Minggu, 19 Mei 2013

Before Sunrise

But then the morning comes, and we turn back into pumpkins, right? -Celine


I watch romance, but that doesn't mean that I'm a typical romance-sappy freak.  Gue termasuk orang yang (sangat) meremehkan film-film romance, apalagi kalau pembuatnya bukan Woody Allen ataupun Clint Eastwood (?)

Celine (Julie Delpy) dan Jesse (Ethan Hawke) adalah dua orang yang asing bertemu di kereta.  Setelah mereka mengobrol cukup lama, mereka menyadari bahwa mereka tertarik dengan diri masing-masing.  Jesse akhirnya nekat untuk meminta Celine turun dari kereta dan mengikutinya untuk mengelilingi Wina.

WARNING : SPOILER ALERT!


In the beginning, I groaned and thought, "God, not another cliche!"  But, the little brain (?) said to me, "Hey, just give this movie a chance."  And......................you know what?  I'm glad that I gave this movie a chance.  

Chemistry antara dua pemain utama tentu saja adalah salah satu hal yang utama dalam film romance.  Ethan Hawke dan Julie Delpy berhasil membangun chemistry yang kuat, and not disgusting.  Memang penampilan mereka tidak seemosional Streep & Eastwood di The Bridges of Madison County ataupun Winslet & DiCaprio di Revolutionary Road, tapi penampilan mereka tetap di kategori bagus karena Before Sunrise bukan film drama berat seperti dua film yang tadi gue sebut.  All I can say is Julie Delpy and Ethan Hawke were really charming. 

Film ini agak meningatkan gue pada Manhattan karena kedua karakternya yang cukup intelektual dan menampilkan tema opposite attract dengan sangat bagus.  Sama seperti Isaac dan Mary, Celine dan Jesse adalah dua karakter intelek yang mempunyai pendapat cukup berbeda.  Tapi, bukan berarti mereka akan bertengkar dan berteriak-teriak seperti orang kampungan atau mengadakan tantangan konyol.  Sayangnya, kedua karakter ini juga cukup stereotip, karena Celine yang optimis mempunyai latar belakang keluarga bahagia dan bukan dari broken family.  Sedangkan Jesse yang pesimis mempunyai latar belakang broken family, dan hubungannya dengan ayahnya juga cukup buruk. 

Hawke did a very good job as Jesse.  Gue suka gesture-nya yang kadang-kadang kikuk, ataupun waktu ia mencoba untuk mendekatkan diri dengan Celine.  Another thing I love from Jesse (selain karena ia diperankan oleh Hawke :p) meskipun Jesse orang yang cukup pesimis, bukan berarti ia menjadi laki-laki 'cool' ataupun playboy.  Dia pesimis tapi bukan berarti ia membenci semua hal.  Ia tetap normal dan stay as a human, artinya pernah merasakan hubungan yang normal, able to make a few jokes, flirt with girls, etc.  Is he perfect?  Of course not.  Other than his pessimist issue, he can be an awkward guy. 


Tokoh Celine berhasil membuang citra dumb blonde (especially French).  Meskipun Celine berasal dari keluarga yang bahagia, hal itu tidak menjadikannya sebagai orang yang too innocent and too happy dan annoying...seperti tokoh-tokoh drama Korea.  Tidak hanya itu, fakta bahwa Celine termasuk orang yang intelek (dia mahasiswi Sorbonne) tidak menjadikannya tokoh feminis pembenci pria seperti Julia Stiles di 10 things I hate about you.  Just like Jesse, Celine is so human and neutral.  Oh, btw, Julie Delpy did a very good job on Celine.  Ini memang film romance yang ringan, tapi bukan berarti Delpy tidak memberikan momen emosional tersendiri dan momen yang intimate dengan Hawke.

Adegan yang paling menarik adalah saat Jesse dan Celine di ruangan kecil untuk mendengarkan musik.  No skin contact, kissing, sex, they just tried to steal glances from each other.  Adegan itulah yang membuktikan film ini berjalan dengan tidak terburu-buru, bukan lambat.  Selagi Celine dan Jesse mencoba untuk mengenal satu sama lain, penonton juga ikut mengenal mereka berdua.


Salah satu keunikan film ini adalah, cerita dan latar belakang dituangkan oleh dialog-dialog tokoh utamanya.  Throughout the movie, hal yang paling sering (mungkin selalu) mereka lakukan adalah berbicara.  Entah pertanyaan random, past relationship, ataupun pandangan masing-masing tentang hidup.  Justru hal itu yang memungkinkan terjadinya romance dalam satu hari, karena mereka berkomunikasi.  Mereka berbicara, benar-benar berbicara, bukan sekedar mengatakan hal yang cheesy ataupun ciuman dan seks.  Bagi gue, hal itu masih logis.  Apalagi mereka tidak ada yang mengatakan I love you, karena menurut gue gak logis aja jatuh cinta dalam sehari.  CINTA loh, bukan ketertarikan semata.  Oh iya, lelucon yang ada di film ini cukup bagus dan membuat film ini tidak terlalu datar. 

Poin yang utama di film ini adalah Jesse dan Celine tidak pernah bertemu sebelumnya.  Kalau mereka bertemu, kan udah biasa teman atau kenalan saling menyadari mereka mempunyai perasaan yang terpendam.  Sebaliknya, film ini juga gak cheesy kayak An Affair to Remember, dimana hubungan mereka cuma sehari.  Mereka tidak merencanakan untuk bertemu lagi, atau saling berkomunikasi.  And one day is enough.  Why?  Because I personally think the dialogue is the plot.  So, you need to pay more attention on the dialogue. 

Overall, Before Sunrise is a really smart cliche/uncliche movie.  10/10

pic cr : antognie.blogspot.com
            guardian.co.uk
            drafthouse.com

1 komentar:

  1. nonton filmnya duluuuuu banget sama tementemen berenam :)
    nostalgic ..

    BalasHapus