kakek, Alan Arkin.  Hmm, gue sih lebih suka akting dia di Argo.  Performance-nya emang bagus disini, tapi kayaknya gak harus menang Oscar juga. 

Gue sih menduga bahwa Jonathan Dayton dan Valerie Faris mencontek sedikit ide Richard Linklater.  Kenapa?  Selama 20 menit di awal film ini, kita hanya dibawa oleh ke rumah keluarga Hoover dan sudah mengenal watak dan masalah mereka.  Setelah itu, kita langsung dibawa ke California bersama keluarga Hoover.  Bila masalah-masalah yang dialami keluarga Hoover selama perjalanan akan memperat keluarga itu, kita akan mengalami perjalanan yang lucu dan menyentuh.

Like I wrote before, this movie has an illusion...and some twist, which made this movie so superb. 9,5/10 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar