Senin, 13 Mei 2013

Never Let Me Go

Maybe none of us really understand what we've lived through, or feel we've had enough time. -Kathy H.

Siang yang membosankan ternyata mengantarkan gue kepada film Never Let Me Go.  Film ini diangkat dari novel Kazuo Ishiguro yang berjudul sama.  Novel Never Let Me Go sampai masuk 100 novel terbaik dari tahun 1923 - 2005 edisi majalah Time.  


Kathy (Carey Mulligan), Ruth (Keira Knightley), dan Tommy (Andrew Garfield) tumbuh bersama di sebuah 'sekolah' bernama Hailsham.  Tommy yang sifatnya pemarah dan mudah dibully, ternyata berhasil menangkap simpati Kathy.  Ruth?  Ia mengikuti jejak teman-temannya, yang lain : membully dan menjauhi Tommy.  Ketika muncul sebuah ikatan antara Kathy dan Tommy, Ruth justru masuk diantara mereka dan berhasil menjadikan dirinya sebagai kekasih Tommy.  Tidak hanya itu, mereka hanya mempunyai waktu yang sedikit, karena takdir mereka sebagai kloning.

WARNING : MENGANDUNG SPOILER


Di antara film-film romance yang gue tonton, film ini mungkin satu-satunya film romance yang gue harapin bangeeeeeeeet bakal dapat happy ending.  

Ishiguro ingin menunjukkan sisi lain dari kisah cinta.  Apa yang terjadi jika tokoh cerita tidak punya daya juang yang kuat dan cenderung pasrah?  Sisi itu lah yang ingin ditunjukkan Ishiguro.  Mungkin banyak yang kesal karena mereka terlalu pasrah, tapi gue pribadi senang juga akhirnya ada cerita romance di mana tokoh-tokohnya cenderung pasrah. Tapi kepasrahan itu juga mengundang pertanyaan.  Kenapa Kathy dan Tommy tidak mencoba untuk melarikan diri?  Gue hanya bisa berasumsi kalau kondisi Tommy terlalu parah untuk diajak berpergian.  Mungkin karena itulah gue berharap banget film ini jadi happy ending.  Mereka sudah terlalu lama diatur dan ketika mereka bisa bersatu, waktu yang menipis justru memisahkan mereka. 

Akting ketiga pemainnya bagus banget.  Mulligan, you can be the next Emma Thompson!  Mungkin banyak cewek (alay) yang suka sama Andrew Garfield di Spiderman, tapi gue suka Garfield di film ini.  Kalau gue nonton film Spiderman duluan, gue udah pasti gak bakal tertarik sama Garfield.  Keira Knightley?  As usual, dia keren banget!  Somehow, Keira's characters in her movies kinda remind me of Katharine Hepburn...you know, the type of independence and strong head characters...maybe that's why I fall in love with Katharine and Keira, hehe.  Di novelnya sendiri, sudah jelas Kathy dan Ruth adalah orang yang berlawanan, tapi mereka punya ikatan yang kuat.  Mulligan sukses menjadi seseorang yang pasif, dan Knightley sukses menjadi orang yang lebih agresif dan bossy.  Tommy?  Well, dia adalah orang yang terjebak di antara mereka berdua.

Ada satu adegan yang menarik di film ini.  Yaitu adegan dimana murid-murid di Hailsham mempraktekkan cara yang normal dan benar untuk memesan minuman.  Adegan itu simply menunjukkan bahwa walaupun mereka punya perasaan, jati diri mereka tetaplah manusia kloning.  Mereka tidak akan pernah merasakan hidup yang benar-benar normal dan alive.  Hidup mereka selalu didikte untuk menjaga kesehatan.  Kalaupun mereka mempelajari dan berhasil beradaptasi dalam kehidupan yang normal, waktu yang mereka punya masih akan mengikat mereka.

Adam Kimmel juga berhasil di bagian sinematografi.  Sinematografinya keren banget.  Begitu juga setting tempat film ini.  Eye-candy banget!


Alex Garland mungkin berhasil menunjukkan ketertarikan antara Kathy dan Tommy sejak kecil, tapi dia tidak bisa menunjukkan hubungan Kathy dan Ruth yang sangat dalam.  Kazuo Ishiguro sendiri sebenarnya lebih mengesampingkan hubungan Tommy dan Kathy.  Ia lebih fokus pada hubungan Kathy dan Ruth, dan menjelaskan mengapa sifat mereka yang berbeda dan pertengkaran-pertengkaran mereka justru membuat hubungan mereka lebih kuat.  Untung gue udah baca novelnya, jadi lebih ngerti hubungan mereka bertiga.  Saat Tommy muncul dalam kehidupan Kathy, Ruth tiba-tiba menghilang, dan voila, dia menjadi pacar Tommy.  Setelah mereka pergi dari Hailsham pun, Ruth lebih terlihat seperti musuh daripada sahabat.  Dan tiba-tiba, dia minta maaf kepada Kathy dan Tommy-_-  Itu gak cocok banget dengan sifatnya yang keras kepala dan arogan.  Time changed her?  Maybe.


Gue mengerti kalau tujuan utama Kazuo Ishiguro adalah menunjukkan bahwa manusia kloning tetaplah manusia yang mempunyai perasaan, bukan fokus ke sisi sainsnya.  Tapi tetap aja dia harusnya memberi sedikit penjelasan tentang dunia kloning, seperti bagaimana kloning terbuat, dari mana dananya, apakah lebih berat pro atau kontra.  Jadi bukan salah Alex Garland sepenuhnya kalau dia tidak menyediakan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan diatas.  Setidaknya Garland sudah mengisi kekosongan dalam hubungan Kathy dan Tommy.

Setelah gue bilang ada adegan menarik di film ini, menurut gue ada adegan yang boring dan meaningless banget.  Adegan itu adalah saat Kathy mendengarkan lagu Never Let Me Go (fictional song).  Gue lebih suka adegan yang di novel.  Di novel, Kathy bingung dengan makna baby di lagu itu.  Tentu pembaca tahu yang dimaksud baby adalah sayang, bukan bayi.  Tapi Kathy yang tidakpernah keluar dari Hailsham langsung berasumsi bahwa lagu itu menceritakan tentang seorang ibu yang tidak ingin melepaskan bayinya.  Ia meresapi lagu itu, dan menggendong sebuah benda (gue lupa, hehe) dan menganggap benda itu adalah bayi.  Adegan itu lah yang harusnya dibuat Romanek!  Bukan adegan Kathy yang sekedar menikmati lagu itu-_-

This movie is more dramatic than the novel.  Suasanya terlalu dreary dan Rachel Portman sama sekali tidak membantu.  Musiknya emang bagus dan emosional banget, tapi musik dari Portman juga membuat film ini terasa berat dan terlalu sedih.  Sekali lagi, kesalahan bukan sepenuhnya dari Rachel Portman.  Mark Romanek juga salah untuk tidak menangkap the innocence of childhood di awal film.  Awalannya lebih terasa seperti typical high school movie.  Romanek should've given a moment of pure happiness and purity in this movie.  Karena gue yakin karakter-karakter di Never Let Me Go pasti mempunyai suatu kepolosan.

Overall, it's still a good movie and worth to watch.  7/10


pic cr : impawards
            thethingiscool 
            fspcinema
            rowthree
            mubi
            chrisfilm
            thequietus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar